Rasanya percuma Chaeyeon meminta Bibi Jang menyiapkan makanan ringan untuk Mingyu. Karena nyatanya pria itu lebih tertarik pada sekaleng bir yang berada di tangannya saat ini. Begitu pun dengan Chaeyeon yang sudah cukup lama tidak mengkonsumsi alkohol, menganggap bahwa bir yang sedang diminumnya sangat enak.
Keduanya masih berada di kamar Mingyu. Duduk berdampingan di lantai yang beralaskan karpet lembut di depan jendela besar. Menatap hujan gerimis yang masih membasahi kota Seoul. Cahaya yang mereka dapat saat ini hanya dari bulan di luar sana, karena Mingyu sengaja mematikan lampu kamarnya.
Chaeyeon kembali meneguk bir di tangannya, sebelum akhirnya menatap Mingyu secara terang-terangan. Mata Mingyu masih membengkak karena menangis hebat tadi. Walaupun begitu, wajah pria itu masih terlihat pucat.
Mingyu yang mendapatkan tatapan penuh perhatian dari Chaeyeon menjadi salah tingkah. Pria itu melirik Chaeyeon dan segera memalingkan wajahnya. Kembali meneguk sekaleng bir yang masih tersisa setengahnya.
“Makanlah ini walaupun sedikit. Perutmu sudah terlalu lama kosong.” Kata Chaeyeon sambil menunjuk makanan ringan di hadapan mereka.
“Aku tidak lapar.” Ucap Mingyu dengan suaranya yang serak. Chaeyeon mendengus pelan.
“Jika begitu berikan bir itu padaku. Kau tidak perlu mengisi perutmu dengan apapun jika memang tidak lapar.” Omel Chaeyeon.
Bukannya merasa risih, Mingyu justru tersenyum kecil mendengar omelan Chaeyeon. Setelah menumpahkan kesedihannya dengan menangis tadi, Mingyu merasa sesak di dadanya berkurang. Ia bisa bernapas dengan normal saat ini. Mingyu tidak tahu jika menangis dapat mengurangi beban pikiran.
“Kau pergi kemana setelah dari kantor?” Tanya Chaeyeon tanpa menatap Mingyu. Matanya menatap tetesan air hujan yang jatuh ke tanah.
Belum ada jawaban apapun dari Mingyu hingga satu menit berlalu. Chaeyeon berpikir jika pria itu tidak berniat memberitahunya. Tetapi ia salah setelah mendengar Mingyu bersuara.
“Aku menemui ayahku.” Jawabnya pelan.
Chaeyeon menoleh dan menatap kemeja Mingyu yang bercak kecoklatan. Ternyata kotoran itu adalah tanah di pusara ayahnya.
“Sebenarnya kau bisa mengajakku.” Gumam Chaeyeon.
“Aku tidak ingin menunjukkan kerapuhanku.” Sahut Mingyu.
“Aku sudah melihat semuanya tadi. Saat kau menangis dengan kencang.” Sindir Chaeyeon. Mingyu menatapnya dengan kesal dan Chaeyeon tidak bisa menahan senyumnya.
Beberapa saat kemudian keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Hanya terdengar helaan napas mereka serta hujan di luar sana. Bir di tangan mereka pun tampaknya sudah tidak menarik untuk mereka.
“Oh Hyemi bukan ibu kandungku.” Kata Mingyu tiba-tiba membuat Chaeyeon menatapnya.
Sejujurnya, Chaeyeon sudah sempat memikirkan hal ini saat Hansoo menceritakan tentang keluarganya pada Chaeyeon waktu itu. Juga saat melihat sikap Mingyu yang selalu tidak peduli pada Hyemi, membuat pemikirkan tersebut semakin kuat.
Hanya saja setelah mendengarnya langsung dari mulut Mingyu, Chaeyeon tetap tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Ibu kandungku meninggalkanku saat aku masih duduk di Sekolah Dasar.” Kata Mingyu menerawang. Mengingat masa lalunya yang cukup meninggalkan bekas luka hingga sekarang.
“Saat itu ayahku tidak memiliki banyak uang seperti sekarang. Ayahku bekerja sebagai pegawai biasa di kantor ayahmu.” Ucap Mingyu membuat mata Chaeyeon membulat.
“Di kantor ayahku?!” Pekik Chaeyeon. Mingyu mengangguk.
Benar-benar seperti sebuah kejutan. Bagaimana bisa Hyunseok maupun Sunhwa tidak memberitahunya? Apa karena hal inilah mereka menjodohkan Mingyu dan Chaeyeon? Karena Hyunseok dan Hansoo sudah saling mengenal sejak lama?
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only [✔]
RomancePerjodohan dalam kalangan orang kaya merupakan hal yang biasa untuk dilakukan. Dengan alasan memperkuat perusahaan, beberapa orang tua tidak memikirkan perasaan anak mereka yang akan menjalani kehidupan pernikahan. Namun apa yang akan terjadi apabil...