💮Roses?🌸

363 30 4
                                        

Entahlah. Aku memutuskan untuk pulang saja ke rumah, meskipun semua hal tadi sangat membingungkan dan masih saja aku pikirkan sepanjang jalan.

Untuk pulang ke rumah dengan menggunakan bus, aku terlalu lelah melakukannya. Jadinya aku menunggu taksi online pesananku, ya meskipun tarifnya akan lebih mahal tapi tak apa, aku pun jarang naik taksi belakangan ini, baik taksi online atau offline. Hanya sekali ini, begitu pikirku. Sampai di dalam mobil saat taksinya sampai, aku langsung menyandarkan punggungku ke kursi dan memejamkan mata sejenak sembari memberitahu lokasi yang akan kutuju kepada supir taksinya.

"Mbak kelihatan capek sekali. Padahal ini masih awal musim semi loh." Supir tadi membuka suara, mengajakku berbicara. Meski sebenarnya aku enggan untuk mengobrol karena masih saja pening karna kejadian tadi, tapi tidak enak juga mengacuhkannya.

"Ah, iya pak. Saya tadi mengalami hal aneh." Jawabku akhirnya.

Supir itu terlihat terkekeh dan melirik diriku lewat kaca spion diatas kepalanya,
"Di dunia ini, banyak hal aneh mbak jangan heran lagi. Diri kita sendiri juga terlihat aneh kok, kadang kita ingin yang terbaik untuk kita, tapi gak mau usaha ya sama saja."

Aku sedikit terpikir akan ucapan supir taksi ini, memang benar juga sih begitu pikirku.

"Eh ngomong-ngomong jangan panggil saya pak, saya belum punya anak mbak. Boro-boro anak, istri aja belum. Hehehe..."

"Hah? Oh, iya pak, eh... maaf, jadi manggilnya siapa dong?" Tanyaku lumayan canggung dan sedikit awkward.

"Nama saya Choi Seungcheol, terserah mbaknya mau pake embel-embel apa yang penting jangan pak atau om. Saya masih dua puluh lima tahun mbak. Hehehe..."

Iya juga, aku pun berpikir kalau supir taksinya terlihat masih muda bahkan kalau dipikir-pikir belum sampai umur tiga puluhan, dan benar saja malah hanya selisih empat tahun dariku

"Oh, oke lah. Saya panggilnya mas aja. Masnya masih muda kok malah jadi driver taksi online sih?" Bukannya ingin ikut campur, aku hanya penasaran kenapa anak muda seperti dia mau bekerja seperti ini. Dan kelihatan juga dia bukan dari keluarga sembarangan, jika dilihat dari mobilnya.

"Ini sebagai sampingan aja mbak kalo saya bosen gak ada kerjaan di kantor."

Oh... ternyata orang kantoran, dan pastinya dia orang kaya juga. Memang orang berduit bebas kan mau ngapain aja, kalo ini namanya yang kaya tambah kaya, yang miskin semakin miskin. Dan aku diposisi si miskin itu.

"Loh? Bukannya enak kalo gak ada kerjaan? Bisa santai mas?"

Seungcheol terlihat menggeleng, dan raut wajahnya sedikit berbeda dari sebelumnya. Lumayan lesu.
"Engga mbak, saya cuma merasa ga berguna aja. Dari dulu gak pernah tuh ngerasain bener-bener berjuang buat sesuatu. Saya kerjanya simple mbak, itu karena saya kerja ke ayah saya sendiri. Jadi saya pengin ngerasain usaha pake tenaga sendiri."

Ternyata benar pemikiranku. Dia anak orang kaya yang dimanja sama orang tuanya, tapi aku salut dengan pemikiran dia yang berbeda dari sebagian besar anak yang terlahir dari keluarga berada. Dia ingin berjuang sendiri, menolak tuk terus bergantung kepada orang tuanya.

"Semangat ya mas, saya salut ke masnya."
Ada apa denganku? Ternyata benar apa kata Seungcheol tadi, diri kita sendiri pun aneh. Aku sendiri saja tengah berjuang mati-matian untuk bangkit, malah menyemangati orang lain untuk semangat. Dasar aku.

Setelah perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit karena tadi sempat terjebak macet, akhirnya aku sampai di depan gang masuk komplek rumahku. Selama perjalanan tadi, aku selalu diajak ngobrol oleh Seungcheol, dia sangat asik untuk menjadi teman bertukar pikiran. Entah kenapa aku bisa terbuka padanya, mungkin karena dia adalah orang asing? Jadi kita bisa mengobrol segala isi hati kita tanpa khawatir akan menyebarkan informasi itu ke orang lain. Seungcheol sendiri pun sangat aktif dalam mencari topik pembicaraan, dan dalam sekejap mood ku langsung naik lagi, dia seperti memiliki aura tersendiri yang dapat membimbing orang lain.

Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang