Happy reading❤️
—•••—
"Sejauh apapun dipendam, sedikit saja terbuka, luka lama akan terasa sakit kembali."
—•••—
"Yang ini dikali ini, terus yang itu dikali yang itu,"
Kini Letta dan Dev sedang berada di cafe depan sekolah. Letta begitu antusias dan serius mengajari Dev tentang salah satu materi fisika. Tangannya sibuk mencorat-coret buku Dev, sedangkan matanya begitu intens meneliti setiap angka yang akan ia hitung.
"Ngerti enggak?" Letta mengalihkan pandangannya pada Dev. Alih-alih memperhatikan, ternyata Dev malah memejamkan matanya dengan tangan yang menopang dagu. Dev tidur saat Letta sedang mengajarinya.
"DEV!" pekik Letta kesal. Dev terkejut, reflek mengejangkan tubuhnya.
"Hah? apa, kenapa?" tanya Dev linglung.
Letta menarik nafasnya dalam. "Dev, kita di sini buat belajar ya. Kalo-kalo kamu lupa,"
"Ya lo pikir kita ngapain disini? Ngedate? jangan halu!" sinis Dev.
Letta memejamkan matanya dan mengatur nafasnya. Ia harus bisa sabar menghadapi sikap Dev yang semakin kesini malah menjadi menyebalkan. Dev yang tampan, dingin, dan keren rasanya kini sudah tergantikan oleh Dev yang sinis, kejam, dan menyebalkan. Anehnya, Letta masih saja cinta.
"Terus ngapain tidur?" tanya Letta.
"Suka-suka gue lah! hak lo apa larang-larang gue?" sungut Dev.
"Kamu sendiri yang bilang kita di sini belajar, tapi kamu sendiri yang malah tidur seenak jidat!" ketus Letta.
"Mulut-mulut gue, kok lo yang repot?"
Letta memutar matanya malas. Tidak akan ada habisnya berdebat dengan Dev. Rasanya ia ingin segera pulang dan menghabiskan sorenya di dalam bathub berisikan air hangat dengan wangi lavender. Tapi melihat Dev yang belum menguasai satu rumus pun membuat niat Letta menjadi urung.
"Jadi, sampai sini paham?" Letta menunjuk angka-angka dan rumus yang telah ia jelaskan tadi saat Dev tidur. Tanpa bertanya pun harusnya Letta tahu bahwa Dev tidak akan paham.
"Enggak," jawab Dev santai.
"Perlu Letta jelasin ulang?"
"Iyalah, lo harus jelasin sampai gue ngerti!"
Letta mendesah lelah. Ia mulai menegakan duduknya lalu menyeruput coklat dingin yang ia pesan.
"Jadi, jumlahin dulu yang sebelah kiri. Kalau udah baru yang kanan, semisal udah ketemu baru deh masukin ke rumus,"
Dev mengangguk-anggukkan kepalanya. Seolah mengerti apa yang telah Letta jelaskan tadi.
"Soal nomor 5 mirip sama rumus yang ini, coba kamu kerjain sendiri. Nanti Letta periksa," titah Letta yang dituruti Dev.
Dev mengerjakannya dengan serius, sesekali melihat coretan-coretan Letta saat mengajarinya.
Ada perasaan senang saat Letta melihat Dev yang begitu serius dalam mengerjakan soal. Letta berharap semoga Dev segera paham dengan seluruh materi pelajaran sekolah sehingga ia bisa lebih fokus belajar untuk persiapan olimpiade nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETTA
Teen Fiction#Rank 1 in Aldevaro in May -Kalo menurut kamu awalnya tidak menarik, bisa jadi selanjutnya menjadi penyebab candu. Ayo, coba baca dulu sampai habis- SKALETTA ZEANNE RAHARJA gadis yang yang tergila-gila dengan ALDEVARO AXIELLA pecinta balapan mobil. ...