XIV

1.3K 145 4
                                    


"Ramen?!"

Chanyeol duduk manis di depan Baekhyun yang sedang mengaduk - aduk mie di dalam panci. Uap dari panci yang mengebul membuat Chanyeol terkesima dan lapar. Gadis itu kemudian menaruh dua mangkuk kecil serta sumpit. Dengan lahap ia memulai makan terlebih dahulu, sementara Chanyeol menatapnya heran.

"Ayo di makan!" tunjuk Baekhyun pada panci di hadapannya.

Chanyeol menatap enggan, "Bukankah kau harus memisahkannya menjadi dua porsi?" Pertanyaan itu memancing tawa Baekhyun yang menggelegar. Ia lupa bahwa yang di hadapannya ini tidak pernah makan searogan dirinya.

"Kalau makan ramen, lebih enak seperti ini." kata Baekhyun berusaha meyakinkan pemuda di hadapannya. "Karena kau pemula, maka aku akan memaafkanmu. Baiklah, mana mangkukmu?"

Baekhyun memindahkan isi panci itu ke mangkuk dan memberikannya pada Chanyeol. Pemuda itu mencicipi kuahnya terlebih dahulu dan kembali hanyut dalam rasanya. Apakah semua yang istrinya masak akan se enak ini? Luar biasa. Baekhyun terkesan melihat reaksi Chanyeol yang menikmati ramen itu.

Mereka menghabiskan makan malam dengan cepat, sampai Chanyeol tak ingin beranjak dari meja makan dan hanya memperhatikan Baekhyun yang sedang membereskan peralatan makan yang kotor. Gadis itu bekerja dengan cekatan dan rapi. Chanyeol terkesan. Merasa di perhatikan Baekhyun menoleh dan menanyakan apa ada yang aneh dengannya. Chanyeol menggelengkan kepala dan berjalan meninggalkan dapur untuk merebahkan dirinya di sofa ruang TV.

Besok siang mereka sudah harus kembali ke Seoul. Karena persiapan pelantikan Baekhyun sebagai Puteri Mahkota. Chanyeol mendengus kesal, ia sudah membayangkan betapa menumpuknya jadwal yang harus di kerjakannya begitu tiba di istana. Percayalah pekerjaan ini lebih berat dari apapun.

Ia menatap datar layar ponselnya dan seperti memberi tanda ceklis pada setiap daftar kegiatan romantis yang harus ia lakukan bersama oleh Baekhyun. Daftar itu di kirimkan langsung oleh ayahnya. Awalnya Chanyeol merasa terpaksa melakukannya, seperti yang orang-orang tau, ia sangat kikuk menghadapi perempuan.

Mengajaknya ke pulau pribadi.

Melihat sunset.

Hanya dua kegiatan itu saja yang di garis bawahi Chanyeol. Sisanya? Percayalah hanya kegiatan yang memang seharusnya di lakukan sepasang suami istri yang saling mencintai dan Chanyeol tau, jika ia memaksa melakukannya yang ada Baekhyun akan memukul dan memakinya.

"Aku akan ke kamar duluan." teriak Baekhyun dari arah dapur dan menyisakan pertanyaan bagi Chanyeol. Apa maksud dari kata 'duluan'? Apakah itu berarti dirinya harus menyusul atau akan menyusul? Seketika Chanyeol memukul kepalanya yang berpikiran kotor. Ia mulai fokus pada vas bunga yang ada di meja dan berusaha melupakannya.

Chanyeol berjalan menuju kamar dengan gugup, sampai di depan pintu ia mengintip keadaan di dalam. Matanya mendapati Baekhyun sudah berbalut selimut dan menghadap ke jendela. Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi. Ia merasa ada yang aneh dengan tubuh dan pikirannya sekarang.

"Cepatlah tidur, langkah kakimu menggangguku." omel Baekhyun yang membuat Chanyeol spontan naik ke atas tempat tidur.

"Jadi kita akan tidur bersama, disini?" tanya Chanyeol sembari memasukkan kakinya ke dalam selimut. Ia membaringkan tubuhnya menyamping, pemuda itu dapat memandangi punggung Baekhyun dengan jelas. Terlihat kurus dan sempit.

"Jangan menyuruhku untuk tidur di sofa yang keras itu, sudah cukup punggungku sakit karena tidur di sana kemarin." Baekhyun membalikkan tubuhnya yang kini berhadapan dengan Chanyeol. Jarak yang tersisa hanya sejengkal, mereka bahkan bisa memandangi wajah satu sama lain dengan jelas. Baekhyun terdiam, mengamati mata Chanyeol yang teduh dan tidak seperti biasanya. Sementara Chanyeol hanya ingin terus menatap mata itu, berwarna cokelat dan sekarang terlihat seperti orang yang terkejut.

"Andai kita tidak bertemu pada saat aku mabuk, apa mungkin kau akan mencintaiku?"

Pertanyaan itu membuat pikiran Baekhyun buntu. Siapa yang akan mengira dirinya menikah dengan seorang Putera Mahkota?

Baekhyun merasakan tangan Chanyeol menggenggam kepalan tangannya di depan dada. Gaids itu semakin yakin ada yang salah dengan kepala Chanyeol, sampai tiba-tiba bisa bersikap seperti ini.

"Aku ingin tidur. Jangan ganggu aku!" Saat ingin memutar badannya, dengan cepat Chanyeol menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Baekhyun ingin sekali memberontak, tapi lingkaran tangan Chanyeol jauh lebih kuat.

"Apa kau mabuk? Hei, kau bahkan sering membentakku. Kenapa sekarang malah mengurungku begini?!" Baekhyun masih berusaha melepaskan diri.

Chanyeol tak menghiraukannya, percaya atau tidak ia sedang mengumpulkan keberanian untuk melakukannya sekali lagi.

Pemuda itu kembali membayangkan bibir ranum Baekhyun yang di kecupnya saat acara pernikahan mereka. Tubuhnya menagih, ia sepertinya kecanduan dengan bibir itu. Baekhyun pun berhasil mengangkat wajahnya dan secepat kilat Chanyeol meraup bibirnya.

'APA YANG TERJADI?!!!!' batin Baekhyun berteriak ketika melihat mata Chanyeol yang terpejam dan bibirnya menempel pada miliknya. Bahkan ia mulai merasakan pemuda itu menghisap bawah bibirnya. Susah payah Baekhyun mendorong tubuh itu. Tapi, apa daya, fisik Chanyeol jauh lebih besar dan kuat ketimbang dirinya yang kurus dan kecil.

Tangan Chanyeol menekan tengkuk Baekhyun agar membuka mulutnya. Tampaknya ia belum puas dengan hanya bertempelan. Baekhyun yang merasa geli pun mengaduh, hal itu menjadi kesempatan bagi lidah Chanyeol menelusup masuk. Setelah tengkuk, tangan Chanyeol turun ke pinggang kecil itu, menariknya mendekat.

Sepertinya tidak ada pilihan lain selain memejamkan mata. Ciuman itu berlangsung lama, sesekali Baekhyun mencubit dan memukul lengan Chanyeol karena dirinya kehabisan napas. Pemuda itu terlalu brutal dan mendominasi. Gairah Chanyeol pun ia tularkan pada Baekhyun yang mulai terus mendesah kegelian karenanya. Namun Baekhyun teringat jarak antara dirinya dengan Chanyeol.

"Kau akan melakukannya tanpa cinta?" Baekhyun bertanya di sela-sela Chanyeol yang sedang menggerayangi lehernya. Pemuda itu berhenti dan mengakhiri aksinya. "Jangan melakukannya tanpa cinta." pinta Baekhyun yang menghindari mata Chanyeol.

Chanyeol tampak belum ingin berhenti, karena dirinya sudah terhipnotis oleh aroma tubuh gadis yang di ciuminya tadi. "Kita adalah suami istri."

Baekhyun menangkup wajah Chanyeol dengan tangan mungilnya. "Tapi aku tidak melihat ada cinta di matamu."


T B C

Vote n comment yaw

The Palace (Love and Revenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang