Case Code 04 : The Hanged Guy - 3

235 52 31
                                    

Seperti biasa, begitu Captain Vio sudah menitahkan sesuatu, anak-anak buahnya langsung bergerak cepat mengurusnya. Hal yang sama berlaku pada tim forensik kepolisian, terbukti begitu mendengar kabar dari Azka, mereka segera meluncur lokasi kejadian tanpa basa-basi. Untungnya, Azka juga menelepon seorang kenalan kepolisian yang biasa memperbaiki pipa-pipa air di kamar mandi kantor mereka. Maklum saja, petugas forensik dan Tim Investigasi Khusus Divisi Kriminal pastinya tidak bisa membongkar pipa itu dengan mudah.

“Kau yakin ada darah tertinggal di pipa ini?” tanya seorang petugas forensik. Nada bicaranya terdengar seakan meragukan Rael.

“Coba cek saja dulu. Bagaimana kita mengetahui isi di dalamnya kalau belum mencoba membukanya?” balas Vio.

“Apa pipa ini tidak langsung mengarah ke saluran pembuangan?” Si petugas forensik bertanya lagi.

“Sepertinya tidak, Pak. Kalaupun iya, pasti sisa-sisa darahnya akan tertinggal di dinding bagian dalam pipa.” Kali ini, bapak tukang pipa itu yang menjawab.

“Sudah, langsung saja buka! Toh, kalau saja tidak ada apa-apa di sana, kami akan mencari petunjuk di tempat lain,” desak Vio.

Si tukang pipa pun mengeluarkan perkakasnya satu per satu. Dengan telaten, ia membongkar pipa wastafel itu. Suasana menjadi semakin tegang. Bahkan jantung Vio berdegup kencang sedari tadi. Pandangan mereka semua tertuju pada pipa yang sedang dibongkar itu, sambil menduga-duga isi di dalamnya.

Berbanding terbalik dengan Vio, Rael tampak cukup tenang. Ia sangat percaya diri dengan teori yang diungkapkannya. Walaupun beberapa petugas forensik meragukannya karena dianggap masih profiler baru, Rael tidak peduli.

Keraguan mereka terjawab saat pipa itu berhasil dibongkar. Pihak forensik otomatis mengambil alih benda tersebut dan mengecek isinya. Begitu si petugas forensik mengintip isi dalam pipa, ia tercengang. Mulai saat itu, dia meyakini bahwa Rael bukan profiler biasa.

“Benar! Sepertinya ada bercak darah dalam pipa ini!”

Rael menarik sudut bibirnya sedikit. Dugaannya terbukti benar. Dengan ditemukannya bercak darah itu, pelaku pembunuhan William pasti akan segera ditemukan.

“Ambil sampelnya dan bawa ke lab sekarang!” perintah seorang petugas yang lain.

Tim forensik segera bertindak cepat. Mereka mengamankan sampel darah yang diambil dari pipa itu dan membawanya untuk diperiksa lebih lanjut. Karena hari sudah mulai sore, Vio dan timnya pun ikut pulang ke kantor mereka.

Walau awalnya berniat ingin istirahat, mereka tetap tidak bisa menghilangkan perasaan bertanya-tanya dalam benak mereka. Maka jadilah saat ini Tim Investigasi Khusus Divisi Kriminal duduk bersama sambil mendiskusikan mengenai kasus rumit itu.

“Apa benar ini kasus pembunuhan?” Pertanyaan yang sama kembali menghantui mereka.

“Kita hanya tinggal menunggu hasil autopsi dan pemeriksaan bercak darah yang ditemukan dalam pipa wastafel. Setelah itu aku bisa menjamin, apakah ini kasus pembunuhan atau bunuh diri biasa,” tandas Vio.

“Sikap pacar korban yang mencurigakan juga patut kita curigai. Saat interogasi, ia berbohong mengenai hubungannya dengan William. Tadi pagi juga kita sudah melihat sendiri ekspresinya yang tidak menunjukkan raut kesedihan sama sekali. Kalaupun ia sebenarnya menyembunyikan rasa sedihnya, pasti matanya akan terlihat sembap, atau mungkin ciri-ciri orang yang baru saja kehilangan kekasih pada umumnya. Padahal, ia sendiri yang mengklaim bahwa William adalah pacar yang sempurna. Kalau memang benar sempurna, mengapa dia tidak tampak sedih sama sekali?” ujar Rael menjelaskan teorinya panjang lebar.

“Bagaimana dengan handphone korban yang hilang?” tanya Ezra.

“Ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, ponsel itu sengaja diambil oleh seseorang yang meninggalkan darah dan jejak kaki itu, lalu disimpan atau dia sembunyikan. Kemungkinan kedua, ponsel itu dibuang,” jawab Vio.

PARANOISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang