Terdampar

6.3K 355 47
                                    

Hai sobat, ini Author!

Author akan membawakan cerita baru tentang Boboiboy

Cerita ini terispirasi oleh banyak fanfiction yang pernah Author baca

Dan kalian para reader bakal tahu siapa tokoh utama di cerita ini

Boboiboy punya monsta

#

Pemilik mata siver itu terbuka, memandang kabur ke arah atap bewarna putih dihadapannya.

'Wait................tunggu! Sejak kapan kamarku bewarna putih? Bukankah kamarku dengan Kak Ice itu, bewarna abu pudar dan mana sih kacamata orange ku?'

Ya, pemikiran itu yang sedang berkecamuk dipikiran Solar. Dengan susah payah ia mencari kacamata visor kesayangan yang ternyata terletak di tempat berupa meja disamping tempat tidurnya. Sungguh Solar merasa aneh dengan bangun tidurnya, rasa pegal dan letih ditubuhnya yang menjalar, hingga kepala yang terasa di pukul oleh 'Tinju Tanah'. Benar – benar ada yang tidak beres hari ini. Segera saja ia mengambil kacamatanya dan melihat jernih keseruhan tempat ia sekarang.

'Oy.................ini beneran tidak lucu, sejak kapan aku masuk rumah sakit!'

Teriak Solar dalam batin. Ia memandang tempat itu, bewarna putih, cek. Bau desinfektan, cek. Selang infus, cek. Gempa tertidur, cek. Yup, sekarang Solar berada di rumah sakit, tempat yang tidak ia senangi semenjak dari kecil. Ia duduk bersender di atas kasur, berusaha sepelan mungkin tidak membangunkan si kakak ke tiga yang sepertinya lelah sekali. Pertanyaan mulai bermunculan dibenaknya, mengapa ia bisa disini? Dan mengapa Gempa tidur seperti itu, bukankah lehernya bakal sakit kalau bangun?. Sebelum Solar bisa memahami situasi lebih lanjut, pintu bergeser cukup keras menandakan ada orang yang masuk ke dalam ruangan ini. Orang yang masuk tadi tidak lain adalah kakaknya yang kedua, Taufan. Taufan yang baru masuk melihat Solar siuman dengan menampakkan ekspresi herannya, melebarkan senyumannya yang sempat kecut tadi.

"Syukurlah kamu udah sadar Sol, kami khawatir beneran, Tok Aba sampai jantungan denger kamu kecelakaan"

Ucap Taufan syukur memandang Solar yang masih menelitinya. Ingin Solar membekap mulut si kakaknya Taufan itu supaya tidak membangunkan Kak Gempa. Tak lama setelah Taufan berbicara dengan suara cempreng khasnya, membangunkan Gempa dari alam mimpi.

'Siapa sih yang merusak acara tidurku, suaranya kayak mic rusak, pasti Kak Taufan'

Kesal dengan tidurnya yang terusik, Gempa memilih bangun untuk mengecek apa sih yang sebenarnya terjadi. Matanya tertuju kearah depan melihat adiknya yang kemaren masih tertidur ternyata telah terbangun dari komanya. Segera saja dengan refleks bahagia bercampur khawatir, Gempa memeluk Solar. Solar yang dipeluk menenggelamkan kepalanya dipelukan hangat sang kakak. Ia membalas pelukan Gempa dengan lembut, tubuhnya masih merasa tidak ada kekuatan. Solar membutuhkan pelukan itu untuk menenangkan pikirannya yang udah overdrive dari tadi. Merasa pelukannya di terima lantas Gempa kaget bukan main, apalagi Taufan yang melihat adegan didepannya. Biasanya Solar itu paling tidak suka berbagi kontak langsung, jangankan dengan seseorang, saudaranya saja Solar langsung menepisnya. Air mata tak terbendung mengalir deras di pipi Gempa, Gempa terisak sambil memeluk Solar. Seperti beban yang telah diangkat, Gempa bisa menangis dengan lega mengetahui adek bungsunya sudah sadar, sungguh pada saat Gempa mendengar kabar buruk itu, kakinya ingin langsung ambruk, tapi ia menguatkan diri untuk melihat lansung kondisi Solar pada saat ditemukan. Solar masih dalam dekapan Gempa merasa ada yang tidak beres dengan semua ini.

'bukankah aku berada di stasiun Tapops bersama kembaranku yang lain? lalu mengapa kok tiba – tiba menjadi aku yang kecelakaan?'

"Udah Kak Gem, jangan bersedih, Solarkan udah bangun, lagian maksud Kak Taufan itu gimana?"

Tanyanya mencari informasi dalam kasus yang tidak ia ketahui ini. Walaupun Solar masih dipeluk suaranya terdengar oleh penghuni disana. Seketika ruangan menjadi sunyi setelah Solar mengatakan perkataan itu. Gempa melepaskan pelukannya, menatap Solar dengan hati – hati. Solar mengusap air mata yang masih merembes di pipi Gempa. Kakak ketiganya ini nggak cocok untuk menangis, bisa – bisa kak jutek bakal menyetrum semua orang dalam radius 200 meter. Solar memberikan senyum tipis kearah Gempa supaya tidak menangis lagi. Gempa yang menerima perlakuan lembut dari adiknya ini mengedipkan matanya beberapa kali, mengulang kembali perkataan Solar tadi didalam benaknya, lalu menatap kearah Taufan. Sedang Taufan melebarkan mulutnya tapi tidak ada suara keluar dari situ, ia tidak percaya dengan ucapan si Solar sampai membuatnya speechless. Solar mulai merasa risih dipandang terus oleh kakaknya. Solar tahu kalau dirinya ini ganteng bin populer tapi ya nggak gitu juga kan memandangnya seperti tidak percaya kalau bumi itu bulat.

"Gem, tampar aku, tampar aku, aku gak mimpikan Gem?"

Taufan dengan nada lebaynya mencengkram pundak Gempa dengan erat. Gempa mematung mendengarkan perkataan dan perlakuan Solar tadi, jika bukan Taufan yang memegang pundaknya sampai terasa sakit, bisa – bisa yang diatas ranjang berganti dengan dia.

"Ish........Kak aku tanya kok gak dijawab sih?"

Solar merasa jengkel karena sedari tadi pertanyaan hanya menjadi kacang dan mengapa pula ruangan ini menjadi sunyi ramai dikit kan enak.

"Ini pasti akibat kecelakaan itu, jangan – jangan kamu kena amnesia lagi Sol!"

Wajah Gempa berubah menjadi horor.

"Hah??? Kecelakaan? Amnesia?"

"Iya, pasti itu! gak mungkin Solar manggil saudaranya kakak!"

Taufan sudah mulai ambil spekulasi.

"Huh???????"

Lah situasi tambah tak terkendali, Solar makin bingung, sebenarnya apa sih yang terjadi?. Solar mencoba mengingat – ingat kejadian sebelum ia tidur tadi malam. Kalau tidak salah Solar dan Nut merancang sebuah alat menggunakan teorinya dan teknologi yang dimiliki Nut. Mereka mencoba membenarkan sebuah teori tentang alternate dimension atau dimensi lain. Alat ini berfungsi untuk membuka celah antar ruang dimensi dimana nanti dia dan Nut dapat melihat sekelebat adegan dari dimensi itu. Alat ini membutuhkan sesuatu sebagai pegangan, maka Solar melepaskan sedikit kuasanya untuk menjadi titik tumpu melihat dimensi itu. Tapi sepertinya alat itu yang menariknya ke dimensi ini atau ada maksud yang lain? Tapi bagaimana bisa cara alat itu menariknya sedang ia ada dikamar?

'UwU ternyata alat ciptaanku bersama Nut ini berfungsi dengan baik atau mungkin harus kuakui terlalu sempurna. Bagaimana yah cara kerja alat itu? lalu bagaimana aku bisa dikirim kesini?, dan yang paling penting bagaimana aku bisa kembali ke dimensi ku, woy!!!!"

Solar yang semula bahagia dengan fungsi alat itu berubah menjadi horor saat menyadari kalau ia terdampar di dimensi ini. Ia seperti menerima tamparan dimukanya saat semua teori yang ia kemukakan di anggap salah oleh Albert Einstein. Sekali lagi, ia terdampar di alternate universe wahai teman – teman dan bisa saja di dunia ini 'Solar' dan kakak – kakaknya tidak mempunyai kekuatan elemental. Diliriknya pergelangan tangan Gempa dan Taufan yang masing – masing tidak bertengger sama sekali jam disana. Untung saja ditangannya ia melihat jam kuasa yang telah melindungi banyak orang dan melawan musuh terbawa bersamanya kedunia ini, jika tidak bisa gawat. Benar – benar, deh hebat, pasti jagad raya menertawai nasib na'as Solar. Syukur saja ia langsung bertemu dengan kakaknya, apa yang terjadi jika ia tidak bertemu dengan mereka. Kedua orang disamping Solar melihat perubahan drastis ekspresi wajahnya, mereka terheran – heran sebenarnya apa sih yang dipikirkan di otak cemerlang itu, ingin sekali bertanya tapi mereka tahu kalau Solar itu paling tidak senang jika seseorang menanyakan apa yang sedang ia pikirkan, Solar pasti menjawabnya dengan nada yang kasar menandingi Halilintar dan lebih terkesan sarcas ditambah merendahkan diri seseorang. Saling pandang, Taufan dan Gempa memilih untuk diam menunggu Solar membuka pembicaraan lagi.

#

Dan selesai

Tunggu chapter selanjutnya, kay

Author out

Terdampar ke Dimensi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang