Ku Lepas dengan Ikhlas~

5.5K 583 208
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Siapa yang tahu jika jodoh kita adalah orang yang kita kenal, mungkin kita tidak sadar kode dari Allah mengenai jodoh, maut, rejeki. Hingga akhirnya kita sadar bahwa cara Allah menyatukan itu memang unik."
Indahnursf~

🌼🌼

"Woi sudah halal, woi. Cakep banget penganten baru," semprot Adam dengan tertawa saat melihat Nathan dan kak Acha yang tersenyum malu-malu saat selesai ijab qabul dan resepsi. Kini keduanya sedang bersantai di salah satu meja bundar yang sudah disiapkan.

Sebenarnya aku dan ayah sudah mau pulang, karena ayah juga masih belum terlalu pulih, intinya kesehatan ayah nomor satu bagiku. Namun, ayahnya kak Acha melarang dan mengajak ayah mengobrol dahulu. Dan akhirnya aku masih berada di sini dan dengan kekonyolan Adam dan Risty yang mengajakku bergabung dengan mereka semua di meja bundar ini.

Persis seperti sedang rapat meja bundar.

"Gue punya pantun untuk penganten baru," ucap Adam bersemangat. "Buah mangga ada ulat bulu, eh yang lagi bahagia kok malu-malu, hahaha." Adam tertawa dengan sangat keras membuat semua ikut tertawa termasuk aku.

"Gadis manis bergigi gingsul, hei Madani kapan menyusul." Adam kembali tertawa melihatku yang salah tingkah.

Dasar Adam! Aku kira setelah adegan prank waktu itu dia tidak akan lagi menjahiliku. Ternyata aku salah, aku kena imbasnya terus. Ah, dasar lelaki satu ini.

"Pernikahan itu bukan persoalan siapa cepat dia dapat seperti ajang perlombaan, namun pernikahan itu soal persiapan dan tanggung jawab yang akan diemban harus kita pikirkan matang-matang. Karena menikah itu bukan untuk sehari, dua hari, atau setahun. Tapi untuk seumur hidup bahkan sampai ke surga," ucap Yusuf serius membuat kami semua terdiam dan membetulkan ucapan Yusuf.

"Nah, Babang Yusuf cakep nih, udah cakep mukanya, cakep akhlaknya, eh cakep pula ucapannya." Adam tertawa dan menepuk punggung Yusuf kemudian memeluknya. Aku yang semula serius mendengar ucapan Yusuf pun kini beralih pada Adam yang pecicilan.

Fix aku benar-benar salah menilai orang. Pertemuan pertamaku dengan Adam yang sok jaim ternyata aslinya dia tidak begitu. Aku pikir antara Adam dan Yusuf hanya beda-beda tipis, ternyata aku salah, antara Yusuf dan Adam bedanya setebal novel.

🌼🌼

Setelah pulang dari acara pernikahan Nathan dan kak Acha, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur seraya menatap langit-langit rumah dengan wajah yang sudah sangat lelah. Rasanya aku ingin terpejam sebentar saja, tubuhku sedang butuh istirahat.

Akhirnya dengan membaca doa dalam hati, kedua mataku tertutup rapat. Aku tertidur dan yang aku ingat sebelum aku tertidur, jam menunjukkan pukul tiga sore hari, sebentar lagi waktu Ashar. Aku juga sudah menyetel alarm di ponselku untuk membangunkanku tepat saat azan Ashar berkumandang.

Setelah benar-benar tertidur, aku tidak ingat apa-apa. Namun, aku merasa aku seperti tidak tidur melainkan aku berada di suatu tempat. Menurutku ini tempatnya sangat indah dan asri, aku belum pernah melihatnya selama ini. Atau aku saja yang kurang tahu informasi di mana tempat bagus seperti ini.

Seorang lelaki membelakangiku. Aku terkejut, aku kira aku sendirian di sini sebab sangat sepi dan tidak ada siapa-siapa. Ternyata ada sosok lelaki yang menurutku tidak asing lagi.

Yusuf.

Aku terkejut. Kenapa ada Yusuf di sini? Ada apa? Dan kenapa hanya ada kami berdua di sini. Memangnya aku sedang ke mana?

Madani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang