XXI

1.4K 120 7
                                    




Chanyeol meruntuk kesal, sampai menendang salah satu kursi di ruang baca. Ia merasa penasaran kenapa Baekhyun begitu ingin ikut acara dari kampus. Pasti kecurigaannya benar, istrinya mulai terbawa suasana teman-teman disana dan nanti perlahan akan mengabaikannya. Perasaan ini sungguh menyiksa, ia harus mengakui bahwa belakangan ini ia menyukai Baekhyun.

Kepolosan dan kegalakan Baekhyun patut di apresiasi karena dapat menembus hati Chanyeol yang seperti batu. Namun, ia juga tidak lupa dengan kesepakatan yang ia tawarkan.

Perpisahan.

Ya, mengenai perpisahan. Kau akan terluka ketika melihat orang yang di cintai merasa tersiksa dan tidak bahagia. Tapi, Chanyeol tidak ingin kehilangan seorang yang seperti memberikan warna baru di hidupnya. Jadi, ia akan memilih untuk menawan gadis itu, membiarkannya di sisinya sampai akhir hidupnya.

'Ingin minum?'  sebuah pesan singkat datang dari Sehun.

.

.

.

Chanyeol mendatangi sebuah apartemen mewah yang terletak tak jauh dari istana. Ia menuruti ajakan Sehun yang tentu menggiurkan baginya. Diajak minum ketika sedang stress, kenapa tidak? Chanyeol datang dengan penyamaran seadanya, seperti yang sering ia lakukan ketika pergi ke bar atau sekedar mencari udara segar tanpa pengawalan.

"Sudah kuduga." kata Sehun ketika melihat Chanyeol dari layar intercomnya.

Pemuda itu mempersilahkan tamunya duduk pada sofa panjang yang terletak apik di tengah ruangan. Chanyeol masih dengan wajah datarnya dan hanya menjawab sapaan Sehun dengan gumaman.

Sehun membawa sebotol wine dan dua gelas kehadapan Chanyeol, lirikan dari pemuda itu tak dapat menipu. Tentu saja, karena Chanyeol sangat merindukan rasa dari minuman favoritnya. Terserah Sehun akan mengatainya atau bagaimana, yang jelas sekarang ia sedang banyak pikiran.

"Kau bisa menceritakannya padaku. Apapun itu." Sehun dapat melihat guratan khawatir di wajah sepupunya. Ia duduk bersandar setelah menuangkan wine ke dua gelas kosong.

Chanyeol menghela napasnya dan mengambil gelas itu. "Kau tau aku membencimu kan?"

Sehun lega mendengar kalimat itu, ia sudah terbiasa dan malah mensyukuri momen ini. Mungkin saja ia bisa berperan lebih untuk Chanyeol. "Aku sudah tau dan sangat mengingatnya. Jadi soal Puteri Mahkota kah?"

Chanyeol menyesapnya perlahan, menikmati rasa dari wine australia, karena sebenarnya selera mereka berdua sama dalam hal wine. "Aku merasakan sesuatu padanya." Pemuda itu melirik ekspresi Sehun, bersiap memaki jika berani menertawakannya.

"Jatuh cinta kah?"

.

.

.

Baekhyun mendengus kesal ketika melihat Yoona terus mengirimkan pesan yang meracuninya untuk ikut acara itu. Mau usaha bagaimana pun ia tidak memiliki gambaran, ia seperti sedang di rantai. Hanya bebas ketika sedang berkuliah. Keputusan Chanyeol tampaknya sudah final. Ia tidak boleh pergi. Ia pun hanya bisa memandangi halaman istana dari jendela, melihat beberapa orang berlalu-lalang. Sampai ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Siwon tampak berjalan dengan gagah di ikuti dua orang yang tidak asing baginya. Baekhyun pun segera turun untuk melihat langsung orang itu.

.

.

.

"Ketika seseorang merasa gelisah, takut kehilangan, merindukan, dan berdebar dalam satu waktu, berarti kau sedang jatuh cinta padanya." kata Sehun. Sosoknya yang puitis memang terkadang membuat Chanyeol ingin muntah. Namun, kali ini ia ingin membenarkan, karena telah merasakan gejala itu satu persatu.

The Palace (Love and Revenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang