Aku putuskan agar aku saja yang bertanggung jawab, karena bapak supir itu hanya menuruti perintahku saja. Lalu aku meminta tolong untuk mengantarkan kita ke rumah sakit, dengan pak supir itu yang membantu mengangkat pria tadi ke dalam taksi terlebih dahulu.
Barulah aku yang masuk ke dalam taksi, tapi kuputuskan untuk duduk dibelakang saja untuk menjaganya. Tapi mungkin karena pria itu terlalu tinggi sehingga lebar taksi ini telah terisi penuh oleh tubuhnya, jadilah kuputuskan untuk mengangkat kepalanya dan kuletakkan dengan perlahan ke atas paha kananku, menjadikannya bantal untuk pria itu. Lalu ku keluarkan sapu tangan bermotif kotak coklat dan putihku dari dalam tas untuk menekan luka pada kepala pria tadi agar darahnya tidak keluar lebih banyak, sementara aku pun mengeluarkan beberapa lembar tisu dari dalam tas dan membersihkan darah yang tadi ada di tangannya, kemudian aku membersihkan paha dan lututku juga yang tadi tak sengaja terkena tangan pria ini saat membantu pak supir memasukkannya ke dalam taksi.
Wajahku sangat cemas dan khawatir, jarak rumah sakit dari daerah sini lumayan jauh dan karena ini merupakan hal baru bagiku untuk turun tangan langsung pada sebuah insiden kecelakaan. Tanganku tak berhenti bergetar dan detak jantungku juga sedikit memompa darah lebih cepat. Tapi yang paling aku khawatirkan adalah mengetahui bahwa pria ini adalah yang pertama, seseorang yang telah kucari-cari selama ini. Dan mimpi itu? Aku takut akan menjadi nyata, dan aku cepat-cepat mengambil bunga merah muda itu dengan tangan kananku sementara tangan kiriku masih memegang sapu tangan yang kutempelkan pada belakang kepala pria ini.
Kelopak bunga itu semakin sedikit. Aku menggigit bibir bawahku sembari memejamkan mata dan berdoa sepanjang perjalanan.
"Nona, apa kau mengenal pria itu?" Tanya pak supir itu tiba-tiba.
"Hah?? Oh, kita sempat bertemu beberapa kali, tapi belum sempat berkenalan." Ucapku dengan suara yang gemetar.
"Sekarang nona tenang dulu, syukur saja lukanya tidak terlalu dalam. Dan coba nona cari informasi dari pria itu, mungkin kartu tanda pengenal dalam dompetnya? Atau yang lain, agar tidak membingungkan saat di rumah sakit nanti."
Aku mengangguk sembari memandang pak supir itu dari kaca spion tengah.
Ku letakkan bunga itu sebentar di atas dada pria itu, dan mulai mencari dompet pada saku jaket dan celananya. Mungkin ini terlihat tidak sopan, tapi apa boleh buat?
Tak!
Ternyata ponsel pria itu terjatuh. Ku biarkan saja dulu, karena aku tak dapat menjangkaunya dengan posisiku yang masih memangku pria ini. Ternyata bukan di saku jaketnya, jadi aku mulai mencari di saku celananya, karena tidak mungkin kan orang mana yang pergi tanpa membawa dompet? Memang aku?
Namun tak lama, saat aku masih mencari dompetnya, aku merasakan ada pergerakan. Cepat-cepat aku kembali duduk tegap. Tenyata pria ini mulai bangun, dia mengerjapkan matanya perlahan.
"Kau..? Akh!" Ucapnya tapi mungkin langsung merasakan sakit lagi pada belakang kepalanya.
"Jangan banyak bergerak dulu. Kita akan sampai rumah sakit sebentar lagi." Seruku.
"Lalu aku harus seperti ini terus? Baiklah." Pria itu tersenyum memandangku. Namun seketika aku kembali tersadar bahwa dia memang masih berada diatas pangkuanku, dan langsung saja aku melotot kepadanya, "Aissh... berdirilah! Duduk dengan pantatmu sendiri!" Aku menarik bahunya perlahan dan pria itu mulai bergerak mengambil posisi duduknya sendirinya dan tangan kiriku aku gantikan dengan tangan kanan untuk memegangi sapu tangan di belakang kepalanya.
"Hati-hati. Pelan-pelan." Ucapku dengan wajah khawatir dan pandangan yang tak lepas dari sapu tangan tersebut.
Pria itu malah melirikku dari samping, lalu meraih pergelangan tanganku dengan tiba-tiba. Aku sangat terkejut dan sedikit tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)
FantasyTemukan yang pertama. Kedua dan seterusnya tidak nyata. Jangan jatuh cinta pada yang putih. Jangan sampai yang merah muda mati sebelum menemukan yang pertama. -fallin' flower🥀 . . . //fantasy story inspired by 'Fallin Flower' MV// //selamat datang...