BAB 2

10.8K 381 2
                                        

Pagi-pagi sekali Rafa sudah bangun dan bersiap menuju sekolah. Badannya benar-benar sakit sekarang, rasanya seluruh tulangnya siap remuk kapan saja. Ini pasti gara-gara ia tidur di sofa. Semuanya ulah Haidar, pria itu memang sumber semua masalah Rafa sekarang.

~

Ini malam pertama mereka menikah. Setelah selesai mandi Rafa buru-buru tidur, agar Haidar tak mengajaknya berbicara. Haidar baru saja selesai mandi ketika Rafa sedang berusaha tidur.

"Heh suruh siapa lo tidur di atas?" Tanya Haidar pada Rafa yang pura-pura tidur. Haidar kesal, Rafa tak menjawab pertanyaannya sedikitpun.

Haidar mendekati Rafa perlahan, wajahnya mendekati wajah Rafa hingga jarak diantara wajah mereka hanya beberapa centi saja. Rafa mengetahui keadaan itu dari hembusan napas Haidar yang terasa di wajahnya.

Rafa mengernyitkan dahinya, dalam waktu singkat Haidar langsung tahu bahwa Rafa sedang pura-pura. Dengan segera Haidar menarik Rafa hingga ia turun dari kasur. Rafa kesal sambil mengaduh kesakitan karena Haidar menariknya dengan kencang.

"Duh mau lo apa sih?!" gerutu Rafa.

"Gue bilang, gada yang nyuruh lo tidur di kasur. Lo tidur di bawah gih" balas Haidar yang berjalan naik ke atas kasur.

"Eh buset, ini kasur segede gini bagi-bagi dikit dong" Rafa kesal, dimana-mana laki-laki yang harus mengalah dan tidur di bawah, pikirnya.

"No, gue ga biasa tidur bareng orang lain, apalagi cewek freak kayak lo" balas Haidar.

Tangannya mengepal keras, Rafa mengambil bantal dan memukul-mukulkannya pada Haidar yang sudah berbaring, ia benar-benar kesal pada Haidar. "Eh apaan sih?!" seru Haidar menahan sakit.

"Dasar om-om tua!" Rafa membawa bantal itu keluar kamar, ia memutuskan untuk tidur di sofa. Malam ini malam terburuknya, tanpa sadar matanya mulai basah. Jika begini terus rasanya ia ingin mati saja.

Hari berganti hari, hal itu sudah menjadi hal biasa bagi Rafa. Setiap malam ia harus keluar kamar dan tidur di sofa. Ia tak mengerti, apa salah yang ia buat sampai ia dihukum sekejam ini. Haidar benar-benar tak merasa kasihan padanya. Seorang istri harus tidur di ruang tengah, di lantai bawah, sedangkan suaminya bisa dengan nyaman tidur nyenyak di kamarnya yang aman. Rafa ingin sekali mencekik Haidar sampai mati. Tapi ia tak mungkin melakukan hal sekejam itu pada Haidar, lagipula Haidar pasti bisa mencegahnya melakukan itu.

~

Pukul 6.15 Rafa sudah tiba di sekolah. Beberapa anak mulai berdatangan, tapi kelas Rafa masih kosong. Rafa segera duduk di bangkunya dan mengistirahatkan kepalanya diatas meja. Ia masih mengantuk, matanya segera menutup. Pikirannya mulai melayang pada kejadian tadi malam.

Ia ingin pergi saja, berlari secepat mungkin dan sejauh mungkin, hingga tak ada yang mampu mengejarnya dan menemukannya. Bahkan keluarganya sekalipun. Audi juga tak mengerti keadaannya. Dan ia pun tak berharap Hafizh mengerti dirinya. Tak ada yang mengerti dirinya.

"Woy!" seseorang menepuk bahu Rafa hingga ia terperanjat dari kursinya. Matanya menangkap sosok manusia didepannya. Vina, teman sebangku Rafa yang sudah Rafa kategorikan sebagai sahabat baiknya. "Duh Vin lo apaan sih masih pagi jangan ngagetin" gerutu Rafa yang kembali mengantukkan kepalanya ke bawah. "Yaelah Fa justru gue yang harus nanya ke lo, tumben banget pagi-pagi udah nyampe. Kesambet apaan lo?" Tanya Vina heran, ia kemudian meletakkan tasnya diatas meja dan duduk di samping Rafa.

Rafa ingin saja menceritakan kejadian semalam pada Vina, tapi apa yang akan Vina katakan kalau ia tahu Rafa sudah sah menjadi seorang istri. Rafa menggeleng pelan, mengusir pemikiran kemungkinan yang akan terjadi jika Vina tahu Rafa sudah menikah.

Married with Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang