Kita Berbeda

11.5K 1.7K 628
                                    

📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!

*
*
*
*
*












Layaknya Istiqlal dan Katedral, kita hanya dapat berseberangan tanpa pernah beriringan.

• Erlan Sebastian Adi Wijaya •

• Erlan Sebastian Adi Wijaya •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Raheel ikut berlari bersama Arka dan Erlan di lorong Rumah Sakit menuju kamar pasien yang di tuju. Raheel mengesampingkan masalah penjelasan tentang seluk beluk keluarga Erlan. Sekarang dirinya hanya ingin ikut menjadi penguat untuk Arka dan Erlan.

“Bang Arka, Kak Erlan, jangan kecang-ken——"

Brug!

“Aduh!” gadis itu jatuh menghantam lantai Rumah Sakit yang terasa dingin. “Gimana sih! Gak lihat gue lagi lari?!” omel Raheel tanpa melihat cowok yang menabraknya tadi. Tidak! Lebih tepatnya Raheel yang menabrak dia.

“Elu lari pakai kaki, tapi matanya juga di fungsikan!”  Raheel langsung menatap cowok yang ada di hadapannya itu.

“Aksa?”

“Apa?!” Aksa langsung berdiri begitu saja, diikuti oleh Raheel. Cowok itu mengambil secarik kertas  berwarna putih yang tergeletak di atas lantai.

Raheel mengamati gerak-gerik Aksa, bisa-bisanya bertemu Aksa di Rumah Sakit. “Lu ngapain Sa?” tanya Raheel.

Cowok itu menunjukkan sebuah kertas tadi di hadapan Raheel. “Habis periksa, gue sakit,” balas Aksa.

“Sakit apa?” tanya Raheel.

“Mag.” Cowok itu memasukkan resep obat yang di pegang ke dalam sakut jaket levisnya. Kemudian kembali menatap Raheel.

“Lu sendiri ngapain lari-lari?” Raheel langsung menepuk jidat.

“Nah kan! Gue ketinggalan Bang Arka sama Kak Erlan deh!” Gadis itu tampak cemberut karena kehilangan jejak kakak beradik tadi.

“Ngapain emang?”

“Katanya Ayah mereka kritis, jadi gue ikut ke sini.”

“Kok bisa ikut ke sini?”

“Ya, ceritanya panjang. Mending lu ikut gue aja yuk, jenguk Ayahnya mereka.” Ajak Raheel. Aksa diam sejenak, cowok itu tampak berpikir.

“Ayo Sa!” Aksa menggeleng.

“Gue harus balik ke resto,” jawab Aksa lembut. Raheel tampak kecewa.
“Lain kali kita jenguk sama-sama,” lanjut Aksa dengan diakhiri senyum. Raheel ikut menerbitkan senyumnya.

Langkah Juang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang