Siang hari ini matahari agak terik, Rafa berjalan lemas menuju kantin. Ia paling benci matahari, ia paling tidak suka berpanas-panasan. Meskipun seorang atlet lapangan, Rafa paling anti dengan panas menyengat. Suhu siang itu mencapai 39 derajat celsius. Rafa harus segera mencari pendinginnya.
"Bu es kelapa satu" seru Rafa pada ibu kantin penjual minuman. Rafa segera duduk di bangku yang kosong begitu ibu kantin tersebut mengangguk mantap. Rafa membiarkan tangan dan kepalanya terkulai lemas diatas meja. Seluruh tubuhnya berkeringat, untung saja isi kepalanya tak mendidih.
Tiba-tiba Rafa teringat kejadian semalam. Rafa bahkan tak percaya Haidar mau melanggar perintah atasannya demi membuat Rafa mengerti. Tapi kemudian banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Apa mungkin...
"Ini dek es kelapanya" ujar si ibu kantin sambil mencolek lengan Rafa. Rafa segera bangkit lalu melihat segelas es kelapa sudah dihadapannya. Ia segera meraih gelas itu, mengaduk-aduknya, lalu meminumnya. Tubuhnya terasa lebih dingin sekarang.
"Bagi dong" ujar Haidar yang sudah duduk disamping Rafa dan meraih gelas es kelapanya. Rafa terkejut bukan main, sejak kapan om-om ini ada disampingnya?
"eh apaan sih?” Rafa mencoba menarik kembali es kelapanya, tapi tangan Haidar yang bebas menangkis tangan Rafa. “balikin!” gerutu Rafa sambil mencubit tangan Haidar. “ah elah pelit amat sih. Nih!” Haidar kemudian mendorong gelas itu ke arah Rafa. Kini gelasnya tinggal setengah terisi, Rafa menatap Haidar sebal.
“lo ngapain sih disini?! Kan lo sendiri yang bilang kita gaboleh keliatan mencurigakan di sekolah" gerutu Rafa sambil memukul lengan Haidar pelan. "Tenang aja kali, jam istirahat kan masih lama. Lagian yang lain masih sibuk ngerjain tugas di perpus" jawab Haidar santai. Rafa terdiam sejenak, ia melihat peluh sudah mengucur di dahi Haidar.
Rafa beranjak dari tempat duduknya, tapi Haidar tak peduli sama sekali, ia bahkan lebih tertarik dengan es kelapa milik Rafa. Tak lama kemudian, tangan Rafa terjulur dihadapannya, menyodorkan selembar tisu. Haidar mendongak dan menatap Rafa.
"Lap dulu jidat lo" ucap Rafa. Haidar sedikit terkejut dengan perilaku Rafa, tapi ia tetap menerimanya dan mengelap jidatnya yang penuh peluh.
"Bu es jeruk 3" seru seorang pria yang duduk tak jauh dari tempat Rafa dan Haidar duduk. Dengan hanya sekali tatap, Haidar bisa mengenali wajah itu. Haidar ingin saja segera membawa pria bermasalah itu pergi, tapi sekarang ia tak punya alasan yang cukup. Haidar hanya bisa melihat gerak-gerik si pria dan kedua temannya.
"Dar, itu orang yang lo ceritain?" Bisik Rafa ketika menyadari Haidar terus memperhatikan ketiga pria yang sedang duduk santai di bangku kantin. "Ya. Tuh cowok yang ditengah namanya Feri, dia ketuanya. Yang kiri namanya Hans yang kanan namanya Vio" Ujar Haidar. Rafa melirik ke arah pria tadi satu persatu, membedakan mana yang Feri, mana yang Hans, dan mana yang Vio. "Lo yakin mereka lagi pada teler? Gue ga liat tuh mukanya kayak orang teler, orang bersih gitu" balas Rafa. "Eh mereka bukan pengguna Fa, mereka pengedar. Karena udah jadi kakak kelas, mereka lebih ngincer adik kelas, terutama kelas 1, mangsa paling empuk" jawab Haidar.
Rafa mengangguk sebentar, lalu sadar ada sesuatu yang aneh disana. Vio adalah sepupunya. Sontak Rafa tak terima dengan penjelasan Haidar tadi.
"Tunggu, kak Hans sama kak Vio juga terlibat?!" Bisik Rafa lagi, tak percaya. "Gue juga belum tau sih, tapi belakangan ini ketiganya bareng terus, gue sih mikirnya iya" jawab Haidar. "Tapi Dar, kak Vio itu sepupu gue!" bisik Rafa lagi, tak sabar. Haidar terdiam sejenak, masih terkejut dengan perkataan Rafa tadi. Tapi ia mencoba tetap tenang.
"Narkoba nggak milih siapa korbannya Fa" balas Haidar. Wajah Rafa berubah sedih, kecewa lebih tepatnya. Padahal Vio termasuk saudaranya yang paling ia kagumi. Selain prestasi akademiknya, Vio juga berprestasi di bidang Aikido. Bahkan Rafa bergabung dengan Aikido karena Vio. Kini dahinya terasa berdenyut, kenyataan dan panasnya matahari membuatnya ingin pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective
Fiksi RemajaRafa selalu berdoa agar keluarganya tetap sehat dan bahagia. Tak pernah sedikitpun terselip doa ingin cepat dapat jodoh. Tapi Tuhan mempertemukan Rafa dan Haidar dengan cara yang tidak biasa! Bagaimana kisah seorang gadis tomboy berusia 17 tahun yan...