Tanya Hati

11.4K 1.7K 600
                                    

📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!

*
*
*
*
*









Aku tidak menuntut kamu untuk selalu menghargai segala usahaku, tapi setidaknya, anggap aku ada meski hanya untuk sekali saja.

• Raheelian Azzahra Rabbani • 

• Raheelian Azzahra Rabbani • 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Satria menunggu Raheel di depan gerbang salah satu  Sekolah Menengah Atas favorit di Jakarta, seperti biasa.

Jika Danish tidak bisa menjemput Raheel, maka dia sendiri yang akan maju menggantikan. Kala itu Raheel masih duduk di bangku kelas sebelas.

Kegiatan menjemput Raheel ataupun Vian dan Aice, adalah kegemaran Satria. Maklum saja, dia anak tunggal dan tidak punya adik, selama ini hidupnya terasa sepi. Maka dari itu Satria menganggap adik-adik Danish sebagai adiknya juga. Satria sudah dekat dengan Raheel sejak gadis itu lahir ke dunia.

Rasa senang dan bangga itu hadir kala Raheel lahir, tersalip juga rasa bahagia saat melihat mata itu terbuka dan mengerjap pelan melihat dunia.

Dia memiliki rasa sayang terhadap Raheel sejak itu, berjanji untuk menjaga dan memberi cinta layaknya kakak pada adik.

“BANG SAT!” Suara cempreng itu menyambar telinga Satria, membuat cowok itu sedikit tersetak. Tapi detik berikutnya dia membulatkan mata karena melihat Raheel yang tengah di hadang oleh satpam sekolah, samar-samar dia mendengar suara satpam tersebut yang tampak memarahi Raheel.

“Kamu ini! Jadi anak perempuan kok gak ada sopan santunnya. Bapak tahu kamu murid cerdas dan anak orang kaya, tapi tolong jaga lisan kamu!”

“Pak Amir, saya udah jaga lisan itu tadi——"

“Nanti saya laporkan ini ke wali kelas kamu! Tadi kamu ngumpat siapa huh?” Raheel membuka mulut hendak membela diri, tapi suara Satria lebih dulu menengahi.

“Permisi.”  Pak Amir menoleh.

“Maaf Pak, Raheel  adik saya dan tadi itu, dia panggil nama saya. Nama saya Satria, biasa di panggil Raheel dengan sebutan Abang, jadi jangan salah paham.”

“Oh…saya kira tadi itu Raheel lagi marah-marah.”

“Enggak Pak, saya’kan anak baik-baik dan pendiam.”

“Pendiam gundulmu!” Pak Amir tidak terima karena Raheel itu sudah terkenal dengan sifatnya yang cerewet dan paling sering protes terhadap aturan sekolah.

Bisa dibilang jika Raheel ini adalah murid yang bisa bikin bangga sekaligus bikin darah tinggi para gurunya akibat tingkah bandel yang sering muncul.

Langkah Juang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang