Her Sweet Sides - 2

399 68 177
                                    

“AAAA!!!”

“Captain Vio?!”

Ia membuka mata perlahan, mendapati Rael yang menatap khawatir padanya. Entah mengapa, ia refleks memeluk pria dihadapannya. Yang dipeluk hanya bisa terdiam mematung, tidak menduga akan gerakan tiba-tiba dari gadis itu. Ia pun semakin dilanda kebingungan saat Captain Vio menangis sesenggukan di pundaknya.

Namun, alih-alih bertanya, ia malah mengangkat tangannya, membelai lembut rambut gadis itu.

“Tenang saja, ada aku disini.”

Rael mendekap Vio hangat. Tangisnya pun perlahan-lahan reda. Namun ia masih saja tidak mau melepaskan Rael.

“Kenapa, hm? Mimpi buruk?” tanya Rael lembut.

Vio mengangguk pelan. “Buruk. Buruk sekali.”

Rael melepaskan pelukannya, ia menatap gadis dihadapannya lekat-lekat.

“Jangan menangis,” kata Rael sambil mengusap air mata di pipinya. “itu tidak nyata.”

Ia tahu pasti, apapun yang dimimpikan Vio, pastilah berkaitan dengan kejadian menyakitkan yang pernah dialaminya. Entah kejadian apa itu, Rael tidak tahu dan tidak ingin menanyakannya. Pasti sangat sulit bagi Vio untuk mengingat lagi peristiwa menyedihkan itu. Rael lebih memilih diam. Membiarkan Vio menenangkan dirinya.

“Sudah baikan?”

“Iya.”

“Sebenarnya, aku kemari untuk mengecek keadaanmu. Aku sudah harus pulang sekarang,” pamit Rael.

“Kenapa?” tanya Vio.

“Ini sudah jam satu malam.” Rael beranjak dari tepi kasur, namun tangannya dicekal Captain Vio.

“Jangan pergi.” Vio memelas. Matanya benar-benar menyiratkan harapan agar Rael tetap ingin tinggal bersamanya.

Melihat reaksi Vio, Rael tersenyum gemas sambil kembali duduk di tepi kasurnya. Ia mengacak pelan rambut gadis itu.

“Kenapa tidak mau aku pergi?”

Vio cemberut. “Ya … intinya jangan!”

Baru kali ini ia melihat sisi manja Captain Vio, kapten tim elit kepolisian yang sehari-harinya terlihat tegas dan berwibawa. Ternyata Captain Vio sama saja dengan gadis-gadis pada umumnya, batin Rael.

“Tapi kalau aku tetap mau pulang, bagaimana?” goda Rael.

“Tetaplah disini. Ini perintah!”

Rael tertawa kecil. “Siap, Capt!”

Menuruti perintahnya, Rael pergi mengambil kursi di sudut ruangan, kemudian meletakkannya di sisi ranjang. Lalu ia pun duduk di kursi itu sambil terus memegang tangan Vio.

“Kenapa kau malah melarangku pergi? Padahal tadi kau sendiri yang mengusirku.”

“Aku takut mimpi buruk lagi,” tutur Vio.

“Kapten Tim Investigasi Khusus Divisi Kriminal takut mimpi buruk?” canda Rael.

Vio memukul tangan Rael pelan. “Ini bukan mimpi buruk biasa, tahu!”

“Iya, iya, kembalilah tidur, ya?” Sekali lagi Rael mengelus rambut Vio lembut.

Namun ia tidak protes, melainkan tersenyum sambil mengangguk. “Baiklah.”

Vio kembali memperbaiki posisi tidurnya. Sementara Rael memakaikan kembali selimutnya. Setelah merasa nyaman, Vio perlahan memejamkan matanya.

“Good night, Captain Vio.”

PARANOISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang