###
Nara mempercepat langkahnya menuju tempat kerja, dia sudah telat 20 menit. Dia bahkan berlari kecil.
Nafasnya akhirnya bisa dikendalikan ketika dia sudah sampai ditempatnya bekerja. Dengan segera Nara mengganti bajunya dan langsung melakukan pekerjaan.
Ketika suara lonceng berbunyi, seseorang datang dan hendak memesan. Dia adalah Lia. Teman satu sekolah Nara.
Nara tidak bisa menyembunyikan dirinya lagi dari Lia. Kini mereka berdua sedang bertatapan. Tapi dengan sigap Lia menarik tangan Nara untuk keluar sebentar.
"Jelasin ke gue!" Kata Lia.
"Apa yang lo lihat tadi, itu bener" kata Nara.
"Jadi ini alasannya Lo selalu nolak kalau gue ajak jalan?"
Nara menggaguk
"Jadi ini juga alasan yang buat Lo selalu bolos kalau jam tambahan?!"
"I–ya."
"Lo kenapa nggak pernah cerita ke gue? Lo selalu nutup diri kayak gitu. Kalau Lo gitu terus, Lo nggak bakal bisa nemuin jalan keluar dari setiap masalah."
"Gue nggak mau buat orang khawatir sama gue, gue nggak mau ada orang yang cemasin gue."
"Tapi nggak gitu Ra."
" Udah! Gue nggak mau perpanjang lagi, gue harus kerja.!" Kata Nara yang langsung meninggalkan Lia didepan restoran.
Nara kembali melanjutkan pekerjaannya, tentunya dengan perasaan yang gelisah pula. Dia kembali memikirkan kata-kata yang diucapkan Lia padanya.
***
Nara membuka pintu rumahnya, dan dia melihat sang adik sendiri dirumahnya. Sudah pasti mamanya belum pulang. Sesaatnya seseorang datang ke rumah Nara.
"Nara! Ibu kamu mana?!" Kata orang itu dengan sedikit amarah.
"Kerja Bu..kenapa?!" Tanya Nara agak gelisah.
"Bilangin ke ibumu. Uang yang waktu itu dipinjam disaya, harus segera dikembalikan! Hari ini."
"Ibu pinjem uang berapa?"
"1 juta! Janjinya sekarang. "
Nara bener-bener tidak bisa berbuat apa-apa, selain menahan tangisnya yang hendak pecah. Ketika orang mencari ibunya, Nina sengaja tidak pulang. Berat bagi Nara menjalani hidupnya ini.
" Bentar Bu.. saya ambilkan uangnya." Kata Nara dengan pasrah memberikan uang tabungannya, daripada urusannya panjang.
Nara masuk kedalam kamarnya, ketika dia melihat celengannya dia menagis tersedu karena uang hasil jerih payahnya selama bertahun akan ludes hari ini.
Nara keluar dan memberi penagih utang itu uang cash dari tabungannya.
Nara menatap punggung wanita tadi, dia menagis uangnya hilang begitu saja.
Sekitar pukul 12 malam, Nina sang ibu Nara baru pulang dari tempatnya kerja.
"Ma mama kenapa baru pulang?! Tadi ada yang cariin mama, nagih hutang mama."
"Terus? Mama harus apa?!"
"Ma, itu uang Nara! Suatu saat Nara butuh uang ma.!"
"Cari duit aja lagi."
Nara benar-benar tidak tahan dengan perlakuan sang mama yang semena-mena. Nara tetap bertahan dan memilih kembali ke kamarnya daripada terus memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alganara
Teen FictionAlgares adney Addison, sosok yang begitu melekat di Gracethenlia internasional school. Bukan karena tampan, tapi karena uang dan sifat. Menjadi miliader diusianya yang masih muda. Dan karena sifatnya yang tertutup dan tidak ingin berteman dengan sia...