“GAK MAUUU!!!”
Cho Seungyoun–akan tetap menjadi Cho Seungyoun. Pemuda berparas tampan itu menggelengkan kepala saat Seungwoo datang ke kediaman Cho dan menitipkan sang anak–Han Dongpyo–padanya. Sebenarnya pagi tadi Seungyoun sempat dihubungi oleh Seungwoo mengenai hal ini. Pemuda itu hanya menjawab, “Ya, oke, gampanglah, iyah gak papa.” dan sebagainya. Ketika matahari sudah mulai meninggi, ketika beberapa menit lagi mata kuliahnya akan segera dimulai, ia tidak menyangka ternyata permintaan tolong yang diajukan padanya itu benar-benar serius.
“Kenapa gak dititipin ke baby sitter aja sih, Kak? Lagian siang ini gue ada matkul.”
Disampingnya, ada Yerin yang sibuk menjahili Dongpyo si pria kecil tampan yang senantiasa ada di gendongan sang Ayah.
“Kalo lu gak bisa, gua nitip Dongpyo ke Yerin aja deh.” balas Seungwoo seraya menyerahkan sang putra pada Yerin. Seungwoo tersenyum. Lesung pipinya jadi terukir jelas dengan sempurna. “Hari ini kamu gak ada matkul ‘kan Rin?”
Yerin lantas menggeleng kecil sebagai jawaban. “Gak ada, Kak. Tapi kalau Dongpyo aku bawa ke kampus gak apa-apa yah? Mau ngambil binderku yang ketinggalan di ruang BEM.”
Setelah mendapat persetujuan dari Seungwoo, Yerin segera membawa Dongpyo masuk ke dalam rumah. Jika diamati, pemuda bernama Indonesia Seon Julion ini benar-benar kejam. Membiarkan Seungwoo yang notabenenya adalah seorang tamu untuk terus berdiri di depan pintu utama tanpa menyilakan nya masuk ke dalam rumah. Tak ayal jika Wooseok, Yohan atau barangkali Hangyul selalu menilainya sebelah mata. Seungyoun memang sejahat itu rupanya.
Sementara Yerin berlalu, Seungwoo terkekeh mendapati Seungyoun yang tengah menatapnya sinis. Tawanya lepas begitu melihat wajah Seungyoun yang jauh dari kata bahagia.
“Kenapa sih lu? Gak seneng banget gua nitipin Dongpyo ke Yerin.” tuturnya pada Seungyoun. “Jangan khawatir! Gua gak akan jadiin Yerin sebagai Ibu sambungnya Dongpyo kok. Santai aja kali, Youn.” lanjutnya sembari menepuk-nepuk pundak Seungyoun dengan pelan.
Seungyoun berdecak, kemudian menepis tangan Seungwoo yang ada di pundaknya. Kemudian menyahut, “Candaan lu gak lucu, Kak.”
Seungwoo kembali tergelak. “Iya, iya. Tapi serius. Gua cuma bercanda kok. Udah ya? Gua titip Dongpyo sebentar. Paling hari senin udah gua ambil lagi."
“Ini aja baru hari kamis, Kak Seungwoo. Lo gak kasihan apa sama gua? Waktu gua tuh bukan untuk jagain Dongpyo aja.”
“Gak akan lama, Youn. Paling lama tuh tiga hari. Lagian gua nitipin Dongpyo di Yerin, kok. Kenapa jadi lu yang sibuk?”
Sejujurnya, Seungyoun merasa tidak keberatan. Lagi pula hal ini sudah beberapa kali ia lakukan mengingat Seungwoo yang terus-menerus melakukan perjalanan keluar kota. Jika bukan Seungyoun, pilihan terakhirnya adalah Yerin. Pria yang kini berstatus sebagai single parent ini tidak bisa menitipkan sang putra pada yang lain. Lagi, ia juga tidak mempunyai banyak kenalan di kota ini. Paling hanya satu atau dua. Itupun semua anggota keluarganya tidak menetap di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
•DEPENDENCE ; CSY & JYR•
أدب الهواةCho Seungyoun itu seperti layaknya Zat Psikoaktif. Membuat Yerin berubah menjadi pribadi yang ketergantungan. Entah fisik, ataupun psikologis. Gadis itu tidak menyadari bahwa memabukkannya seorang Cho Seungyoun selama ini. Meski keduanya tahu hubung...