BAB 9

6.2K 316 1
                                    

Rafa baru saja pulang dari sekolah, ia buru-buru melangkahkan kakinya menuju rumah. Hari ini hari ulang tahun Haidar, Rafa ingin memasakkan sesuatu yang spesial untuk Haidar. Spaghetti buatannya adalah favorit Haidar, mungkin hari ini Rafa cukup memasakkan spaghetti spesial untuk suaminya itu.

Setibanya di rumah, Rafa buru-buru naik ke kamar untuk berganti pakaian. Ketika membuka pintu kamar, ia melihat Haidar sedang merapikan pakaiannya di atas kasur. Sebuah koper besar terbuka di lantai. Rafa menatap Haidar bingung.

“lo... lo mau kemana Dar?” tanya Rafa, suaranya agak mengecil.

sorry Fa, gue lupa ngasih tau lo. Keberangkatan gue ke London dipercepat, pihak akademi minta gue ngurus berkasnya lebih awal” jawab Haidar, tangannya yang sedang melipat kaos pun langsung terhenti.

“lho, kok buru-buru sih?” tanya Rafa lalu melangkah mendekati Haidar.

“gue juga gak tau Fa, pihak sana yang minta” jawab Haidar.

“tapi, kerjaan lo disini gimana? Lo kan masih punya banyak kasus yang mesti lo selesain?”

“kemarin gue udah resign dari kantor, dan kasus-kasusnya udah ditanganin sama rekan gue”

“lo mau ninggalin gue?” ujar Rafa, nada bicaranya terdengar memelas.

Haidar menatap Rafa lama, lalu turun dari kasur dan memeluk Rafa erat. Sebagian dirinya merasa sedih juga, karena ia tak mau terpisah dari Rafa. Namun ini harus dilakukan, demi masa depannya. Toh, jika Haidar sukses, Rafa pun akan bangga padanya.

Kedua pilihan itu akhirnya tiba juga. Haidar tak ingin memilih sebenarnya, pikirannya sedang berkecamuk. Tapi Haidar benar-benar sudah membulatkan tekadnya, ia akan berangkat sekarang dan terus setia menunggu Rafa di London. Ya, Haidar akan menunggu Rafa hingga lulus, di London.

“maafin gue, Fa. Gue juga gak mau ninggalin lo, tapi Ayah udah maksa gue buat cepet-cepet berangkat. Gue juga kemarin udah minta restu dari orangtua lo, kalo gue bakal pergi ninggalin lo sendirian disini” gumam Haidar. Rafa hanya diam saja.

good luck, then” ujar Rafa lalu melepas pelukan Haidar. Ia tersenyum pada Haidar, Haidar menatap Rafa aneh.

“lo... gak apa-apa gue tinggal sendirian disini?” tanya Haidar agak khawatir.

well, gue emang gak mau ditinggal sama lo. Tapi gue gak bisa nahan lo buat ngejar cita-cita lo” jawab Rafa. Haidar tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Rafa lembut.

“makan di luar yuk, gue jadi males masak!” seru Rafa sambil melepas ranselnya dan berjalan menuju lemari.

-

Rafa baru saja bangun pukul 6.20 pagi, ia langsung buru-buru mandi dan hanya sarapan sepotong roti. Berjalan kaki tak mungkin sampai di sekolah tepat waktu, jadi ia terpaksa menaiki angkot menuju sekolah. Ia bahkan tak sempat mengucapkan selamat pagi pada Haidar, karena Haidar terlihat begitu lelap.

Jam menunjukkan pukul 6.50, Rafa berhasil tiba di sekolah tanpa harus telat. Napasnya masih tersengal, karena tadi ia sempat terjebak kemacetan. Berlari sejauh 200 m ternyata jadi pilihan tepat, daripada harus terlambat.

Setibanya di kelas, Rafa melihat anak-anak sedang berkerumun di bangku Edi. Rafa mengernyitkan dahinya, bingung. Bel sekolah sudah berbunyi dari tadi, tapi anak-anak malah belum bersiap di bangku masing-masing. Pasti ada sesuatu yang menarik perhatian mereka.

“hey pada ngapain sih?” tanya Rafa, nada bicaranya terdengar riang. Seluruh anak langsung menoleh ke arah Rafa, pandangan mereka semua terlihat sama. Bahkan Vina terlihat marah, tatapannya tajam langsung menusuk ke arah Rafa.

Married with Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang