Premier

1.2K 275 259
                                    

Mentari pagi di Kota Ottawa bersinar cerah hari ini. Sinar hangatnya menyebar, menyapa seluruh penghuni kota yang sebagian masih terlelap dalam mimpi. Tak terkecuali dengan seorang gadis yang masih nyaman memeluk bantal di tempat tidur empuknya. Namun, masih dalam kondisi terlelap, ia tiba-tiba gelisah. Dahinya mengerut, pertanda ada sesuatu yang mengganggu tidurnya. Semakin lama sesuatu itu kian jelas, membuatnya memaksa diri sendiri untuk bangun dari alam mimpi.

"Aaaaa!"

Gadis itu sontak terduduk di tempat tidur. Jeritannya cukup keras, sampai-sampai bisa terdengar oleh telinga tetangga-tetangga sebelah kamar apartemennya. Namun sikap individualis di perkotaan memang cukup tinggi, sehingga tidak ada yang menggubris teriakan itu. Padahal, bisa saja seorang yang berteriak itu terancam bahaya, 'kan? Untung saja situasi tersebut tidak terjadi pagi ini.

"Huft ... mimpi itu lagi," gumamnya.

Jujur saja, terbangun tiba-tiba seperti tadi membuat kepalanya berdenyut. Ia meringis, mencoba memijat pelipisnya untuk menetralkan rasa pusing. Setelah dirasa cukup baikan, gadis berusia akhir dua puluhan itu pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu meraih benda pipih yang tertelak di atas nakas. Persis tipikal anak muda zaman sekarang, memprioritaskan ponsel dalam kehidupan mereka.

15 missed call from Azka.

"Ck! Kenapa lagi anak ini meneleponku berkali-kali?" decaknya kesal. Tidak biasanya ia mendapat spam telepon seperti itu, kecuali dalam konteks yang sangat penting. Penasaran dengan maksud dan tujuan si penelepon, ia memutuskan untuk menekan tombol hijau dan menelepon balik nomor itu.

"Halo, Capt!" seru suara di seberang telepon. Suaranya terlampau keras, sampai-sampai ia harus menjauhkan telinga dari speaker handphone. Setelah memperkecil volume, ia kembali menempelkan ponsel pintar itu ke telinganya.

"Kenapa?"

"Kenapa kau baru mengangkat teleponku? Aku sudah meneleponmu sejak dua jam yang lalu!"

Gadis itu memutar bola matanya kesal. Memangnya sepenting apa hal yang akan dibicarakan si penelepon, sampai-sampai ia langsung mengomel seperti itu?

"Aku baru bangun. Ada apa?"

"Cepat kesini, Capt! Tadi Inspektur Winston menemui tim kita, lalu beliau bilang bahwa akan ada detektif dari Vancouver yang akan ditransfer ke tim kita. Pukul sepuluh kita sudah harus briefing dengan Inspektur Winston dan anak baru itu."

Pantas saja anak itu terus menerornya dengan dering panggilan sedari tadi. Ternyata, ada rapat tim yang harus dihadiri mereka. Merasa masih cukup waktu, ia melirik jam yang tergantung di atas pintu kamarnya dengan santai. Jarum jam menunjukkan lima belas menit lagi pukul sepuluh.

"Gawat! Aku terlambat!"

Tanpa pikir panjang, ia melemparkan handphone-nya ke tempat tidur, lalu menyambar handuk dan segera masui ke kamar mandi. Sebagai seorang pemimpin tim, sebenarnya ia jarang sekali terlambat. Pengecualian untuk hari ini.

Namanya Violeta Iris Ferrour. Kapten Tim Investigasi Khusus Divisi Kriminal. Profiler berhati dingin yang paling terkenal seantero Kanada. Begitu banyak prestasi yang ditorehkan membuatnya diangkat menjadi kapten tim di usia yang masih tergolong muda. Sifat ambisiusnya sendirilah yang menghantar timnya menjadi tim elit kepolisian yang paling diandalkan di Ottawa. Walaupun dirinya wanita yang sering kali dipandang sebelah mata, ia berhasil membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa menjadi kapten tim kebanggaan kepolisian. Narapidana mana yang tidak takut padanya? Sosoknya yang tegas dan disiplin sangat disegani oleh semua rekan-rekannya.

***
"Good morning, Capt!"

Vio berjalan dengan langkah terburu-buru menuju ruang rapat.  Bayangan Inspektur Winston yang mengomelinya karena terlambat membuat ia terpaksa tidak menghiraukan beberapa petugas yang menyapanya. Ia sebenarnya tidak terlalu suka terburu-buru seperti ini. Namun, demi tugasnya mengabdi pada negara, ia tidak bisa banyak mengeluh.

PARANOISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang