📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!*
*
*
*
*Riuh ramai dari ratusan mahasiswa yang memenuhi aula seketika terhenti saat sosok laki-laki dengan perawakan tinggi, mengenakan jas almamater berwarna kuning cerah itu menginjakkan kaki di sana.
Semuanya mendadak diam dan menatap lurus padanya, kecuali seorang gadis yang mengenakan hijab berwarna hitam. Dia asyik dengan satu potong roti cokelat di tangannya.
Seakan tak peduli apa yang membuat ratusan orang ini diam, dia tetap tenang menghabiskan rotinya dan dengan santai menyesap susu kotak rasa cokelat pemberian dari sang Bunda.
Suara dengungan dari pengeras suara menyambar telinganya, membuat mata yang tidak terlalu lebar itu menatap ke depan. Tapi sekali lagi, gadis itu masih tidak peduli.
“Coba, kamu yang sedang minum susu kotak. Maju ke depan!” suara bariton yang terdengar tegas itu memenuhi ruangan.
Ratusan mata tertuju pada gadis itu, dia menunjuk dirinya sendiri seakan bertanya. Apa benar dia orang yang di suruh maju ke depan?
“Iya kamu! Maju ke depan!”
Gadis itu menghela napas pelan, lalu meletakkan susu kotaknya dan berdiri. Dengan langkah berani, dia berjalan ke arah seniornya itu.
“Tidak ada yang menyuruhmu makan saat di aula! Kamu melanggar peraturan sepele seperti itu, sekarang perkenalkan dirimu agar semua orang tahu bahwa ada satu mahasiswi yang baru di lantik telah berani melanggar peraturan.” Teguran itu tidak membuat nyalinya ciut, justru gadis itu berani menjawab.
“Saya lapar Kak, waktu istirahat tadi tidak cukup untuk makan hanya cukup untuk salat. Kalau saya telat makan dan sakit mag, apa Kakak mau tanggung jawab?”
Cowok itu sedikit terkejut atas jawaban dari juniornya. Baru kali ini ada yang berani menjawab perkataan pedasnya.
“Saya tidak butuh alasan! Cepat perkenalkan dirimu!” suruh sang senior.
“Baik,” jawabnya lalu memosisikan dirinya untuk menghadap ratusan mahasiswa dari kejuruan kimia itu.
“Bismillahirohmanirohim…
Perkenalkan nama saya Raheelia Azzahra Rabbani, biasa di sapa Raheel. Saya anak kedua dari Ali Khairi Rasyid dan Naufalyn Alisha Rabbani, adik pertama dari Danish Hamizan Rabbani, kakak kedua dari Alvian Akbar Ardhani serta Alice Zhafira Afsari.
Saya ini cucu dari Ahmad Sultan Pratama dan Rania, pemilik perusahaan susu UHT terbesar di Indonesia.
Umur saya delapan belas tahun, tinggal di komplek perumahan Pondok Asri yang terkenal dengan orang-orang kaya tapi tidak sombong.
Perkenalan saya ini hanya sekadar informasi bukan bermaksud untuk sombong karena saya memang terlahir dari keluarga sultan.”
Perkenalan Raheel membuat semua orang yang ada di aula tertawa, namun tawa itu harus dihentikan oleh senior yang tadi menyuruh untuk memperkenalkan diri.
Dengan berani Raheel menatap seniornya itu. “Sudah Kak Erlan?” Raheel membaca name tag kecil yang terpasang di bagian kanan atas jas almamater seniornya itu.
“Siapa yang peduli dengan silsilah keluarga kamu! Cukup sebut nama saja!”
“Siapa tahu kakak penasaran juga dengan nama anggota keluarga saya, jadi nanti tidak perlu repot untuk mencaritahu.” Jawaban Raheel membuat semua orang kembali tertawa.
Dan iya, selamat datang di cerita Raheelia Azzahra Rabbani, gadis yang tidak pernah kapok mengejar apa yang ingin dia dapat meski berujung pada lubang kegagalan.
📝 Tegal, 14 Mei 2020
Tertanda,
Pimpinan Kerajaan Pratama,
Nadia Pratama.Revisi, 15 Januari 2021
•••
Yuhuuuuu prolog meluncur… mana ini yang selalu tanya Raheel di lapak sebelah? Akhirnya aku putuskan untuk publish prolog dulu 🤭Pada akhirnya aku memutuskan membuat lapak cerita Raheel sendiri. Jadi alurnya nyambung ya dari cerita YATO (You Are The One) kita lanjutin kisah Raheel di sini.
Tapi akan ada yang berbeda ya dengan kisah Raheel dan Satria, kalau di lapak YATO Satria sudah bertunangan dengan Syifa, di sini belum, jadi kisah mereka bakal lebih detail.
Jangan lupa komen dan vote supaya aku semangat untuk melanjutkan kisah ini 😍
Yuk lah para readers silent keluar dong kasih vote dan komen biar aku tahu kalau kalian ada. Jangan ada tapi tiada ☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Juang [SUDAH TERBIT]
RomanceAku pernah berharap pada salah satu ciptaan-Nya... Menunggu dalam sebuah ketidak pastian, aku tahu langkahku salah namun aku tetap maju seakan tak takut sakit hati. Seseorang pernah mengatakan padaku bahwa berharap pada ciptaan-Nya, tak akan pernah...