18

8.4K 349 8
                                    

Saat ini new York sudah pukul 10 malam, namun semua orang masih sibuk dengan segala aktivitas nya. Aku memandang di balik kaca mobilku saat ini. Rintik hujan tidak menjadi penghalang saat ini. Aku tersenyum saat memandang sepasang kekasih sedang tertawa di bawah payung yang mereka pegang. Terlihat lucu ketika pria itu menjahili kekasihnya dengan menjauhi payung itu. Membuat gadis di sampingnya memukulnya dengan tertawa.

Aku merindukan tawa queensha. Aku terpaksa meninggalkan nya sebentar pada Daddy dan mommy ku  untuk menemui orang brengsek yang sudah meneror queensha tempo hari. Aku curiga jika dia adalah orang yang sama yang menyebabkan queensha ku celaka. Jika itu benar, maka aku akan melemparkan dia hidup-hidup ke kandang harimau ku.

Satu setengah jam waktu berlalu...

Yang semula rintik hujan kini berubah menjadi badai. Angin kencang, kilat dan petir yang menyahut-nyahut membuat suasana semakin mencekam.

Tempat ini jauh dari kota. Ya itu hutan pribadiku. Hutan yang merupakan hadiah ulang tahunku pada umur 7 tahun.

Keluarga ku tau tentang rumah pribadiku di hutan ini. Tapi tidak tau tentang markas yang ku bangun disini. Disini aku akan menghabisi musuh-musuh ku, bahkan disini juga aku pernah menghabisi mantan kekasih kembaranku- alleta yang dengan kurang ajarnya hampir memperkosa adik perempuan ku itu.

Aku sudah disambut oleh beberapa anak buahku. Aku berjalan ke gedung berwarna putih itu, menuruni anak tangga dengan satu persatu. Gaya jalanku yang santai berbanding terbalik dengan moodku saat ini. Aku sudah tidak sabar akan berjumpa dengan mainan ku itu

"Dia ada diruang eksekusi tuan mackenzie"

Aku masuk dengan wajah mungkin sudah memerah, rasa panas sudah menjalari setiap aliran darahku.

Kulihat dia seorang pria dengan umur sekitar 30an. Apa motifnya?
Wajahnya sudah habis babak belur. Kulihat jari telunjuknya juga sudah di potong. Hahahaha

"Siapa yang memotong jarinya? "Aku bertanya lantang kepada anak buahku yang masih setia menundukan  pandangan mereka.

"Maafkan..sa..saya tuan. Saya yag sudah memotong jari telunjuknya. Dia degan lancang menunjuk foto tuan sambil mengumpati tuan"

"Kau orang baru disini?"

"Iya tuan" dia ketakutan. Aku tau itu namun aku tidak akan menghukumnya. Dia sudah berlaku tepat.

"George...naikan gajinya, dan senangkan keluarganya"

"Tuan??" Aku hanya mengangguk kepadanya lalu dia bersujud di depanku

"Terima kasih banyak tuan, terimakasih"

"Pergilah. Aku akan bermain dengan peliharaan ku sebentar." Pemuda itu menyingkir. Membuat aku dengan leluasa memandang wajah pria yang mungkin nyawanya tak akan bertahan satu jam kedepan.

" Siapa kau? Siapa yang menyuruhmu?"

Hening. Dia bungkam, ku akui kesetiaannya lumayan. Namun aku tidak yakin untuk beberapa saat selanjutnya.

"Tidak ingin berbicara ee?" Aku mengkode Goerge untuk mengambil gergaji yang dari tadi disiapkannya.

Melihat itu sepertinya, dia sudah mengetahui maksud ku. Namun dia masih tenang. Benar-benar berani

"Jari telunjuk mu sudah di potong. Bagaimana kali ini kalau jari tengahmu? Atau jari kakimu? Ah telinga sepertinya lebih baik"

Matanya mulai bergetar tanda takut. Keringat mulai bercucuran di dahinya. Aku tertawa puas.

"Jika kau mengaku, aku tidak akan memotong anggota tubuhmu lagi"

"George apa serigala ku sudah makan?" Aku bertanya pada Gorge yang masih berdiri di belakangku dengan beberapa pisau dan tang ditangannya.

"Belum tuan. Harimau milik anda juga belum makan"

" Sepertinya mereka akan makan besar malam ini" aku berkata sambil mengelus permukaan gergaji itu.

"Kau akan menjadi makan malam binatang kesayanganku malam ini hahahahaha"

"Ma..maafkan ak..aku"

"Siapa yang menyuruhmu?"

"Aku tidak tau orang itu. Dia menutup wajahnya dengan topeng hitam. Aku tidak sempat melihat wa..wajahnya..kar..karna saat...itu gelap"

"Jangan berbohong bangsat" aku menendang kursinya hingga dia terungkur jatuh tertimpa kursi dengan keadaan yang masih terikat ku letakan kaki ku di tangannya Menginjak pelan, mengabaikan rintihan kesakitan dirinya.

"Aku ber..sumpah...ahhh sakit jangan"

"Apa motif dia meneror kekasih ku?"

"Dia...dia..hanya bilang...ingin menyingkirkan jalang yang merebut perhatian ke...kekasihnya ah.....tol..long ini sa..sakit"

Kekasih?

"Dia wanita?" Apa queensha pernah terlibat dengan pria lain. Tidak mungkin. Aku bahkan sudah menyelidiki semua tentang queensha terlebih dahulu. Dia hanya pernah menjalin hubungam dengan si Pattinson itu sewaktu mereka dirusia.

"Aku...ti..ah..dak yakin...dia wan...ita atau pria" aku semakin bingung
Apa sebenarnya ini

"Kau tidak tau namanya?"

"Tidak, aku tidak tau apapun tentang dia" shit. Aku semakin menginjak tangan itu dengan keras. Mampus saja pria itu. Aku tidak perduli.

Aku berjongkok lalu menarik kerah bajunya. Wajahnya memelas meminta ampunan. Namun aku adalah XAVIER tidak ada ampunan bagi siapapun yang berani mengusik aku dan orang-orang terkasih ku.

Aku mengarahkan gergaji itu ke arah tangannya. Teriakannya menggema di seluruh ruangan. Darah itu muncrat tepat di wajahku. Bukannya jijik aku malah menyukainya. Mendengar teriakannya membuat kepuasan bagiku.

"Aku akan melakukan hal yang sama seperti kau melakukannya pada kucing itu" aku mulai Memotong jari-jari tangannya, kemudian hari kakinya. Dia terus berteriak dan menangis aku sangat menyukainya.

Teriakannya dan tawaku menjadi satu, dilengkapi oleh suara petir yang masih mengamuk diluar sana. Seakan menjadi perpaduan harmoni yang indah.

Puas bermain-main aku memutuskan untuk menyudahinya. Aku harus kembali ke rumahsakit untuk menemani pujaan hatiku.

"Goerge....lempar dia ke kandang freddy- harimau kesayanganku".

"Baik tuan"

Aku melangkah kan kaki untuk berbenah sebentar. Tidak mungkin aku kembali dengan kondisi darah di tubuhku.

Satu masalah selesai. Aku akan mencari tau siapa orang bertopeng itu sudah pasti dia juga dalang dari kecelakaan ini.
____

"Kau sudah datang?"

"Iya maaf merepotkan mu dad"

"Tidak Masalah. Bagaimana? Apa kau sudah punya celah tentang dalang penabrakan queensha"  aku hanya mengangguk kecil.

"Ya...sedikit"

"Jika perlu bantuan. Kau bisa bilang padaku. Daddy akan senang hati membantumu"

"Thanks dad"

Aku berjalan menuju samping brankar milik queesnha. Dia masih diam tanpa bergerak lagi-lagi membuatku merasa bersalah.

"Xavier, Daddy pulang sebentar, kasihan mommy mu" aku hanya mengangguk tanpa berbicara. Hari ini sangat berat bagiku.

"Semangat" kata Daddy, yang ku balas dengan kalimat seadanya "iya".

LIMERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang