Awal dan Akhir~

4.3K 526 73
                                        

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Setiap awal pasti memiliki akhir. Begitu juga dengan kisah kita. Jika di awal kita tidak saling mengenal, maka di akhir kita kembali menjadi asing."
Indahnursf~

🌼🌼

"Ayah ingin agar kamu segera menikah, Nak," ucap ayah seraya menatapku sendu. Dua bola matanya mengisyaratkan sesuatu saat tatapan itu berhasil masuk ke iris mataku.

Aku membalas ucapan ayah dengan senyuman. Aku juga ingin segera menikah, Yah. Namun urusan jodoh masih Allah sembunyikan. Aku berucap demikian dalam hati. Aku baru saja patah hati karena kebodohanku yang telah berani berharap kepada manusia. Untuk kembali membuka hati, aku perlu menata dulu hatiku yang sudah hancur ini, agar kembali berdiri kokoh dan tak mudah hancur lagi.

"Ayah tidak tahu sampai kapan Ayah bisa menemani kamu di dunia ini, Ayah takut jika nanti Ayah menutup mata dan menghilang selamanya dari bumi ini tetapi kamu belum ada pasangan hidup. Siapa yang akan menjagamu nanti, Sayang. Ayah tidak mau lagi meninggalkan kamu sendirian, sudah cukup kemarin saja Ayah meninggalkanmu," ucap ayah lirih. Aku memeluk ayah. Padahal kondisi ayah baru saja mau membaik ayah sudah berpikir sejauh itu untukku.

"Iya, Ayah. Nanti Lissa pikirkan lagi. Lissa mau fokus karier dulu, Lissa mau lahirkan banyak-banyak karya yang bermanfaat baru nanti menikah." Alibiku. Jika saja sudah ada seorang lelaki yang baik agamanya datang dan melamarku mungkin aku juga akan mempertimbangkannya.

"Oh iya, Ayah ..., Lissa selama Ayah koma menulis buku, alhamdulilah sudah ada satu buku yang terbit dan tersebar di seluruh toko buku Indonesia. Ayah mau lihat?" ucapku antusias. Aku sengaja membawa bukuku ke rumah sakit karena ayah belum melihat karyaku. Aku juga belum cerita hal ini sama ayah, kan ayah baru sadar aku tidak mau jika ayah sampai banyak pikiran. Ayah harus rileks dulu dan tidak memikirkan apa-apa.

"Masya Allah, mumtaz. Buku apa, Nak?" respons ayah begitu antusias.

Dengan cepat aku mengeluarkan buku itu dan menjelaskan banyak hal dengan ayah. Senyum bahagia tergambar jelas dari wajah ayah. Aku ikut tersenyum. Aku sudah rindu sekali momen di mana ayah tersenyum dan bangga atas pencapaianku yang dengan kerja keras serta doa aku melakukannya.

"Bagus sekali, Lissa belajar di mana menulis buku? Ayah bangga sekali punya Lissa," puji ayah seraya mencium dahiku. Dengan bangga aku mengatakan, 'Iya dong kan Lissa anak Ayah yang keren.' aku ingin agar ayah terhibur dengan ini, dan membuat ayah tidak menyesali apa yang telah terjadi. Aku di beritahu Nathan, katanya orang yang baru sadar dari koma biasanya suka kebingungan dan merasa menyesal. Intinya seperti itulah. Makanya aku berusaha keras untuk menghibur ayah.

"Lissa, selama Ayah koma di rumah sakit, kamu mendapatkan biaya dari mana untuk bayar rumah sakit?"

Benar saja. Pertanyaan yang aku takuti kini ayah mengajukannya. Aku tahu, ayah pasti akan kepikiran akan hal ini. Pasti akan ayah tanyakan, aku sudah tahu betul dengan sifat ayahku ini.

"Lissa kerja kok, Yah. Awal-awal dulu Lissa kerja dan juga menjual barang-barang kita dan apa yang bisa Lissa jual, terus Lissa mendapat uang juga dari menulis, ya, walau tidak banyak tapi cukup membantu juga. Setelah itu Lissa mendapat tawaran kerja dari seseorang yang gajinya besar. Dia adalah Nathan, Yah," jelasku. Ayah sudah mengenal Nathan dan Risty saat kemarin mereka bertemu. Risty juga telah minta maaf sekaligus mengucapkan terima kasih pada ayah atas apa yang dulu pernah ayah lakukan padanya. Intinya, Risty berkata jiga dia mau balas budi juga walau ayah menolak, Risty tetap bersikeras.

Madani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang