BAB 7

7.8K 317 6
                                        

Hari itu, pada jam istirahat,

"Eh Ed, lo tau ga ada murid baru di kelas sebelah. Namanya Rafa. Cantik banget dah orangnya"

"sok tau lo Tan, pernah liat orangnya emang?"

"belum sih Ed, tapi gue liat di Instagram nya sih cantik banget doi"

"ah elu Tan polos banget. Siapa tau dia cuma kayak cewek-cewek lain, cantiknya gara-gara camera 360 atau B612"

"Ed Ed! Tuh doi lewat Ed!"

Rafa berjalan melewati koridor sekolah, mengangguk lalu tersenyum begitu matanya bertemu dengan mata Edi. Sejak saat itu dunia serasa berubah seratus delapan puluh derajat bagi Edi. Edi seolah telah menemukan cinta pandangan pertamanya, cinta sejatinya.

"bener kan apa kata gue? Doi emang cantik banget Ed, tapi gue denger-denger tuh cewek lagi deket sama satu cowok di kelasnya. Namanya Rafa juga, tapi Rafa ini cowok ya Ed"

"halah siapa sih Rafa?! Baru deket doang kan? Selama bendera kuning belum melengkung, gue masih ada kesempatan buat ngejar dia!"

"eh kunyuk, janur kuning bukan bendera kuning. Lu pikir mati"

"iya apapun lah itu. Eh caw yuk, bentar lagi masuk kelas"

-

"Rafa!"

"apa?"

"apa?"

"gue manggil Rafa yang ini, bukan lo"

"eh kalem aja dong lo kalo ngomong, gak perlu nyolot gitu"

"eh siapa yang nyolot? Gue kalem aja kok ngomongnya, lo tuh yang nyolot"

Keduanya pun terlibat baku pukul yang hebat. Rafa berusaha melerai keduanya, namun apa daya ia hanya seorang gadis yang lemah gemulai. Akhirnya ia mencari bantuan, lalu bertemu dengan Sena, Tama, Tristan dan Panji. Akhirnya kedua pria tadi berhasil dilerai.

"udah Ed, Fa, udah. Kalo gini caranya, gue gak akan milih kalian berdua"

"tapi Fa..."

"sorry Fa, gue gak bisa milih lo. Gue gak mau lo sama Edi berantem terus. Lebih baik gue mati aja"

Rafa akhirnya lompat dari lantai 3 gedung sekolah. Ia pun tewas di tempat. Selesai.

Suara tepuk tangan memecah keheningan kelas. Bu Dety, sang guru Bahasa Indonesia kelas tersebut, bahkan sampai menitikkan air mata. Teman-temannya bertepuk tangan sambil berdecak kagum, beberapa diantaranya memuji akting Rafa. Mereka tidak menyangka Rafa yang pendiam bisa berakting seperti itu.

"Rafa, akting kamu bagus banget!" seru Bu Dety sambil bertepuk tangan heboh.

"makasih bu" jawab Rafa dan Rara, berbarengan.

"kalian... yang ibu maksud itu Rara. Rafa juga bagus aktingnya, tapi Rara menghayati banget perannya. Ibu suka sama aktingmu!" balas Bu Dety. Anak-anak langsung terkekeh, Rafa hanya diam saja.

"karena kelompok kalian dramanya paling maksimal, ibu kasih kalian nilai sempurna!" lanjut Bu Dety bahagia. Anak-anak lain langsung bertepuk tangan, memberi apresiasi besar bagi Rafa dan kawan-kawan. Sena mengernyit tak mengerti.

-

"gue gak ngerti deh, kenapa kelompok kita dapet nilai sempurna. Padahal ceritanya gantung banget" gerutu Sena. Kini mereka sedang duduk-duduk santai di kantin, pelajaran terakhir tak ada guru dan mereka berdelapan memutuskan untuk pergi ke kantin menikmati segelas es kelapa muda.

"ya udah syukuri aja Sen, belum tentu nilai kita yang lain bagus. Lumayan buat nambah-nambah nilai" balas Tama.

"tapi gue juga heran, itu guru kenapa bisa suka sama akting gue? Padahal akting gue gak lebih bagus dari akting Vina" ujar Rara.

Married with Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang