16

10.3K 501 5
                                    

Xavier POV

Seperti biasa saat akan kekantor queensha akan mengurus semua keperluanku, mulai dari baju hingga sarapan.

"Jadwalku hari ini tidak padatkan?"

"Tidak"

"Baguslah"

"Mmm"

Aku memandangnya dengan teliti entah kenapa hari ini perasaan ku tak tentu arah.

"Queen" kulihat mata itu yang sinarnya sedikit redup.

"Iya" dia menatapku dengan sendu, membuat hatiku semakin tak tenang.

"Ada yang menganggu fikiranmu sayang?" Aku membelai pipinya yang chubby, aku suka melihat, mengusap bahkan menggigit pipi yang mengemaskan itu

"Tidak ada"

"Sungguh?"

" Sungguh"

Aku hanya diam saat dia kembali menundukan kepalanya.

Hingga sampai dikantor pun queensha ku tidak banyak bicara, biasanya dia akan sangat cerewet dan riang, beda sekali dengan hari ini.

Fokus ku terpecah antara memikirkan queensha dengan pekerjaan, belum lagi masalah teror yang terjadi beberapa waktu lalu.

Ah mengingat itu aku sungguh sangat murka, siapa bajingan yang berani-beraninya mengusik kesayangan ku.

Drrt..drtt...

Aku mengangkat telfon itu dengan cepat, aku akan membasmi semua orang yang mencoba melukai kesayangan ku

"Bagaimana?" Aku langsung to the point', tidak ada berbasa basi dalam kamus hidupku apalagi menyangkut orang ku cintai

"kami sudah membawanya ke markas bawa tanah tuan"

"Bagus, aku akan segera kesana" aku mengetukan jari jari ku ke atas meja, memikirkan hukuman apa yang akan ku berikan pada tikus kecil itu.

Sepertinya memotong jari-jarinya untuk makanan harimauku adalah ide yang bagus.

Aku tertawa memikirkan ide cemerlang yang baru saja singgah diotak pintarku.

"Xavier" aku menoleh mendapati kesayangan ku berdiri diambang pintu dengan membawa beberapa map

"Masuk queen"

"Kau kenapa?" Dia memegang dahiku dengan punggung tangannya

"Aku sedang senang saja"

"Ada-ada saja. Ya sudah ini ada beberapa berkas yang harus kau tanda tangani"

"Mm baiklah"

"Oh iya, aku mau keluar sebentar ya"

"Kemana?" Aku mengernyit dahi saat melihat queensha akan keluar kantor. Ini masih jam kerja. Tidak seperti biasanya

"Aku ingin membeli minuman dan roti di toko sebrang"

"Ya sudah ayo aku temani"

"Tidak perlu hanya di sebrang saja"

"Kau tidak berniat meninggalkan ku kan sayang" dadaku bergemuruh rasanya sesak seolah tak ada udara disekitar sini

"Kau ini. Aku hanya kesebrang kantor saja. Bahkan kau bisa melihatku dari situ" queensha menunjuk jendela besar  di belakang meja kerja ku yang menghadap jalanan new york

"Tapi say...." Aku terdiam saat queensha memelukku erat. Tanpa pikir panjang aku kembali memeluknya lebih erat. Seolah tak ada hari esok untuk kami.

LIMERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang