💮Blessed🌸

113 25 3
                                    

Sebenarnya masih terlalu pagi untukku bangun di jam ini. Ya mungkin bagi sebagian orang lain ini sudah jam beraktivitas, tapi bagiku yang hanya menerima pekerjaan secara online dan hanya beberapa kali saja dalam seminggu untuk datang ke kantor, ini tetap saja terlalu pagi.

Pukul tujuh pagi.

Akhirnya aku memilih untuk bersih-bersih rumah saja, entah sudah berapa bulan aku tak pernah memperhatikan rumah ini. Karena mungkin aku hanya tinggal sendiri di rumah seluas ini, itu membuatku hanya fokus pada beberapa tempat saja di rumah ini, beberapa sudut tak pernah aku bersihkan.

Aku memulai dengan menyedot debu di sofa dan setiap sudut kecil perabotan rumah, ternyata cukup banyak debu yang selama ini aku biarkan saja. Aku lanjutkan mengelap kaca, luar dan dalam, dengan sangat teliti bahkan pada sudut-sudut kecil. Lalu mataku menangkap kedua bunga itu, dan dengan inisiatifku sendiri, aku mengganti air dalam vas tersebut dan kulap satu per satu kelopak bunganya. Perasaanku hanya mengelapnya dengan lembut dan perlahan, namun satu kelopak bunga berwarna merah muda itu terjatuh dengan sendirinya.

Jangan sampai yang merah muda mati sebelum menemukan yang pertama.

Entah kenapa kalimat nenek itu tempo hari terngiang kembali di otakku. Tapi dengan cepat aku langsung menggelengkan kepala. Apa nenek itu pikir, aku akan percaya dengannya? Ini hanya bunga biasa. Iya, bunga biasa bernama eustoma yang...

Dapat bersinar?

Lagi-lagi kenyataan itu menamparku kembali, bagaimana bisa sebuah bunga bersinar? Kecuali jika bunga itu terbuat dari plastik dan tersambung dengan kabel beserta lampu yang dapat aku nyalakan sesuai keinginan.

Entahlah. Aku memilih melanjutkan kegiatan bersih-bersihku saja. Hal terakhir yang aku kerjakan adalah menjemur pakaian. Ini memang rutin aku lakukan dua hari sekali, yaitu mencuci pakaian. Meskipun aku mempunyai banyak pakaian yang lain untuk beberapa hari kedepan, tapi aku hanya tak ingin pakaian kotorku menumpuk.

Tempatku menjemur pakaian ada di lantai atap rumahku yang terbuka dan bisa juga untuk tempat bersantai. Tapi saat aku sedang menjepit pakaian pada tali jemuran, aku melihat seorang lelaki yang selalu menlihat-lihat rumahku dari depan pagar. Mencurigakan.

Kuputuskan untuk turun dan menanyainya.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku sembari membuka gerbang dan dia terlihat memundurkan tubuhnya sedikit.

"Eh? Bukankah ini rumah dari Letnan Wonwoo? Ah, anda pasti istrinya ya?"

Aku yang mendengar hal itu langsung terkejut dan kucoba dengan keras untuk menahan senyumku. Istri? Sudahkah aku cocok untuk menjadi ibu rumah tangga? Mengurus diri sendiri saja masih susah.

"Maaf tapi anda kelihatannya salah rumah. Letnan Wonwoo rumahnya yang itu." Tunjukku pada rumah bercat hijau yang bersebrangan dari sini.

Pria di depanku ini sekarang terlihat sedang  menahan rasa malunya, bisa diketahui dari dia yang menggaruk tengkuknya sendiri.
"Ah, maafkan saya. Karena tadi Letnan Wonwoo mengatakan lewat pesan teks kalau rumah barunya ada di ujung gang, jadi saya mengiranya ini. Sekali lagi saya minta maaf." Pria itu menunduk meminta maaf, dan akupun melakukan hal yang sama sembari mengatakan tidak apa-apa dan senang bisa membantunya.

Pria ini tak jauh dari Wonwoo dalam hal perawakannya, mungkin mereka rekan satu pekerjaan, jadi tak heran proporsi badan mereka sangat bagus. Tapi dia ini tidak seperti orang Korea, mungkin semua orang tidak percaya sebelum berbicara dengannya bahwa bahasa Koreanya sangat lancar, mungkin dia campuran antara Korea dan Amerika?

Belum saja pria tadi memencet bell rumah Wonwoo, pas sekali sang pemilik rumah keluar dari sana. Terlihat jika mereka berdua berbincang sejenak dan pria bule tadi menunjuk-nunjuk ke arah rumahku, mungkin menjelaskan jika tadi dia sempat salah alamat. Lalu Wonwoo melihatku dan kita tak sengaja melakukan kontak mata, dia tersenyum dan aku pun membalas senyumnya, dan langsung menuju ke dalam rumahku kembali. Pekerjaanku belum selesai.

Sebelum melanjutkan perkerjaan rumah, aku bisa melihatnya lagi. Bunga putih yang bersinar. Entahlah, aku hiraukan saja dan berjalan melaluinya. Dan setelah selesai mengurus rumah, dan itu semua butuh waktu sekitar tiga jam untuk menyelesaikan semuanya. Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dan bersiap mengerjakan pekerjaanku yang lain. Apa lagi jika bukan men translate semua file dalam laptopku itu.

Baru saja aku menyelesaikan sejumlah tiga chapter, ponselku berbunyi.

Pak Bos.

Aku segera mengangkatnya.

"Halo pak?"

"Oh iya, apa kau sedang sibuk?"

"Tidak pak, saya sedang mengerjakan projek komiknya, mungkin nanti sore sudah saya submit chapter-chapter awalnya pak."

"Ok. Tapi saya tidak menagih hal itu, karna saya tau kalau kau itu orang yang kompeten dan dapat dipercaya. Hal yang akan saya sampaikan hanya ini, kau tahu kan novelis bernama Boo Seungkwan?"

Tentu saja aku tahu, dia itu penulis muda berbakat bahkan sudah sejak SMP dia menulis novel, tapi sudah lama tidak ada kabar karena katanya dia akan fokus kuliah.
"Iya pak, saya tahu."

"Nah, kabarnya dia akan comeback dengan novel terbarunya, dan itu akan dirilis dalam lima bahasa langsung dan salah satunya dia ingin kamu yang mengerjakan untuk bagian bahasa Jepangnya."

"Benar pak? Saya mau sekali, dari dulu saya sudah sering membaca novel karyanya. Sungguh sebuah kehormatan untuk saya bisa bergabung dalam projek tersebut." Karna memang aku benar-benar terkejut. Sungguh. Telah lama aku menantikan kembalinya dia ke dunia sastra ini, dan aku yang dipercaya olehnya? Aku bukan fansnya, tapi hanya saja semua cerita yang pernah ditulisnya itu sungguh menyentuh dan dapat diterima oleh kalangan manapun. Bahkan aku pun belum pernah melihatnya langsung.

"Tapi ini tak akan mengganggu projek komikmu kan? Apa kau bisa bertanggung jawab mengenai hal itu?"

Aku mengangguk meskipun tahu bahwa pak bos tak akan bisa melihatnya, "bisa pak, bisa."

"Oke, jadi besok kau harus datang ke kantor mengenai detail projeknya."

"Iya pak. Terimakasih banyak."

Dan begitulah akhir dari percakapan kita berdua. Entah apa yang terjadi pada hidupku, seketika semua keberuntungan seakan menghampiriku setelah sekian lama aku terpuruk dalam palung hidup yang gelap.

Tuhan, aku akan selalu berdoa untuk hal yang baik. Jadi tolong jaga ibuku disana, dan katakan bahwa aku selalu menyayanginya. Lalu kepada siapapun malaikat itu yang telah menyelamatkanku, kuharap kita akan segera bertemu.

-fallin' flower🥀

Fallin' Flower [舞い落ちる花びら] ||SVT💎 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang