Case Code 02 : A Man With a Scar - 3

400 127 148
                                    

***
Pukul enam sore di Stasiun Gateaway.

Para anggota Tim Investigasi Khusus Divisi Kriminal sudah siap siaga di lokasi. Bahkan, ibu Kiana juga ikut hadir di sana bersama mereka. Setelah memantau situasi, Captain Vio segera melakukan briefing dengan anggotanya.

"Jadi, nanti kita semua akan berpencar. Nath, seperti kostummu, kau bertugas menjaga peron seperti petugas biasa. Kalau target datang, kau langsung saja mendekatinya dan berpura-pura menanyakan ke mana tujuannya.

"Ezra, Rael, dan Azka, kalian bertugas untuk mengawasi target. Azka di loket penjual tiket di depan, Rael di sekitar jalan masuk menuju peron lima, dan Ezra berpura-pura duduk menunggu di dekat loker. Jangan sampai target menyadari kehadiran kalian, tetapi jangan sampai juga kalian lepas pengawasan dari target.

"Sementara aku, aku akan berjaga di dekat loker yang dimaksud. Kalau target sudah berjalan mendekati loker, aku juga akan berpura-pura ingin mengambil barang di dekat lokernya. Saat ia sudah berhasil mengambil koper yang dia pikir berisi uang itu, aku akan langsung meringkusnya," jelas Vio panjang lebar.

"Baik, Capt." Chico mengangguk mengerti. "Laptopku sudah terhubung dengan semua CCTV di stasiun ini. Aku akan mengawasi, jika target sudah datang, aku akan menginformasikannya kepada kalian dan mengatakan ciri-cirinya, seperti warna baju atau apapun itu yang bisa kalian jadikan acuan. Setelah itu, kalian hanya tinggal mencari orang dengan ciri-ciri yang kusebutkan dan mengawasinya."

"Oke, itu rencana A, kalau saja yang datang memang Anthony Dawson yang kita curigai. Tapi, kalau misalnya orang yang mengambil koper itu merupakan orang yang tidak dikenal, kita ringkus dia di luar stasiun.

"Jika orang itu sudah mengambil kopernya, pelan-pelan kita ikuti dia. Azka, karena kau yang berjaga di loket bagian depan stasiun, kau yang bertugas meringkusnya. Hanya itu satu-satunya akses keluar-masuk stasiun ini." Vio memaparkan rencana B.

"Dan aku akan melihat CCTV, lalu mengarahkan kalian kemana target kita pergi," tambah Chico.

"Lalu, Mrs. Malik, tugas Anda hanya meletakkan koper ini di loker yang dimaksudkan oleh penculik itu," kata Vio pada Mrs. Malik.

"Baik, Capt."

"Oke, semuanya sudah siap? Ayo kita berpencar!"

***
Satu jam, dua jam berlalu. Belum ada tanda-tanda pergerakan apapun. Situasi masih aman terkendali. Target belum terlihat di sekitar lokasi.

"Sekarang saatnya, Mrs. Malik."

Wanita itu mengangguk yakin. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah bagaimana cara menyelamatkan anaknya. Tanpa ragu, ia mengambil koper hitam kecil yang tak berisi itu, lalu membawanya ke loker yang dimaksud oleh bajingan yang sudah menculik anaknya.

1988. Password yang dituliskan penculik itu di pesan kemarin malam. Loker itu terbuka, dan ia menaruh koper itu disana. Setelah menutup dan mengunci kembali loker tersebut, ia kembali ke tempat persembunyiannya.

"Koper sudah diletakkan di loker, ganti!" lapor Ezra, memberi kabar melalui earpiece yang diberikan Chico.

"Oke, semua harap siaga mulai sekarang! Chico, kau bertugas memantau situasi. Kalau ada orang yang menurut kalian mencurigakan, segera laporkan!" Suara Captain Vio yang tegas terdengar jelas di masing-masing earpiece anak buahnya.

"Siap, Capt!"

Satu jam berikutnya berlalu, namun pengawasan Tim Investigasi Khusus Divisi Kriminal masih tetap ekstra hati-hati.

"Azka, coba lihat pria berjaket abu-abu, kurasa aku melihat ada bekas luka di matanya," kata Chico.

"Yang ini, bukan? Dia baru saja melewati loket penjaga tiket," tanya Azka tak yakin.

PARANOISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang