6

13.8K 667 13
                                    

"pasangkan dasi ku" Xavier menyerahkan dasi berwarna biru itu kepada queensha. Dari pada sekretaris queensha lebih cocok di panggil seorang istri. Bagaimana tidak, jika baju pun queensha yang menyiapkannya.

"Mm..tuan. istri anda dimana? Aku tidak melihatnya dari tadi" katanya

"Sudah ku bilang queen aku belum menikah" gemas sekali Xavier rasanya.

"Sudah ku bilang tuan anda tidak perlu berbohong" balas queensha

Cup...

Dengan kilat, tanpa aba-aba, tanpa persiapan. Xavier mengecup bibir queensha.

"Manis" katanya santai.

Sementara queensha seperti berada didalam dimensi lain. Apa itu. Masih dalam keterpakuan, queensha mencoba mengumpulkan kesadarannya

"Ciuman pertamaku" lirihnya.

Dia menatap tajam Xavier. Dengan spontan melayangkan tangan mungil nan mulus itu ke pipi Xavier.  Tamparan yang cukup kuat. Batin Xavier

"Berani sekali anda melakukan itu padaku"

Xavier menarik pinggang queensha kuat, membuat queensha menabrak dada bidang itu. Matanya mengunci mata bulat berwarna hitam kelam itu.

"Bahkan aku bisa melakukan lebih queen" seringai licik itu tampak mengerikan bagi queensha. Tangan Xavier membelai wajah queensha lembut lalu beralih pada bibir ranum yang menggoda itu

"Kau begitu cantik dan menggoda. Katakan padaku mantra apa yang kau berikan padaku queen"

Queensha yang diperlakukan seperti itu tentu saja ketakutan. Apalagi kondisi dan situasi cukup mendukung dengan apapun yang akan dilakukan pria mesum itu

"Queen jadilah milikku" pinta Xavier

Queensha baru sadar sudah beberapa hari ini dia selalu mendengar Xavier memanggilnya dengan sebutan queen

"Lepaskan aku" dia mencoba memberontak. Namun apa daya jika Xavier terlalu kuat.

"Tidak akan pernah" Xavier melumat bibir itu tanpa ampun. Bak orang kesurupan, dia mengabaikan pukulan dan jambakan dari queensha, itu tidak ada apa apanya di bandingkan rasa yang kini ia dapatkan

Xavier terus melumat bibir itu tanpa ampun. Atas dan bawah, aroma buah dari tubuh queensha semakin membuatnya bersemangat.

Kegiatan itu berhenti ketika seseorang membuka pintu dengan kasar membuat. Queensha mendorong Xavier dengan kuat, sehingga membuat Xavier menggeram marah. Brengsek siapa yang berani mengganggu ku

"Ups...sorry" itu Louise. Niat hati ingin memberi kejutan malah sekarang dirinya yang mendapat kejutan.

" Louise mackenzi" bentak Xavier

"Aku tidak tau kau sudah menjalankan misi, jika aku tau aku akan sabar menunggu" Louise menggaruk tengkuknya. Dia memperhatikan gadis itu. Penampilan gadis itu terlihat berantakan, begitu juga dengan Xavier.

"Jaga matamu, sebelum ku congkel mata itu" desis Xavier

"Astaga. Mengapa jatuh cinta membuatnya semakin menyeramkan." Gumam louise yang dapat di dengar xavier

"Keluar" teriak Xavier. Membuat Louise berlari cepat. Sebelum dia benar benar habis oleh Xavier.

Sedangkan queensha yang mendengar teriakan itu cukup terkejut dan memundurkan langkahnya takut.

"Queen" Xavier mencoba mendekati queensha. Namun queensha semakin memundurkan langkahnya, terus begitu hingga dia merasa terpojok.

Diapit dengan dinding dan dada bidang Xavier. Xavier kembali membelai bibir queensha yang membengkak dan semakin merah itu. Fikirannya kacau, bibir itu membuat logikanya berantakan.

Xavier ingin kembali merasakan bibir itu. Namun tamparan queensha seolah menyadarkannya.

"You are jerk" maki queensha

Lalu dia berlari meninggalkan Xavier yang masih memegang pipinya. Xavier menelfon salah satu anak buahnya

"George awasi gadisku dengan baik" Xavier akan memberikan queensha waktu untuk sendiri.

____

"Brengsek...brengsek pria brengsek" queensha menendangi serta memukuli udara untuk melampiaskan kekesalannya.

"Astaga dia mencuri ciuman pertamaku...lalu ciuman keduaku...hiks...hikss" tangisnya pun pecah rasa kesal yang tak tau harus diapakan akhirnya membuatnya menangis tersedu-sedu

Tidak perduli jika dia menjadi tontonan banyak orang, karna menangis di tempat umum.

"Seharusnya aku sudah menduga akan terjadi hal yang tidak tidak saat dikamarnya....huaaaa" tangis queensha semakin kencang

Membuat beberapa orang beranggapan jika dia adalah korban pemerkosaan

"Sudah...jangan menangis" queensha melihat sepasang sepatu didepannya, dengan tangan yang mengulurkan sebuah saputangan berwarna maroon

Queensha mendongak, namun silaunya matahari pagi membuat pandangannya terbatas

Lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan queensha

"Kau ingin aku menghapus air matamu atau kau bisa lakukan sendiri"

Queensha mengambil sapu tangan itu dengan cepat. Lalu mengahapus air matanya. Membuat lelaki itu tersenyum.

"Ayo bicara" dia menarik tangan queensha, Mencoba membantu gadis yang masih dicintainya itu. Namun dengan spontan, queensha menepis tangan pria itu. James

"Aku bisa sendiri"



LIMERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang