𝑰𝑰𝑰. 𝑺𝒕𝒂𝒚 𝑨𝒘𝒂𝒚?

295 50 33
                                    

Dongmyeong mengemas buku-bukunya.

Mengambil semua yang masih tercecer di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas.

Keadaan kelas sudah kosong sekarang, bahkan sekolah sudah kosong. Hanya ada Dongmyeong disana. Seorang diri.

Bukan karna apa, Dongmyeong hanya ingin menuntaskan belajarnya hari ini tanpa ada gangguan kicauan sewaktu-waktu kalau Kiwook mampir ke rumahnya.

Lebih baik diselesaikan di sekolah.

Kata Dongmyeong, kalau sudah bersama Kiwook, semuanya tidakak akan pernah selesai ia kerjakan, apapun itu. Tidak akan pernah tuntas. Karena Kiwook akan merasa lebih penasaran dan mengganggu Dongmyeong untuk mengerjakannya.

Selesai berkemas, Dongmyeong mulai melangkahkan kakinya keluar kelas.

Mengingat ini sudah sore, takut nanti orang tua angkatnya khawatir kenapa ia pulang terlalu lambat.

Pernah waktu Dongmyeong telat hari pertama sekolah, ia telat pulang karna dapat hukuman oleh Hwanwoong dan sempat terjebak gara-gara hujan.

Ketika sampai di rumah dengan mobil ibu Xion, orang tua angkat Dongmyeong khawatir sampai-sampai ibu Xion diinterogasi olehnya.

Dongmyeong bisa apa kalau bukan meminta maaf dan menjelaskan semuanya.

Intinya Dongmyeong tidak mau hal seperti itu terulang lagi.

Makanya ia memilih untuk langsung pulang sekarang, tidak mau orang tua angkatnya merasa khawatir lagi, lagipula ia masih ada rasa tidak enakan pada orang tua angkatnya yang sangat baik itu.

Langkah Dongmyeong terhenti tepat di teras luar setelah turun tangga, tatap matanya hujam seseorang yang sedang berdiri di lapangan sekolah.

Dan Dongmyeong yakin orang itu adalah Xion yang sedang menjalankan hukuman yang diberikan oleh Hwanwoong.

Dongmyeong jalan mendekat.

Xion yang sibuk menyapu lapangan langsung menoleh. Merasa ada seseorang yang sedang menginterupsi kehadirannya.

Senyum mengembang di bibir yang muda, "hai, Dongmyeong!" sapanya ceria sambil melambaikan tangannya.

Dongmyeong juga tersenyum.

Kalau Dongmyeong boleh jujur, tidakak ada alasan dirinya untuk tidak membalas senyuman Xion, Dongmyeong tidak bisa mengabaikan begitu saja senyuman seseorang yang mirip dengan senyuman Dongju itu.

"Kenapa? Telat lagi?"

Xion hanya mengangguk dan melanjutkan lagi pekerjaannya.

Di suhu 12 derajat itu, keringat jatuh dari pelipis Xion dan menetes ke tangannya yang sedang memegang sapu lidi.

"Kasihan. Sini! Biar aku lanjutin!" ucap Dongmyeong, mencoba merebut sapu yang ada ditangan Xion.

"Gak usah, Dongmyeong."

Dongmyeong menggeleng, "kamu nolak ya? Nolak? Mau aku gelitikin? Ha? Mau?" Tangan Dongmyeong sudah terangkat ancang-ancang untuk menggelitik Xion.

"Iya! Iya! Nih! Nih! Ambil!" teriak Xion menjatuhkan sapu itu dan berlari menjauh dari Dongmyeong, "gak usah ancam pake gelitikan juga kali!"

Dongmyeong tertawa, "udah! Kamu tenang duduk aja sana! Biar aku lanjutin! Baru sembuh juga!"

"Hehe."

Xion hanya menggaruk kepalanya. Ia masih merasa asing dengan kepedulian Dongmyeong padanya, tapi tidak tau kenapa Xion tetap menerima kepedulian Dongmyeong tanpa bertanya apakah Dongmyeong tulus peduli padanya atau hanya karna ada keperluan tertentu.

"𝐇𝐚𝐢, 𝐃𝐨𝐧𝐠𝐦𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠." ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang