BAB 8

7.9K 323 6
                                    

Pagi-pagi sekali, Rafa sudah berada di kelas. Entah kenapa, perasaannya sejak kemarin tidak enak. Haidar bilang, kasusnya sudah ditutup karena para tersangka sudah terbukti bersalah. Kasus Pak Kepala Sekolah kini sudah ditangani pihak berwajib, dan sedang dalam pengawasan. Ia yakin, beberapa hari ke depan sekolahnya pasti sudah dibanjiri gosip-gosip.

“Rafa oh my God Rafa! Gue denger lanjutan gosip kemarin!” seru Vina yang baru saja tiba. Ia segera meletakkan tasnya di  bangkunya dan berderap menuju bangku Rafa. Rafa menatap Vina malas, ini masih terlalu pagi untuknya mendengar gosip dari Vina.

“apaan sih Vin? Soal detektif nyamar itu?” gerutu Rafa, membuat Vina terkejut.

“lho, kok lo tau sih? Kan kemarin gue bilang polisi, sekarang justru gue mau klarifikasi gosip gue kemarin. Gue denger yang nyamar itu detektif, dan katanya orang yang dicurigai adalah Haidar” ujar Vina. Mata Rafa langsung segar 100%, siapa yang membongkar penyamaran Haidar?

“lo tau darimana?” tanya Rafa, kedua tangannya menggenggam bahu Vina erat.

“gue denger dari anak sebelah sih Fa, tapi gue gak tau pasti. Ya kalo misalnya itu gosip beneran nyata, gue sih bersyukur aja. Berarti masa depan gue sama Haidar terjamin sudah!” seru Vina, menampakkan wajah puasnya. Rafa menepuk dahinya, tidak terbayang kalau Vina sampai tahu yang sebenarnya.

Bel masuk berbunyi, semua murid pun duduk di bangku masing-masing. Tapi bangku di samping Rafa kosong. Meskipun ia tahu alasannya, ia tetap saja berharap bahwa fakta tersebut hanya bualan semata. Hati kecilnya masih berharap tiba-tiba pria bernama Rafa Taruna Zalman Nur Anbiya itu berlari dari arah pintu kelas.

Pak Aji pun memasuki kelas. Setelah murid-murid mengucap salam, Pak Aji pun membalasnya. Ia berdiri didepan kelas sambil memegang map. Tak biasanya Pak Aji berdiri lama disana, biasanya ia langsung duduk di kursi guru dan mengabsen murid-murid kelas satu per satu.

“kemarin bapak denger berita buruk dari pihak kepolisian” ujar Pak Aji, membuat suasana kelas langsung menjadi kaku.

Deg.

Rafa langsung menatap Pak Aji tak berkedip. Ini pasti mengenai teman sebangkunya, atau kepala sekolahnya.

“teman kalian yang bernama Rafa Taruna Zalman Nur Anbiya ditangkap polisi karena terlibat kasus pengedaran narkoba” lanjut Pak Aji, membuat kelas tiba-tiba menjadi riuh. Anak-anak saling berbisik, mereka tak percaya dengan berita tersebut.

“dan beberapa adik kelas kalian juga terlibat dalam kasus penggunaan obat terlarang tersebut dan kini kasusnya sudah ditangani pihak kepolisian. Yang bapak ingin sampaikan adalah, kalian jangan sampai mengorbankan diri kalian untuk hal-hal seperti itu. Narkoba akan menghancurkan hidup kalian. Kalau kalian tidak masuk penjara, kalian pasti akan sakit-sakitan. Dan puluhan tahun akan kalian sia-siakan, akan kalian habiskan dengan rasa penyesalan tak berkesudahan. Bapak harap jangan ada lagi yang melakukan hal itu, karena langkah kalian menuju kesuksesan masih jauh, dan bapak tidak ingin kalian berhenti di tengah jalan” ujar Pak Aji.

Rafa terdiam, lalu melirik Edi. Edi hanya bisa menatap Pak Aji, tanpa ekspresi. Rafa tahu, hati Edi pasti hancur berkeping-keping, mendengar berita sahabatnya masuk penjara. Rafa bahkan yakin jika ia berada di posisi Edi, ia pasti sudah menangis sedih.

-

Bel istirahat berbunyi, Rafa buru-buru keluar kelas dan berjalan menuju kelas sebelah. Rafa ingin makan siang, tapi terlalu takut untuk mengajak Edi. Ia tak tahu harus membicarakan apa dengan Edi. Akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Faris makan.

“kamu Rafa ya?” ujar seseorang dari belakang Rafa. Ia menoleh dan mendapati Mira sedang berdiri sambil membawa sekotak jus. “Mira?” tanya Rafa, agak terkejut kenapa Mira bisa berada disana.

Married with Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang