IX

1.3K 137 5
                                    


Baekhyun menatap nanar koper dan tas backpack-nya. Berkali-kali ia minum air mineral karena gelisah. Sebentar lagi, jemputan dari istana akan datang. Tepat pada jam sepuluh pagi. Ia akan menempuh perjalanan kurang lebih dua jam untuk sampai ke lingkungan yang terhormat itu. Sebelum berangkat bekerja, Heechul memeluknya erat. Masih menanyakan keyakinan akan keputusan adiknya dan lagi-lagi Baekhyun menenangkan Heechul agar tidak terlalu khawatir.

TING TONG

Bel apartementnya berbunyi, ia yakin itu pasti jemputan dari istana. Dengan mantap Baekhyun menggenggam handle kopernya dan membawanya mendekat ke pintu.

"Nona Byun Baek Hyun, kami datang untuk menjemput anda." kata Pria itu sambil membungkukkan badannya, ada sekitar empat orang.

Sepanjang perjalanan Baekhyun menatap keluar jendela dengan tatapan sendunya. Ia akan merindukan semua yang ada disini. Minimarket langganan, laundry, toko roti, sampai toko benang rajut seorang nenek yang selalu menyapanya ketika lewat. Tak lupa dengan halte yang selalu menjadi awal dan tujuan akhirnya menaiki bus.

Seperti biasa ia di sambut oleh beberapa orang yang berbaris dan memberikannya hormat. Baekhyun tidak nyaman akan hal itu. Ia pun juga membungkukkan badannya. Sekretaris Shim yang bertubuh tinggi menjulang itu juga ada disana.

"Nona Byun, saya akan mengantarkan anda langsung ke ruang belajar. Barang-barang anda akan di bawa oleh dayang istana." kata Changmin.

"Iya." sahut Baekhyun lemas. Ia pasrah mengikuti langkah Changmin, memasuki beberapa pintu dan akhirnya sampai pada ruangan yang mirip dengan perpustakaan kecil, lengkap dengan papan tulis.

"Ini adalah Kepala Dayang yang akan menjadi tutor anda dalam mempelajari protokol kerajaan. Apa ada yang ingin anda tanyakan?"

Di hadapan Baekhyun sudah ada seorang wanita cantik dengan pakaian rapi menunduk padanya.

"Tidak. Tidak ada."

"Baiklah kalau begitu saya akan kembali bertugas." pamit Changmin.

"Selamat siang Nona Byun, saya adalah Kepala Dayang untuk Puteri Mahkota, Nam Gyu Ri. Saya akan membantu anda mempelajari protokol kerajaan. Hanya saja Permaisuri Han berpesan untuk mempercepat pembelajaran langsung ke protokol pernikahan. Untuk buku-buku sudah saya siapkan."

Baekhyun menoleh pada meja dengan tumpukan buku tebal itu. Ia menghela napasnya. Lalu segera duduk pada kursi yang ada di balik meja.

Ia akan menganggap ini seperti sedang sekolah. Belajar bersama guru, membaca buku, sampai praktek dengan alat-alat yang cukup asing di matanya.

Protokol pernikahan, ia pikir akan seperti acara pada umumnya, mengucap sumpah di depan pendeta dan semua selesai. Tapi, tidak. Tidak dengan yang satu ini. Ia harus mengikuti banyak prosesi, dan semuanya sangat sulit untuk di ingat. Satu hal lagi, selama jam pelajaran berlangsung, dirinya di larang menggunakan ponsel. Yap, persis di sekolah.

"Anda telah melakukannya dengan baik, besok kita akan mulai setelah sarapan pagi." kata Gyuri yang memang melihat Baekhyun cukup cepat dalam menghafal.

Baekhyun di antarkan ke sebuah kamar yang cukup besar. Dengan sebuah tempat tidur lebar dan semua perabotan yang indah. Tapi, tetap saja ini terasa seperti pengasingan baginya. Gyuri sempat mengatakan bahwa ia dan pangeran tidak boleh bertemu sampai hari pernikahan nanti. Setidaknya hal itu membuatnya lega dan dapat dengan tenang menjalani semua ini karena tidak ada sosok yang mengganggunya.

Suara ketukan pintu membuatnya terkejut. Ia segera membukanya dan tidak menemukan siapa pun disana. Tak ambil pusing ia kembali menutup dan berjalan ke tempat tidur. Namun, suara itu terdengar lagi. Kali ini Baekhyun sadar, sumbernya dari jendela.

The Palace (Love and Revenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang