22

7.1K 346 17
                                    

"Kapan kau akan bangun moon, aku sudah sangat rindu suara serta omelan mu itu. Kumohon jangan menyiksa kun seperti ini" James mengecup tangan queensha, menempelkan tangan halus nan kecil itu ke pipinya.

Tidak ada rasa bosan dalam dirinya memandangi wajah cantik milik queensha, bahkan sedetik pun enggan James lewatin demi memandang wajah gadis yang masih menguasai hatinya itu.

Sebulan sudah queensha bersamanya, namun entah alasan apa yang membuat queensha tidur begitu nyenyak di ranjang mewah milik James. Bahagia bercampur sedih yang James rasakan saat ini. Bahagia karna dia kembali bersama kekasih hatinya, sedangkan sedih karna gadis itu masih tidur layaknya putri tidur yang kerap kali menjadi fantasi anak anak.

Kini James beralih mencium  dahi queensha, kemudian bibir pink pucat miliknya.

"Malam ini tidurlah, tetapi ku mohon besok bangunlah" James keluar dari kamar queensha berjalan menuju ruang kerjanya, mengecek kembali semua pekerjaan miliknya, dan tentu saja memantau seluruh area tempat tinggalnya saat ini.  Dia akan memastikan pria bodoh keturunan keluarga Mackenzie itu tidak akan pernah menemukan dirinya dan queensha.

James tau saat ini dia bagaikan pengecut yang hanya bersembunyi demi mengindari xavier, namun semua nya mampu di tepisnya yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya queensha sehat kembali, lalu mereka hidup bersama dan bahagia layaknya mimpi yang dulu selalu mereka idamkan.

____

Sebulan sudah sejak ditinggalkan queensha, xavier yang dingin dan terkenal kejam kini seolah berubah seperti Lucifer mungkin lebih dari itu.

Kekejamannya meningkat berkali kali, tak pandang bulu, tak pandang gender, tak pandang kasta, serta hubungan. Akal sehatnya seolah lumpuh, hatinya seolah mati. Sikap dingin kini tak hanya bagi orang luar saja, bahkan kepada keluarga terutama ibunya sendiri xavier memancarkan aura dingin dan kejam.
Iblis dalam dirinya kini sukses menguasi jiwa dan ragannya.

Pyar... Pyar.. Pyar...

"Kau dimana queen... Ha?? Dimana" Teriak xavier. semua benda yang ada di sekelilingnya menjadi korban amukannya. Tak perduli jika guci guci antik dan mahal itu pecah atau melukai tangannya.

"Brengsek kau James... Kembalikan kesayanganku" Teriak xavier lagi.

Bella dan Arthur yang kebetulan mengunjungi anak sulungnya itu terkejut mendengar suara teriakan xavier di sertai benda benda yang pecah.

"Arthur...  Xavier kenapa? "

"Aku akan melihatnya, sebaiknya kau tunggu disini saja"

"Tidak. Aku ikut bersama mu" Bella menggengam tangan Arthur

"Xavier sedang dalam emosi yang tidak stabil, aku takut dia akan melukaimu sayang"

Bella menggeleng dia begitu mengenal Xavier, meskipun  sifat putranya itu kian dingin tapi dia yakin Xavier tidak akan pernah mampu menyakiti ibunya

"Aku akan masuk, Xavier adalah putra ku, kau tau betul dia begitu mencintaiku, tidak ada alasan baginya menyakitiku, suamiku" Bella jelas melihat kekhawatiran dimata Arthur, khawatir melihat keadaan sang anak yang kian berubah juga khawatir melihat istrinya saat ini.

"Aku ikut bersama mu"

"Aku saja"

" Bella mengertilah" Jengah Arthur

Bella menghembuskan nafas pelan, dia sebisa mungkin meyakinkan Arthur, dia tak ingin berdebat atau apapun  yang dapat membuat Arthur panik

"Kau percaya aku kan sayang? Aku akan mengembalikan putra kita"

"Bella kumohon" Arthur kini memegang tangan Bella mencoba memberi tahu istrinya

"Tunggu aku disini dan percayalah, Xavier kita akan lebih baik" Bella berjalan untuk menemui Xavier, meninggalkan  Arthur yang menatapnya dengan gusar. Dia percaya bahkan sangat percaya bahwa putra nya tidak akan menyakiti istrinya, namun dasar nya sifat Arthur yang terlalu posesif tentang apapun yang berhubungan dengan Bella membuat nya menjadi seperti ini.

"Brengsek... Brengsek... Semua brengsek"

Pyar.. . Pyar.. . Tak.. . .

"Queensha" Teriak Xavier murka

"Nak" Bella memandang sedih Xavier saat ini

Xavier terdiam kala mendengar suara lembut itu. Dia menoleh mendapati ibunya berdiri memandangnya, genangan air mata di mata Bella membuat Xavier seolah terpaku

"Ada apa?"

"Xavier tidak ingin peluk mommy" Tanya Bella

"Tidak" Xavier berjalan ke arah tangga dia begitu lelah

"Xavier... Xavier.. . Ahhhh" Pekik Bella
Membuat Xavier menoleh, dan seketika terkejut.

"Astaga, mommy" Xavier dengan cekatan berlari lalu menggendong Bella ala bridal style, Bella tersenyum, bagaimana pun keadaan Xavier, putra sulungnya itu tidak akan mampu mengabaikan Bella.

Xavier meletakan Bella di ranjang miliknya, mengambil kaki Bella dan memperhatikan luka di lutut ibunya itu, Bella tidak sengaja tersandung benda lalu terjatuh, mengakibatkan kakinya harus rela terkena serpihan kaca kaca yang Xavier pecahkan.

"Aku akan ambil obat"

"Nanti saja, sekarang duduklah"

"Tidak bisa. Nanti akan infeksi" Bella menahan tangan Xavier yang hendak beranjak.

"Duduk dulu mommy ingin bicara"

Mau tidak mau Xavier duduk dengan menunduk memperhatikan kaki sang ibu yang kini berdarah. Bella menghebuskan nafas pelan. Memegang pipi anaknya agar fokus Xavier tertuju padanya

"Dimana yang sakit?" Tanya Bella. Membuat Xavier mengernyitkan dahi tanda heran

"Seharusnya itu pertanyaan ku"

"Apa disini sangat sakit" Bella menunjuk dada Xavier, dia merasakan jantung Xavier berdetak dengan kencang. Tubuhnya Xavier menegang memperjelas kebenaran ucapan mommy nya.

Xavier hanya diam membisu, sesungguhnya memang disitu letak kesakitan nya. Namun dia enggan melihatkan itu pada semua orang

"Mommy tau bagaimana rasa sakitnya nak. Tapi kini bersikaplah bijak. Jika Kau melakukan semua ini,maka itu tidak akan membawa mu pada ketenangan, disaat kau tidak memiliki ketenangan, maka kau tidak akan menemukan jalan keluar"

"Mom.. Ini sudah sebulan. Dan.. . Dan.. Dan aku belum mendengar apapun tentang dia, anak anak buah ku yang bodoh itu bahkan tak bisa aku andalkan. Aku akan gila jika kehilangan dia mom. Akan gila" Racau Xavier, runtuh sudah. tangisnya pecah, seorang Xavier Mackenzie kini menangisi seorang gadis

" Xavier lihat mommy" Bella membelai wajah Xavier dengan sayang

" Jika kalian berjodoh dan Tuhan sudah mentakdirkan queensha untukmu, apapun rintangan di depannya kalian akan mampu melaluinya. Mommy yakin di suatu tempat entah dimana itu, queensha juga merindukan dan menunggumu, oleh karna itu mommy mohon, jangan biarkan iblis menguasai dirimu, cari lah ketenangan itu, dan bekerja lebih giat menemukan queensha" Mommy, daddy dan grandpa mu juga sedang berusaha menemukan queensha"

" Mom tapi.. . . "

"Tidak ada usaha yang menghianati hasil nak. Kau tidak sendiri,  kau memiliki kami. Jadi ku mohon berhentilah bersikap seperti ini.. . Hiks.  Hiks.. . Aku hanya ingin anak ku kembali,  jangan seperti ini Xavier" Tangis Bella

Xavier langsung memeluk ibunya, ya benar Xavier sudah keterlaluan saat ini, sifatny yang terburu-buru membuat dia panik sehingga tak mampu menyeimbangkan emosi dalam dirinya.

Diruangan itu Xavier dan Bella menangis bersama

"Daddy janji akan mengembalikan gadis itu padamu nak. Tidak ada yang bisa memisahkan kalian. Daddy janji" Arthur meninggalkan istri dan anaknya yang masih berpelukan. Hatinya sakit melihat pemandangan itu, betapa terpuruk nya Xavier di tinggalkan queensha membuat nya seolah terlempar ke masa lalu saat Bella meninggalkannya, mengingat sakit nya itu, dia tak ingin Xavier merasakannya lebih lama.

LIMERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang