Bagian 14

7 1 1
                                    

Rasa sakit ini tidak bisa tertahan. Aku bisa merasakan air mata yang mengalir dipipiku. Ruangan kelas lengang. Hanya terdengar isakan pelan dariku.

Entah kenapa aku merasa lemah sekali. Baru saja mereka mengatakan seperti itu. Bahkan mereka belum memiliki hubungan resmi. Tetapi aku sudah menangis seperti ini.

Dasar lemah!

Aku juga menyesali kenapa tidak pernah berani untuk mendekati Satria. Sebenarnya, aku berani, tetapi aku memang tidak akan bisa mendekatinya.

Sudah ku bilang aku jauh darinya. Kini aku membencinya dan menyesal sudah menyukainya.

Pintu kelas tiba-tiba terbuka. Sesosok gadis berambut pendek sebahu tampak di ambang pintu. Ia pun menutup pintu dengan pelan, lalu menghampiriku.

Aku segera menghapus sisa air mata dipipi. Gadis itu, Luna, tersenyum lantas memegang kedua bahuku. Baru kali ini ada seseorang yang tersenyum denganku.

"Jangan bersedih. Kau tidak selemah itu. Kau kuat." Ucapnya.

"Satria memang menyakitimu. Tetapi kau tidak harus membencinya. Maafkan, itu jalan terbaiknya ."

Luna berhenti sejenak, lalu menghela napas. "Kau harus bangkit. Kau tidak bisa seperti ini terus."

"Satria bisa sedih."

Aku menampakan raut wajah yang heran. Mengapa tiba-tiba Luna berkata seperti ini? Mengenalku saja tidak.

"Tenang saja, Satria pasti akan bertanggungjawab. Meskipun ada kepahitan didalamnya."

Luna kemudian berdiri berjalan menuju pintu meninggalkanku sendiri didalam kelas. Aku mengernyitkan dahi, berpikir.

Ada apa sebenarnya?

***

heii!!

up kembalii!

penasaran ga nih? wkwk ...

jangan lupa bintang dan kritik saran😉

see you ...

-mauw

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang