Terdengar suara khas yang selalu sama dari mesin kotak yang menunjukkan bahwa orang itu masih hidup, atau bisa juga sedang diambang kematian? Garis-garis teratur yang naik dan turun sejalan dengan bunyinya, mengisi ruangan yang berdominasi putih itu.
Mesin tersebut tersambung melalui kabel menuju ke jari telunjuk dan dada seorang pria di ranjang pesakitannya, tak lupa juga sebuah selang oksigen yang tertancap pada kedua lubang hidungnya.
Lalu terlihat bunga eustoma berwarna merah muda disebuah kegelapan, berpendar terang seperti yang biasa aku lihat pada bunga putih satunya, tapi perlahan tiap kelopak indahnya terjatuh dan anehnya langsung menghilang sebelum menyentuh permukaan.
Satu per satu, secara perlahan.
Aku menyaksikan bunga itu diujung ruangan gelap ini, dan seiring dengan jatuhnya kelopak bunga itu, nafasku tersendat. Sesak. Sangat sesak. Lalu terdengar suara dari mesin ECG tadi yang tidak sama selayaknya normal, suara itu berubah menjadi lebih cepat dan memekakkan telinga. Aku jatuh terduduk sembari memegangi dada kiriku, bagian jantung. Sangat sakit. Tapi suara itu terus saja datang dan semakin dekat ke telingaku sehingga aku berusaha menutup kedua telingaku juga, namun jantungku pun masih terasa sakit. Nafasku mulai menderu, seluruh tubuhku terasa sakit, aku berteriak, tapi tak ada satu orangpun datang menolong. Ruangan gelap yang sebelumnya bercahaya, kini gelap gulita. Tak ada satupun cahaya, walau setitik. Atau aku yang sudah mati??
"Jia!! Jia!! Bangun!!!!" Aku merasa seseorang mengguncang tubuhku dengan keras, dan aku mengenali suara itu.
Wonwoo, tolong aku!!
Tapi sekuat apapun aku berteriak, suaraku tak keluar satupun, dan aku masih didalam kegelapan.
"Jiaaa!!!!! Lee Jiaaaa!!!!"
Mataku terbuka. Sekarang semuanya telah terang. Namun nafasku masih memburu dan dadaku masih naik dan turun, serta keringat yang mengalir deras dari kedua pelipisku, menjadikan rambut serta poniku sedikit basah.
"Kau hanya bermimpi buruk. Tenang saja." Seseorang berkata dari arah samping, ternyata dia Wonwoo. Aku langsung mengambil posisi duduk, namun kedua mataku masih terasa kosong dan hanya menatap pada satu titik.
"Kau sudah bangun sekarang. Tenang saja, ini minum dulu." Wonwoo menyodorkan segelas air putih padaku, dan aku menerimanya. Tapi kedua tanganku masih bergetar, jadi Wonwoo ikut membantuku memegangi gelas itu.
Setelah dirasa lumayan tenang, aku menunduk dan menangkup wajahku sendiri, lalu menangis. Persetan dengan rambut dan wajahku yang berantakan, aku tak peduli. Aku saat ini seperti baru saja terbangun dari kematian. Lagi.
Wonwoo terlihat gugup dan tak tahu harus melakukan apa disampingku, jadi dia menyentuh pundakku dan menepuk-nepuk pelan.
"Jia? Tak apa, kau bisa menangis. Menangislah."
Tapi masalahnya, aku tak tahu kenapa aku menangis. Mimpi itu pun aku tak tahu, apakah berhubungan denganku atau tidak? Siapa pria itu? Dan bunga merah muda itu? Apa hubungannya dengannya? Dan denganku juga? Untuk apa aku menangisi hal yang tak aku ketahui?
Tapi semakin aku memikirkannya, hatiku semakin sakit dan tangisku semakin menjadi. Tanpa sadar, aku memutar tubuhku ke samping menghadap Wonwoo dan memeluknya. Aku menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya, menangis disana, dan dapat kurasakan juga jika Wonwoo membalas pelukanku sembari mengelus punggung serta rambutku.
"Tak apa, tenanglah Jia. Itu hanya mimpi buruk. Aku disini. Kau tidak sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)
FantasyTemukan yang pertama. Kedua dan seterusnya tidak nyata. Jangan jatuh cinta pada yang putih. Jangan sampai yang merah muda mati sebelum menemukan yang pertama. -fallin' flower🥀 . . . //fantasy story inspired by 'Fallin Flower' MV// //selamat datang...
![Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)](https://img.wattpad.com/cover/224694717-64-k431768.jpg)