Langit di atas kota Jakarta pada bulan Agustus begitu indah, pikir Rafa. Ia menghirup udara bulan Agustus dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Dalam benaknya kini mulai tergambar Haidar, pria yang tinggal bersamanya, yang telah menikahinya 9 bulan lalu, dan menjadi teman satu sekolahnya sekarang.
Rafa baru saja naik kelas, dan untungnya ia masih satu kelas dengan Vina. Tapi sayang, Haidar harus berpisah kelas dengannya. Dalam hati kecilnya, Rafa ingin sekali satu kelas lagi dengan Haidar, tapi ia tak mungkin mengatakannya. Haidar bisa besar kepala nantinya.
Kabar tentang Feri, Hans, dan Vio telah lama menghilang. Ketiganya secara diam-diam dibekuk polisi dan ditahan atas tuduhan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan pengedaran narkoba. Pihak sekolah, terutama kepala sekolah, sengaja menutupi hal ini. Beliau tak mau nama sekolahnya rusak hanya karena perilaku ketiga murid tak bertanggung jawab ini.
Rafa sebenarnya sedih, Vio yang ia kagumi ternyata melakukan hal buruk seperti itu. Tapi Haidar benar, narkoba tak memilih siapa korbannya. Bahkan Rafa juga sempat tak menyangka bahwa narkoba memilih orang terkasihnya sebagai korban.
“woy, bengong aja lo” seru Vina sambil menyenggol lengan Rafa, keduanya sedang berada di lantai teratas gedung sekolah mereka. Kegiatan pembelajaran untuk semester ini sudah ditutup, jadi keduanya bisa bersantai sambil berkeliling sekolah.
“gue masih kepikiran soal Kak Vio, Vin” gumam Rafa, menerawang menembus awan. Pikirannya melayang mengingat kembali kejadian ketika Rafa berniat menjemput Haidar di kantor polisi, lalu melihat Vio dan teman-temannya sedang diinterogasi. Wajah Vio saat itu benar-benar kalut, ia bahkan menunduk malu, tak punya nyali untuk menatap Rafa lurus. Hati Rafa seolah tersayat melihat ketidakberdayaan sepupunya itu.
“lo berdoa aja supaya dia dapet hidayah Fa. Gue yakin dia cuma salah gaul aja, padahal kan aslinya baik Fa” hibur Vina. “gue yakin dia bakal tobat, terus cepet keluar karena dapet grasi atas perilaku baiknya” lanjut Vina. Rafa hanya tersenyum tipis.
“oh ya gue denger kita gak sekelas sama Haidar lagi ya? Sayang banget padahal gue pengen lebih deket sama dia” ucap Vina. Rafa melirik cepat ke arah Vina, “ngga, ngga boleh!” seru Rafa cepat. Vina terkejut mendengar jawaban Rafa.
“ngga boleh apaan Fa?” tanya Vina bingung.
“ng... itu... maksud gue, lo jangan deket-deket sama Haidar. Dia tuh cowok nyebelin Vin” jawab Rafa kikuk. Vina terkekeh.
“lo gak usah so tau deh, lo kan gak deket sama Haidar” timpal Vina sambil berjalan menjauhi Rafa untuk mengambil tasnya yang tergeletak di lantai. Rafa mendelik sebal ke arah Vina, seharusnya kalimat itu menjadi dialognya.
“yuk Fa, kita turun. Laper nih, makan bakso yuk!” ujar Vina yang sudah menggamit tasnya. “lo duluan aja deh, gue janji makan siang dirumah hari ini” jawab Rafa. Vina mendengus pelan, “yaudah gue duluan ya Fa, bye” seru Vina kemudian menuruni tangga meninggalkan Rafa sendirian.
“jadi lo gak suka kalo ada cewek yang pengen deketin gue?” ucap seseorang dari ujung lorong gedung tiba-tiba. Itu Haidar, yang sedari tadi menunggu Rafa disana. Rafa terkejut ketika mendapati Haidar sedang berjalan mendekatinya. Sejak kapan ia berada disana?
“lo sejak kapan disini?” tanya Rafa kaget. “jawab dulu pertanyaan gue” tukas Haidar. “ngga, gue bukannya gak suka. Gue gak mau aja Vina deket-deket sama om-om freak kayak lo” jawab Rafa menggerutu. “bilang aja kalo cemburu Fa” ucap Haidar sambil terkekeh, tangan kanannya yang bebas langsung mengacak-acak rambut Rafa.
“udah ah gue mau pulang” gerutu Rafa sambil meraih ranselnya dan menuruni tangga. “eh tunggu Fa!” seru Haidar sambil mengejarnya.
Rafa tak menghiraukan Haidar yang mengejarnya terus dari belakang. Setibanya di gerbang depan, tangan Rafa berhasil diraih Haidar. Keduanya berhenti berlari, lalu Rafa mendelik sebal pada Haidar. “lo atlet panahan apa atlet vertical marathon sih? Turun tangganya ngebut bener” gerutu Haidar, napasnya masih tersengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective
Teen FictionRafa selalu berdoa agar keluarganya tetap sehat dan bahagia. Tak pernah sedikitpun terselip doa ingin cepat dapat jodoh. Tapi Tuhan mempertemukan Rafa dan Haidar dengan cara yang tidak biasa! Bagaimana kisah seorang gadis tomboy berusia 17 tahun yan...