ǝɔuǝpuǝdǝᗭ ,- Truth Or Dare

598 103 29
                                    

ǝɔuǝpuǝdǝᗭ

“Lo kok gak bilang sih kalo Daniel sama Jihyo datang juga?”

Yerin, seperti yang sudah di duga. Gadis itu bersungut-sungut kesal seraya menatap Joy dengan tajam. By the way, kini mereka tengah berada di kamar tamu yang ada di kediaman Cho. Mungkin lebih terkesan seperti kamar seorang gadis daripada kamar tamu. Warna kuning lemon mendominasi kamar tersebut. Didalamnya ada tempat tidur, tv led 45 inc, 2 buah air conditioner, meja rias lengkap dengan kursi dan segala macam merk kosmetik serta skincare khusus untuk perempuan, juga almari besar yang isinya lebih banyak house dress daripada setelan. Sepertinya Cho Jiheon tidak menyukai warna Kuning. Lantas, itu kamar siapa?

"Ini beneran kamar tamu?" alih - alih menjawab, Joy justru balik bertanya. Ia baru saja keluar kamar mandi, terbungkus handuk. Kemudian mendudukkan dirinya di bibir ranjang.

Sementara itu Yerin masih menatapnya dengan jengah. "Iyalah, emangnya kamar siapa lagi?"

"Serius ini kamar tamu? Bukan kamar lo?"

"Iyah," Yerin mengangguk pelan. "Kamar tamunya sih ada tiga. Tapi yang ini biasa gue pake kalau nginep disini. Jadi Seungyoun ngubah semua dekorasinya jadi warna Kuning."

Pantas saja, Joy merasa tidak asing ketika masuk dan melihat - lihat isi dari kamar itu. Awalnya ia sempat berpikir.  Entah perasaannya saja atau mungkin memang iya, kamar tersebut mirip sekali dengan kamar Yerin yang ada di kediaman aslinya.

Setelah mendapat jawaban, Joy langsung mengangguk cepat dan berjalan menuju almari besar di pojok ruangan.

Lagi - lagi, gadis itu harus melayangkan tanya dengan kening berkerut ketika maniknya menangkap ada banyak sekali house dress yang tergantung di dalam almari. "Are you seriously?! Ini punya lo semua? Berarti kalau lagi nginep di sini lo cuma pake daster, Rin? Udah mana dasternya tanpa lengan lagi."

Yang di tanya mendelik sesaat, lantas bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Joy dengan lengan terlipat di depan dada. Yeah, ingin bagaimana pun Yerin tidak bisa menghindari faktanya. Pemuda bernama Cho Seungyoun itu sering kali menahannya untuk tidak pulang ke rumah. Ketika Yerin berpamitan, berbagai macam alasan pasti langsung terdengar di telinganya. Mulai dari menemani Seungyoun menonton film sampai membantu pemuda itu memasak. Hal itulah yang membuat Yerin merasa semakin leluasa saat dirinya berada di kediaman Cho.

Bukan hanya itu, Yerin juga sering kali mengerjakan tugas - tugas kuliahnya disana. Jika malam sudah kelewat larut, Yerin akan mengirimi Eunha pesan chat bahwa ia tidak akan pulang dan menginap di kediaman Cho.

"Kenapa emangnya?" tanya Yerin, dengan santainya. Padahal sedaritadi Joy sudah menatapnya dengan tidak santai.

"Gila sih ini." tutur Joy seraya menggelengkan kepala tidak percaya. "Kayaknya kalian harus di resmiin. Gue gak mau tau pokoknya nanti kalau lo nikah, harus ada nama Seungyoun di surat undangannya."

Merasa bingung, Yerin pun balik bertanya. "Apa sih? Gak jelas banget. Lagian apa hubungannya dari daster ke pernikahan?"

"Yah ada dong! Hubungan kalian tuh udah seberapa jauh sih? Kemana - mana selalu berdua. Ngampus, makan, hangout, ngurus UKM, saling membantu dalam urusan HIMA dan BEM. Bahkan gue aja gak tau kalau selama ini kalian sering tinggal dalam 1 atap. Okay! Just stay overnight. Tapi apa lo fine - fine aja pake daster tanpa lengan kalau lagi tinggal berdua di sini sama Seungyoun?"

Percayalah! Reaksi yang Yerin tunjukkan sementara Joy bertanya padanya dengan penuh penekanan tidaklah bagus untuk di tiru. Yerin hanya menatap sahabatnya itu sambil sesekali memilah setelan. Kurang ajar memang.

•DEPENDENCE ; CSY & JYR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang