[41] : Adventure in Another World

6.2K 760 103
                                    

double update!

⚠️ada adegan kekerasan.






"RAFA!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"RAFA!!!"

Zora membuka matanya, menatap sendu sosok laki-laki jangkung didepannya yang sudah penuh dengan darah mengucur dari kepalanya.

Zora jongkok, melihat bagaimana parahnya luka yang dimiliki Rafa. Nancy, Putri, Aldi dan Aldo menghampiri Rafa yang mulai tak sadarkan diri, menyusul yang lain.

"Kamu itu sok pahlawan, ujung-ujungnya juga mati. Kalian semua akan bernasib sama, jadi percuma melarikan diri dan sok melindungi orang lain. KALIAN AKAN MATI. MATI. MATI!!!"

Tiba-tiba tubuh Kania hampir terhuyung ke depan. Sambil memukul-mukul kepala dan dadanya. "Diam, Kania! Aku hanya ingin membuatmu senang, jadi jangan memberontak!"

"A-a-aku m-minta m-ma-maaf." Kania menggeleng kuat, "BERANI SEKALI KAU MEMBERONTAK PADAKU, HAH?"

Dengan sempoyongan, iblis itu membawa tubuh Kania menuju sisi taman yang lain. Membawa sebuah gunting rumput berukuran besar.

"HAHAHAHA. Mari kita bersenang-senang!"

Kania berlari, mengejar target; Aldo.

Untungnya, Aldi berhasil menarik tubuh Aldo menjauh. Namun naasnya, Aldi yang terkena. Kania berhasil menusukkan gunting itu pada perut Aldi. Lelaki itu memuntahkan darah dari mulutnya.

"Gimana? Enak 'kan rasanya di bunuh?"

Aldo tak tinggal diam, lelaki itu mengangkat sebuah kursi kayu dan melemparnya pada Kania.

Kania ambruk, dan diam tak bergerak. Kesempatan itu diambil Aldo untuk melihat bagaimana keadaan saudaranya.

"Aldi? Lo kuat 'kan? Gue bakal bawa lo ke Rumah Sakit. Jadi lo tahan sebentar, ya?"

"Kak, ada jalan keluar?" tanya Aldo pada Nancy.

Nala dan Lala berlari kecil menghampiri Zora yang masih mematung. "Zora, lo gak apa-apa?"

Nancy memandang kosong Aldo, lalu menggeleng. "Kania yang minta kakak buat rayain pestanya di halaman rumah. Halaman rumah ini di desain spesial buat Kania, dulunya. Tapiㅡ ada satu jalan."

"Manjat."

"Kita harus manjat dinding ini, tapi kakak juga gak tau gimana caranya. Gak ada tangga juga."

"Ah, kirain beneran bisa. Kakak gimana sih," Aldo menghela napas kasar, lalu melirik Aldi yang mulai kehilangan kesadaran.

"Aldi! Jangan tutup mata lo, lihat gue. Jangan tidur! Tetep sadar, oke?"

Sedangkan Putri sudah sangat kacau sekali. Penampilannya tak karuan, matanya bengkak, hidungnya merah. Ia masih menangis tersedu-sedu melihat mayat Silva, Arka, Rafa dan juga Aldi yang kini sekarat.

Adventure in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang