Eight

20 6 0
                                    

Dirumah megah bertingkat, didalamnya hampir semua dibalut warna putih, tembok, lantai marmer, dinding, sampai anak tangga berwarna putih.

Menampilkan suasana yang kalem, santai dan nyaman.

Dilantai dua terdapat pintu berwarna coklat batang, ya itu sebuah kamar, kamar seorang pria yang dinding nya bertolak belakang dengan warna ruang tengah.

Jika di lantai satu berbalut putih, tetapi dikamar ini dinding di balut warna abu pudar, tidak hanya dinding, bed cover, sarung bantal, sampai tirai jendela pun berwarna senada.

Seorang pria keluar dari kamar mandi, menggunakan celana boxer selutut warna hitam bertelanjang dada, dan handuk ditangan nya digunakan untuk mengeringkan rambut

Ia berjalan ke sisi ranjang dengan tangan tak henti menggosok rambut basah nya yang mulai mengering

Ia duduk di pinggir kasur, memory nya mengulang kejadian tadi sore, ya mengingat nya saja membuat lelaki bernama Sagam darmaweja tersenyum

Mengingat gadis 18tahun heh? Sagam tersenyum simpul, hanya bertemu beberapa menit membuat nya kini terngiang wajahnya ber jam jam? Pengaruh pada Sagam sangat berdampak pada kondisi psikis nya, dua sudut bibirnya tidak pernah tertarik selebar ini

Dering ponsel memecah lamunan sagam, lalu ia mengambil smartphone berlogo apel tergigit di atas nakas dan melihat nama yang tertera, ia pun menggeser tombol hijau

"Halo rob". Sapanya

"..."

"Oke, besok ketemuan di kampus ya". Jawab Sagam

"..."

"Oke sip".

Setelah sedikit berbicara, Sagam mematikan obrolannya, ia langsung menuju lemari mengambil kaos putih lengan pendek bertulisan Flava, lalu ia menghampiri meja belajar dan mendaratkan bokong nya di kursi dan berkutat dengan berkas berkas kuliahnya

--

Melihat rumah Haliza sudah di depan mata, mang didin pun memberhentikan motornya.

Haliza yang tau sudah sampai pun meloncat dari motor, dan itu menyebabkan mental mang didin terguncang

"Astaghfirullah neng, hati hati atuh turunnya". Ucap mang didin sambil mengusap dada

Haliza yang di tegur pun hanya menyengir memperlihatkan gigi rapihnya

"Iya maaf mang, tapi makasih ya udah anterin Haliza sampe rumah dengan selamat, liza sudah sidik-sidik nih kaya nya setelah mang didin nganterin Haliza  ketampanan mang didin ini bertambah 3x lipat deh". Ucap Haliza sambil merayu

"Ah ada ada aja si neng ini, iya sama sama, ya sudah neng masuk rumah sana, mang juga mau pulang, mang pamit ya, assalamualaikum". Salam mang didin lalu menjalankan kendaraanya

"Waalaikumsalam". Jawab Haliza, "Sering-sering anterin Haliza ya mang". Teriak nya lagi saat melihat mang didin semakin jauh

Haliza tersenyum simpul lalu berbalik membuka pagar berwarna coklat setinggi dadanya

Terlihat lah rumah dengan halaman depan yang dihiasi tanaman dan rumput yang hijau, tak lupa kolam ikan yang tidak terlalu besar namun menambah kesan keindahan

Diteras terdapat wanita paruh baya dengan pakaian gamis berwarna ungu polos tak lupa hijab berwarna hitam  yang sedang duduk di kursi teras berwarna putih tulang, sedang merapihkan tanaman bongsay.

Haliza yang melihatnya pun langsung menghampiri wanita tersebut dan tak lupa mengucapkan salam

"Assalamualaikum bidadari surgaku". Ucap Haliza sumringah

Karmila-Ibunda Haliza yang mendengar salam itu pun menolehkan kepala nya dan tersenyum melihat malaikat kecil nya datang

"Waalaikumsalam". Jawab Karmila

Haliza langsung menggapai tangan sang ibu dan mencium punggung tangan nya, tak lupa ciuman di pelipis sang bunda, itu kebiasaan Haliza

"Udah pulang Liz?" Tanya nya

"Iya Bun". Jawab Haliza lembut

"Ya sudah kalo gitu kamu langsung mandi, bunda tadi udah masak ikan goreng sama sambal kecap, nanti bunda langsung siapin, bunda beresin ini dulu". Jelas Karmila

Haliza yang mendengarnya pun tersenyum sumringah lalu melipat tangannya hormat pada sang bunda

"Siap, bunda ku sayang". Jawab Haliza, ia langsung beranjak dan masuk kedalam rumah

Karmila yang melihatnya pun tersenyum sambil geleng geleng kepala, anaknya itu selalu seperti itu, Karmila jadi terbayang Fajar sang suami, Haliza sangat mirip dengan nya

Mengakhiri lamunannya Karmila mengerjakan pekerjaannya dengan cepat, sebab takut sang anak selesai mandi dan kelaparan

--

Tbc.

Jangan lupa voment nya, aku butuh banget support dari kalian, luv u:*

She Is HalizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang