'Menyenangkan rasanya menjadi berarti bagi seseorang.'
🌹 🌹 🌹
[Pesta?]
Allin hendak memasuki kamar setelah membawa makanan Syilla.
Tadi ia tengah bermain dengan Syilla di kamarnya. Tapi Syilla terlihat lapar karna ini memang sudah malam. Makanya Allin berinisiatif mengambil makanan kucing manis itu.
"Allin?"
Allin terkejut melihat Hito.
"Kamu disini?" Tanya Hito kaget pula.
"I-Iya, Jellina suruh Allin tinggal sini sebelum Allin temuin kosan baru. Soalnya Allin mau pindah," sengaja Allin berbohong bahwa Jellina lah yang menyuruhnya bukan Kenta. Allin tak mau ada yang salah paham.
"Bagus deh kalo pindah dari kosan gitu,"
Alis Allin bertaut. "Gitu kenapa, Kak?"
Hito langsung menggeleng lalu terkekeh.
Mata Allin berbinar saat melihat Syilla yang terlihat menggemaskan sudah menggaruk-garuk kakinya dengan tangan kucing itu tanpa menampakan kukunya jad tak sakit sama sekali, yang terasa malah geli.
Allin langsung menggendong kucing itu senang. "Em.. Cyilla udah lapel ya?! Yuk kita makan dulu!" Allin masuk ke kamarnya begitu saja tanpa mengucapkan apapun pada Hito saking fokusnya dengan Syilla hingga lupa ada Hito disana.
Hito terkekeh mengingat kemanisan Allin ketika bicara layaknya anak kecil tadi.
Pandangan Hito terhenti pada sebuah gantungan ponsel. Itu milik Allin, sepertinya copot tadi.
Hito langsung mengambilnya dan memberikan pada Allin. Allin tengah duduk di sofa.
Allin terkejut saat Hito menyodorkan gantungan ponsel berbentuk kucing itu pada Allin.
"Astaga makasih yah, Kak! Ini penting banget buat Allin, untung jatohnya disini. Allin gak ngerti lagi kalo sampe ilang," panik Allin.
Hito tersenyum, ia ikut duduk di sofa mengelus Syilla yang sudah tak mau diam setelah makan. "Lain kali hati-hati kalo emang itu berharga buat kamu, Lin."
Allin mengangguk cepat.
"Ngomong-ngomong, Kakak ada acara apaan ke sini? Main ya sama Kenta?" Tanya Allin.
"Biasanya emang main sih disini kumpul aja. Tapi sekarang kita mau pergi ke acara ulang tahun adiknya Angga. Gak liat aku udah rapih gini?" Sedih Hito yang ternyata Allin memang ta menyadari pria itu kini tengah berpakaian formal dan rapih.
Allin terkekeh. "Iya Allin baru sadar. Emang adiknya Kak Angga udah dewasa? Kok pakaian Kakak formal gini?"
"Dia lebih muda dari kamu setahun. Alias, dua tahun lebih muda dari Angga."
Allin mengangguk paham. Gadis itu menggelitiki Syilla gemas saat Syilla terlihat mengajaknya bermain.
"Lin." Panggil Hito tiba-tiba.
"Iya, Kak?" Sahut Allin kaget.
"Kamu manggil aku Hito aja tanpa embel-embel 'Kak' gapapa kok, Lin. Kayak kamu ke Kenta," tawar Hito. Entah mengapa melihat Allin terlalu sopan dengannya malah ia merasa seperti orang jauh dengan Allin. Ia iri dengan Kenta, Allin seperti sangat kenal dan akrab dengannya bahkan Allin berani menyebut nama pria yang hanya lebih setahun darinya itu tanpa embel-embel kakak. Sedangkan dengan Hito? Gadis itu terlihat kaku.
Allin langsung menggeleng. "Enggak, Kak! Aku mana mungkin bisa," Allin terkekeh. "Kalo ke orang kayak Kenta, aku bisa aja karna anaknya rada ngeloncong. Tapi kalo ke Kakak, gak mungkinlah. Kakakkan gak nyebelin kayak dia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT KENTA [Telah Terbit]
Genç KurguAllin tidak pernah berfikir soal cinta. Dibesarkan dipanti asuhan membuat Allin berfikir bahwa setidaknya ia harus memiliki otak yang pintar. Seakan takdir membencinya, ia dipertemukan dengan Kenta. Seorang pria yang didambakan seantero sekolah terk...