💮White and Pink🌸

1K 43 4
                                    

Musim semi.

Cuaca telah kembali menghangat, salju-salju meleleh diterpa sinar matahari meninggalkan sedikit genangan air di tanah yang menjadikannya lembab.

Bunga berwarna-warni bangun dari tempat persembunyiannya selama musim dingin, seolah mereka menyambut hari yang baru. Pohon-pohon kembali berbunga dari batangnya, bunga sakura segera bertunas kecil setelah sekian lama mempersiapkan diri dibawah salju.

Orang-orang menyambutnya dengan suka cita, suasana musim semi memang hal yang disukai sebagian orang. Tapi tidak denganku. Tidak juga, seharusnya iya.

Seharusnya.

Andaikan kejadian itu tidak terjadi, andaikan.... aku mati saat itu.

Kesempatan kedua yang kudapat tak menjadikanku lebih menghargai hidupku, karna memang jiwaku telah mati, kehidupanku telah berhenti lima tahun lalu.

Tak ada yang berubah, semua masalah selalu saja timbul, tak ada yang membaik. Hanya menambah luka saja.

Namaku Lee Jia. Umurku dua puluh satu tahun. Setiap hari kesibukanku hanya menatap layar laptop, dan mengetikkan sesuatu disana. Bukan, itu bukan tugas kuliah, apalagi skripsi, karna aku tidak biaa melanjutkan sekolahku ke perguruan tinggi seperti teman-temanku yang lain. Aku seorang penulis blog dan penerjemah buku ataupun komik, tak jarang juga aku mengambil pekerjaan sebagai translator vidio untuk acara-acara variety show di youtube. Kemampuan bahasaku tidak buruk, setidaknya aku menguasai lima bahasa, yaitu Korea, Inggris, Jepang, Manadarin China, dan Yunani. Bukan karena orangtuaku dari luar Korea, mereka asli Korea, hanya aku saja yang tertarik untuk belajar berbagai bahasa sejak masih SD.

Tak banyak yang tahu, kalau aku adalah seseorang yang bangkit dari kematian, menurutku begitu.
Kata orang, Tuhan itu adil. Tapi menurutku tidak, Tuhan itu licik. Dia tak pernah memberikanku kebahagiaan bahkan hanya sedikit saja. Oleh karena itu aku ingin bertanya pada Tuhan, kenapa Dia tak adil padaku? Dan untuk menanyakannya, aku harus mati.

Tapi tidak, malam itu pertanyaanku tertahan. Tuhan tak ingin aku menanyakannya. Atau aku harus mencari jawabanku sendiri dengan masih tinggal didunia yang kejam ini?

Aku benci hidupku. Tak pernah sekalipun aku merasakan sebuah perasaan yang bernama 'cinta' dalam hidupku. Entah itu dari keluarga, atau orang lain.

Ayahku, apakah masih pantas dia dipanggil ayah? Dia hanya pria gila yang kecanduan alkohol setiap harinya. Semua citra keren tentang seorang ayah yang menjaga dan menyayangi keluarganya, tidak berlaku bagi keluargaku. Ayahku sering memukuli ibu saat sedang mabuk, dan aku yang masih sepuluh tahun saat itu, hanya bisa melihatnya dengan bersembunyi dan menangis dibalik pintu kamarku. Bertahun-tahun aku hidup dibawah pemandangan mengerikan itu, hingga akhirnya wanita yang paling aku sayangi dan orang yang menyayangiku satu-satunya, ibuku, akhirnya menyerah dan ia pergi dengan senyuman diwajahnya.

Sepeninggal ibuku, saat aku enam belas tahun, uang tabungan yang ditinggalkan ibuku untukku, dirampas habis oleh ayahku untuk membeli alkohol. Aku sempat melawan, meskipun aku tahu jika melawan orang tua itu salah, tapi dia sudah kuanggap monster daripada sebutan ayah. Setelah kejadian itu, ayah tidak pernah kembali dari rumah. Aku tidak bahagia ataupun tidak lega saat ayah pergi, tapi aku merasa marah. Pria brengsek yang telah menghancurkan hidupku itu pergi begitu saja tanpa adanya rasa bersalah ataupun sedikit bertanggung jawab?

Disaat itulah aku menyerah, itu merupakan titik terendah dalam hidupku dan mengatakan bahwa, Tuhan itu tidak adil. Tepat di malam musim dingin kala itu, aku berniat menanyakan hal itu pada Tuhan, aku berusaha mati. Aku menjatuhkan diriku dari atas jembatan ke sungai Han. Berharap diriku kehabisan nafas dan tenggelam hingga dasar sungai serta hilang dimakan waktu dan dilupakan oleh dunia, dengan itu aku tak akan merasakan penderitaan seperti ini lagi.

Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang