“Ketua Tim Kim, presdir memanggil Anda.” Kata Sekretaris Choi yang merupakan sekretaris presdir.
“Aku akan segera ke sana.” Sahut Kim Mingyu tanpa menatap Sekretaris Choi.
Mingyu tampak fokus pada berkas yang ada di tangannya saat ini. Berkas yang berisi tentang strategi pemasaran baru yang harus Mingyu pelajari lebih lanjut. Mengingat begitu banyak produk baru yang diciptakan oleh perusahaan tempatnya bekerja.
Setelah mendengar pintu ruangannya tertutup, Mingyu segera menegakkan punggungnya. Meletakkan berkas yang dipegangnya di atas meja dan melepaskan kacamatanya tepat di samping berkasnya.
Mingyu segera berdiri dan mengambil jas yang tergantung di kursi kebesarannya. Memakainya serta tidak lupa mengancingkannya hingga membuat penampilannya begitu formal. Ketika ia keluar dari ruangannya, anggota tim pemasaran yang lain langsung berdiri dan membungkuk hormat padanya.
Mingyu hanya melambaikan tangannya sedikit tanpa menatap mereka. Melangkahkan kaki panjangnya ke arah lift yang akan membawanya ke ruangan presdir. Pria itu mengusap tengkuknya yang terasa tegang. Dan mungkin akan bertambah tegang setelah bertemu dengan presdir.
Tidak akan pernah ada beres jika sudah bertemu dengan presdir, menurut Mingyu. Presdir tempatnya bekerja ini hanya akan terus menambah masalah untuknya. Baik masalah pekerjaan maupun masalah pribadi, yang sayangnya tidak pernah bisa Mingyu bantah.
“Silahkan, ketua tim. Presdir sudah menunggu.” Sekretaris Choi menghampiri Mingyu saat melihat pria itu keluar dari lift.
Mingyu mengikuti langkah Sekretaris Choi yang berjalan di depannya. Ia hanya menunjukkan wajah datarnya karena memang wajah seperti inilah yang selalu Mingyu tunjukkan saat di kantor.
“Ketua Tim Kim sudah datang, Presdir.” Ujar Sekretaris Choi setelah mengetuk dan membuka pintu ruangan Presdir.
“Tinggalkan kami, Sekretaris Choi.” Pinta sang presdir.
“Ya, presdir.”
Sekretaris Choi segera menutup pintu setelah Mingyu masuk ke dalam ruangan presdir.
Tanpa menunggu perintah, Mingyu segera mendudukkan dirinya di sofa mahal yang berada di ruangan itu. Presdir Kim mendengus pelan dan menyusul Mingyu untuk duduk di hadapan pria itu.
“Malam ini pukul tujuh di restoran Jepang yang berada di Myeongdong.” Kata Presdir Kim sembari menatap Mingyu.
“Aku sibuk, presdir.” Sahut Mingyu membalas tatapan Presdir Kim.
“Aku akan mengurangi pekerjaanmu.”
“Tidak perlu.”
“Kau mau aku menuruni jabatanmu lagi?”
“Abeoji!!” Jerit Mingyu dengan wajah frustasi.
“Ah, suaramu.” Keluh Presdir Kim sembari menutup telinganya.
“Kau mau menjadikanku apa jika aku menolak perjodohan kali ini? Office boy?” Tebak Mingyu. Presdir Kim tampak berpikir.
“Saran yang baik.”
“Aku belum mau menikah, Presdir Kim Hansoo yang terhormat.” Kata Mingyu dengan sabar.
“Usiaku bahkan baru seperempat abad, abeoji. Kau memperlakukanku seperti usiaku sudah mencapai 40 tahun.” Lanjut Mingyu.
“Apa yang salah dengan itu? Aku menikahi ibumu saat usiaku sama sepertimu.” Ucap Hansoo sembari menerawang.
Mingyu mengalihkan pandangannya dan tampak tidak tertarik dengan ucapan ayahnya. Beberapa saat kemudian Mingyu mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only [✔]
RomancePerjodohan dalam kalangan orang kaya merupakan hal yang biasa untuk dilakukan. Dengan alasan memperkuat perusahaan, beberapa orang tua tidak memikirkan perasaan anak mereka yang akan menjalani kehidupan pernikahan. Namun apa yang akan terjadi apabil...