Yusuf dan Adam~

4.3K 552 43
                                        

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Berhenti berpikir kalau orang lain lebih buruk daripada dirimu. Sebab, kedudukan seseorang tidak ada yang tahu, kecuali Allah."
Indahnursf~

🌼🌼

"Madani yang penulis itu, ya?" tanya lelaki di hadapanku dengan senyum ramah dan bersahabat.

Aku mengangguk seraya tersenyum menjawab pertanyaan dari salah satu teman Jonathan. Hari ini, sesuai permintaanku waktu itu pada Nathan, bahwa aku ingin bertemu kedua temannya yang kata Nathan dua temannya inilah yang membantunya merintis usahanya dan mereka sudah berteman sejak SMA.

"Panggil aja, Adam, dan ini Yusuf," ucap lelaki yang bernama Adam. Kini aku bisa tahu yang nama Adam dan Yusuf yang sering di sebut-sebut Nathan.

Sejauh ini aku masih tidak habis pikir dengan Nathan, kedua temannya ini beragama Islam, lantas bagaimana mereka bisa berteman dengan berbeda keyakinan? Maksudku, bukan mau berteman dengan orang yang sama keyakinan saja, tetapi, aku masih tidak habis pikir pertemanan mereka bertahun-tahun bisa langgeng padahal keyakinan berbeda. Ya, sejauh ini aku memang tidak ada teman yang non-muslim atau berbeda keyakinan denganku, jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya, baru bersama Nathan ini aku bisa merasakan pandangan seseorang yang bukan muslim terhadap Islam.

"Madani," ucapku memperkenalkan diri.

"Jo sering menyebut nama Madani akhir-akhir ini, katanya Madani itu orangnya baik dan mirip sama cinta pertamanya," celetuk Adam seraya tertawa. Sementara lelaki bernama Yusuf di sampingnya tersenyum sekilas dan Nathan sendiri berhasil melemparkan kertas ke arah Adam.

"Sembarangan, lu." Kesal Nathan pada Adam. Aku ikut tersenyum mendengar ocehan mereka. Tetapi, kenapa hatiku merasa bahagia saat mendengar Nathan sering menyebut diriku di hadapan teman-temannya. Apakah dia menyukaiku? Atau,...

Astagfirullahaladzim. Kenapa aku akhir-akhir ini jadi sering terbawa perasaan pada Nathan. Ampuni hamba Ya Rabb.

"Enggak deng, bercanda aja. Jo memang orangnya kebangetan baiknya, dia memang suka begitu," lanjut Adam. Aku hanya mengangguk merespons ocehannya. Sepertinya kedua teman Nathan ini pelengkap dirinya, jika Nathan kadang bersikap dingin kadang hangat seperti cuaca di Indonesia, maka Adam sikapnya humoris dan Yusuf yang tenang. Menurutku sih seperti itu.

"Boleh aku bicara pada kalian berdua secara bergantian? Tidak lama, kok. Aku hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit untuk menanyakan beberapa hal," ucapku menyampaikan maksud dan tujuanku ingin bertemu dengan mereka berdua.

Beberapa hari lalu, aku meminta Nathan agar menemuiku dengan kedua teman karibnya itu. Ada beberapa hal yang harus aku tanyakan pada keduanya. Menurutku hal ini penting, sebab aku juga harus melihat Nathan dari beberapa sudut pandang seperti sudut pandangnya Yusuf dan Adam. Awalnya Nathan menolak sebab dia malas melibatkan kedua temannya itu dalam hal ini, namun aku terus-menerus membujuknya hingga dia setuju dan luluh padaku.

🌼🌼

"Sejak kapan kenal Jonathan?" tanyaku pada Yusuf yang kini sedang aku wawancarai. Lelaki bernama Yusuf ini memiliki postur tubuh tinggi tegap dengan hidung mancung dan badan yang menurutku berisi sekali. Dia terlihat lebih pendiam daripada Adam.

"Sejak SMA," jawabnya singkat. Aku langsung mencatat jawabannya di buku kecilku sebagai bahan untuk tambahan menulis tentang Nathan yang harus aku selesaikan segera mungkin, sebab tidak terasa aku sudah melewati belasan hari kerja sama dengannya.

Madani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang