Kilas Balik Acha~

5.7K 653 265
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Kepercayaan itu tidak bisa datang berulang kali. Karena itu saat seseorang memberimu kepercayaan kamu harus bisa menjaganya."
Indahnursf~

🌼🌼

"Saya bukan hantu!" semprotnya.

"Yang bilang kamu hantu, siapa?" tanyaku kesal. Bisa-bisanya dia marah padaku, memangnya dia siapa?!

"Tadi kamu mengucap astagfirullah," sungutnya.

Oh, jadi dia tersinggung saat aku mengucap astagfirullah tadi. Padahal, kan, aku memang terkejut saat mendengar ternyata dia yang menelepon. Kirain orang penting. Siapa suruh menelepon orang malam-malam, enggak sopan banget, huh.

"Jadi kenapa? Enggak setuju? Ye, salah sendiri kali menelepon malam-malam," omelku tak kalah ketusnya.

Sebentar.... Sejak kapan aku berani membentaknya? Perasaan selama ini aku ngeri dengannya. Kenapa sekarang aku marah-marah padanya? Bagaimana jika nanti dia membatalkan perjanjian ini dan, bagaimana dengan biaya pengobatan ayah, dan.....

"Saya bicara, Madani."

"Astagfirullah. Iya-iya, maaf, Nathan. Bisa di ulangi?" Kini suaraku melembut.

Baiklah. Aku tidak boleh bersikap seperti ini. Kenapa aku sensitif sekali. Seharusnya aku khawatir saat dia menghubungiku, barangkali dia membutuhkan bantuanku atau ada hal penting lainnya.

"Apa kabar ayahmu?"

Eh? Aku tidak salah dengarkan?! Dia menanyakan kabar ayahku? Sejak kapan dia peduli denganku? Ada apa ini? Atau, aku sedang bermimpi?

"Madani, saya sedang bicara, lho."

"Iya, kabar ayah baik, Nath. Kenapa?" jawabku seolah biasa saja padahal aku masih bingung bahkan pikiranku memikirkan banyak hal.

"Apa ada perkembangan terkait kabar ayahmu di rumah sakit?" tanyanya lagi.

"Tidak ada. Ayah masih sama seperti sebelumnya. Ayah masih koma, ini sudah lebih dari satu tahun. Aku selalu menunggu anugerah terindah dari Allah untuk memberikan ayah kesempatan hidup," lirihku.

Aku teringat ayah. Aku rindu ayah. Bahkan sehari saja aku tidak bertemu ayah rasanya berat sekali. Aku sangat menyayangi ayah, sangat.

"Apakah saya di izinkan untuk membawa ayahmu ke Singapura? Saya akan menanggung biaya pengobatan ayahmu, dan--"

"Terima kasih, tidak usah repot-repot. Ayah di sini saja."

Setelah mengatakan itu aku mematikan panggilan secara sepihak. Memangnya dia siapa berani sekali dia mau membawa ayahku ke luar negeri. Dia pikir apakah pengobatan di Indonesia tidak sebagus di luar negeri?!

Aku mengembuskan napas panjang, memijat pelipisku. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit sekali, aku mematikan ponselku tidak ingin menerima panggilan dari siapa pun. Aku tidak ingin di ganggu hari ini.

🌼🌼

"Seriusan dia Kristen?" Suara Ayuna begitu nyaring, membuat gendang telingaku terasa sakit mendengarnya.

"Biasa aja kali ekspresinya," tegurku seraya melemparinya kertas yang sudah aku remas sejak tadi.

Ayuna nyengir kuda seraya menatapku bingung, "Iya sih, Sa. Cuma ya, gimana gitu. Enggak nyangka, ya."

Madani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang