ǝɔuǝpuǝdǝᗭ
“Untuk anak usia berapa, Mba?”
“Tiga belas bulan.”
Sekian lama berkeliling mall, akhirnya mereka berhenti di sebuah toko perhiasan. Mulanya Joy enggan untuk pergi ke sana. Mengingat hari sudah semakin sore, ia tak bisa menyetir di malam hari. Meski bulan belum menampakkan dirinya, adik dari Park Chanyeol itu tahu sekali Jennie dan yang lain akan menghabiskan waktu lama hanya untuk memilih sebuah cincin.
“Yang ini aja nih Jen,” Chungha menyeru. Menunjuk sebuah cincin bermata berlian mungil dari sisi atas etalase.
Jennie pun memutar kepala, mengalihkan fokusnya pada telunjuk Chungha. “Saya mau lihat yang ini.” katanya, yang langsung diangguki oleh si penjual. “Berapa karat?”
“Dua puluh tiga karat, Mba. Tiga puluh lima gram.”
Hayoung dan Yerin kompak menjatuhkan rahang. Takjub dan saling melempar pandang.
“Buat siapa sih, Jen?” Sejeong mendekat, ikut terfokus pada cincin mungil yang Jennie pegang. “Buat hadiah?”
Sebenarnya Sejeong hanya asal bertanya saja. Tidak mungkin ‘kan Jennie akan membeli perhiasan mahal tersebut hanya untuk diberikan sebagai hadiah ulang tahun sang ponakan. Agaknya pusat perbelanjaan yang mereka kunjungi ini tidak kekurangan barang untuk dijual. Kenapa tidak beli boneka saja? Atau mungkin setelan? Boneka Barbie juga sepertinya sudah cukup. Memangnya apa yang diharapkan oleh bocah perempuan berusia tiga belas bulan? Usianya pun bahkan belum genap 24 bulan. Namun tak disangka, gadis bernama Indonesia Jennie Franklyn itu justru mengangguk dengan ringan. “Iyah. Buat kado ulang tahun anaknya Mas Baekhyun.”
Wah.. kekasihnya Kim Wooseok ini memang benar - benar.
“Tapi, Jen.” Jennie kembali teralih. Kini memutar kepalanya menatap Joy dengan raut wajah bertanya. “Kayaknya itu terlalu besar untuk ukuran jari anak tiga belas bulan.”
“Iya tah?”
Para gadis ikut menganggukkan kepala mereka. Termasuk Yerin yang kini menginstruksi sang penjual untuk mengambil cincin batu delima berwarna merah muda yang sepertinya cocok sekali dengan gaya Jennie selama ini. “Kalau yang ini berapa karat, Mba?”
“Sama. Bedanya, kalau yang ini dua puluh empat karat.” jawab si penjual.
Lagi - lagi Jennie teralihkan. “Gimana kalo yang ini aja, Jen? Kelihatannya lebih mungil daripada yang tadi.” ujar Yerin sembari memberikan cincin tersebut pada Jennie.
“Udah yang itu aja Jen,” seru Hayoung. Ia menunjuk Joy yang sejak tadi memajukan bibir cemberut saking lamanya Jennie memilih cincin. “Udah uring - uringan tuh minta balik.”
Akhirnya Jennie mengangguk, mengalah. Ia segera meminta si penjual untuk membungkus cincin pilihan Yerin tadi dan membayar harganya dengan uang tunai. “Harganya berapa, Mba?”
“Tiga puluh juta empat ratus lima puluh ribu rupiah.”
Setelah membayar, Jennie lekas pergi menggandeng Joy keluar mall diikuti yang lain di belakang mereka. “Hayu, hayu, hhh gak sabaran banget.”
ǝɔuǝpuǝdǝᗭ
•CSY ;
Dimana?; 🍋 Yerin•
Dimana aja?Yerin mengetuk - ngetukkan jemarinya di meja pantry. Berharap pesan yang ia kirim cepat tersampaikan. Sekian lama menunggu, akhirnya dua centang itu berubah warna menjadi biru. Rasa berharap yang mulanya hanya berkisar 0,1% kini bertambah menjadi 1%
KAMU SEDANG MEMBACA
•DEPENDENCE ; CSY & JYR•
FanfictionCho Seungyoun itu seperti layaknya Zat Psikoaktif. Membuat Yerin berubah menjadi pribadi yang ketergantungan. Entah fisik, ataupun psikologis. Gadis itu tidak menyadari bahwa memabukkannya seorang Cho Seungyoun selama ini. Meski keduanya tahu hubung...