Berusaha Memahami

9.5K 1.6K 700
                                    

📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!

*
*
*
*
*
















Yang tahu dirimu adalah kamu, omongan orang lain hanyalah fiktif belakang.

• Aksara Adi Widaya • 

• Aksara Adi Widaya • 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Raheel dan Dita berdiri di area parkiran restoran Satria, sejak kejadian di kampus beberapa jam lalu. Raheel di selimuti rasa bersalah karena ucapannya terhadap Aksa. Raheel rasa dia adalah teman Aksa yang paling kejam.

Bayangkan saja, selama ini Aksa selalu mengerti Raheel, menjadi obat di kala rasa sedih dan kecewa itu melanda, tapi Raheel untuk Aksa? Hanya menambah beban saja.

Gadis itu mengesampingkan rasa takut jikalau memang nantinya bertemu dengan Syifa ataupun Satria. Yang terpenting saat ini adalah meminta maaf pada Aksa.

“Tahan dan sabar jika kamu gak sengaja melihat keuwuwan Mbak Syifa dan Bang Sat,” ucap Dita sembari menepuk pundak kanan Raheel.

“Iya… iya, santai. Udah kebal terhadap rasa sakit,” jawab Raheel tegas. Dita mengacungkan kedua jempolnya.

Dua gadis itu sampai di depan pintu restoran dan bertepatan dengan keluarnya Satria dan Syifa.

Mampus, ketemu beneran,” ucap Raheel dalam hati. Di menatap tangan Satria yang menggenggam erat tangan kanan Syifa. Jari-jemari itu seakan tercipta pas untuk saling mengisi satu sama lain.

Dita melirik Raheel yang terpaku pada genggaman tangan itu, seketika Dita menepuk bahu kanan Raheel, agar gadis itu tersadar.

Raheel menoleh.  “Apa?”  Dita hanya memberi isyarat agar Raheel kembali fokus pada tujuan awal.

“Oh iya.” Raheel kembali beralih pada pasangan yang ada di depannya.

Menyiapkan mental untuk berbicara dengan mereka, sekuat hati Raheel tidak akan menatap kedua bola mata indah milik Satria yang dulu sempat dia kagumi dan damba untuk menatap halal ke arahnya.

“Aksa ada?” tanya Raheel,  entah bertanya pada siapa.  Intinya dia melontarkan pertanyaan. Syifa dan Satria saling melempar pandangan sejenak.

“Aksa , jam enam baru selesai,” jawab Syifa. Raheel mengangguk.

“Apa perlu apa?” tanya Satria. Raheel menggeleng.

“Kalau begitu, kami duluan.” Syifa tersenyum tipis, kemudian berlalu begitu saja bersama Satria. Raheel menghela napas pelan.

Dita ikut merasakan apa yang Raheel rasakan, tak mudah untuk melupakan seseorang begitu saja. Apalagi, dia pernah menjadi bagian dari hidup dan harapan kita.

Langkah Juang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang