Aku membuka mata kembali untuk kesekian kalinya, dan kali ini ruangan ini hanya berisi warna putih, namun tidak polos dan sepi. Melainkan.... aku benar-benar di sebuah ruangan!! Ruangan yang memiliki tembok dan jendela, tidak lagi ruang tak berujung seperti sebelumnya.
Kuputuskan untuk mengitari ruangan ini, berlari kesana-kemari. Namun aku merasa aneh, sedari tadi aku berlari, kali ini tak ada bunga yang tumbuh satupun dari setiap langkahku, berbeda dengan sebelumnya. Sebenarnya siapa yang aku temui disini?
"Permisi??!!!" Teriakku.
"Apa ada orang disini?!!!" Aku kewalahan dan letih karena terus berlari dan berteriak sedari tadi.
Namun tiba-tiba saja telingaku menangkap suara. Memiliki nada. Sangat indah dan lembut. Ya, itu suara dentingan yang berasal dari tuts piano. Aku lagi-lagi memutar tubuhku, tapi tak ada siapapun disini. Namun akhirnya mataku melihat sebuah pintu putih ditengah tembok, sebelumnya tidak ada pintu, begitu pikirku. Anehnya saat aku semakin dekat dengan pintu tersebut, suara dentingan piano itu semakin keras dan dapat kutebak kalau aku akan menemukan seseorang dibaliknya.
Sesaat setelah aku membuka pintu, terdapat sebuah ruangan lagi, tapi ini lebih kecil dari sebelumnya, dan sebuah piano yang lagi-lagi berwarna putih, ada di tengah ruangan ini. Dia masih berdenting indah melantunkan sebuah lagu. Lalu dengan ragu, aku mendekati benda itu demi melihat siapa yang duduk dibelakang piano itu dan memainkan irama yang indah tersebut.
Betapa terkejutnya aku saat melihat orang yang memainkan puluhan tuts itu dengan teratur, pria itu. Yang pertama. Setelan jas putih yang ia kenakan, jari-jari panjangnya seakan menari diatas tuts putih dan hitam tersebut, dan pandangannya yang tak pernah terlepas dari benda dihadapannya itu. Apakah dia sungguh manusia? Maksudku... dia ada didunia nyata dan aku harus mencarinya? Aku lebih suka dan percaya jika dia seorang malaikat.
Nada terakhir. Lagu itu selesai ia mainkan dengan aku yang sedari tadi mematung menatapnya sembari menikmati tiap dentingnya.
Lalu pria itu mengangkat kepalanya dan menolehkannya ke sisi kiri, menatapku. Seketika aku terkejut dan sedikit malu karena ketahuan menatapnya sedari tadi, aku menolehkan kepalaku ke sembarang arah. Namun pria itu bangkit dan meraih telapak tangan kananku, menggenggamnya erat. Aku sedikit bingung dan masih menatap tautan tangan kami.
"Kau suka warna putih?" Pria itu bertanya padaku, dan hal itu langsung membuatku mau tak mau harus menatapnya, "Y... ya" jawabku gugup.
Dapat kurasakan dia menghela nafas perlahan, "Tapi kau akan lebih menyukai yang merah muda."
Sekarang giliranku yang bertanya dari semua info yang telah ku peroleh, "Karna yang merah muda itu... kau?" Lalu pria itu tersenyum lembut dan mengangguk.
"Kau tahu lagu apa yang aku mainkan tadi?" Tanya dia lagi.
Aku menggelengkan kepala.
"Fallin' Flower. Bunga yang berjatuhan. Kau ingat sesuatu?"
Aku menggeleng lagi.
Bukannya menjawab, pria itu mendekatiku, lebih dekat.
Tolonglah, aku belum ingin pergi dengan tanpa jawaban, jangan lakukan itu...
Seperti dugaanku, pria tadi mengecup bibirku dengan lembut dan aku pun reflek menutup mataku. Tapi ini tidak singkat seperti sebelumnya, pria ini mengecupku sedikit lebih lama walaupun memang tak ada gerakan berarti, hanya mempertemukan bibir kita saja seperti biasa. Namun disela mataku yang terpejam, aku merasa sebuah kenangan lama kembali masuk ke dalam memori otakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)
FantasyTemukan yang pertama. Kedua dan seterusnya tidak nyata. Jangan jatuh cinta pada yang putih. Jangan sampai yang merah muda mati sebelum menemukan yang pertama. -fallin' flower🥀 . . . //fantasy story inspired by 'Fallin Flower' MV// //selamat datang...