Bagian 10

7 2 0
                                    

Jam tangan coklatku menunjukan pukul 06.20. Saatnya untuk berangkat sekolah. Aku mengeratkan tas punggung lalu membuka pagar besi rumahku. Sosok yang tidak asing berhasil tertangkap oleh mataku sedang berdiri tepat di depan rumah tetangga seberang.

Sebenarnya aku cukup benci untuk mengakui ini. Aku dan Luna bertetangga. Rumah kami berhadapan satu sama lain, pagarnya sama-sama besi berwarna hitam pekat. Bahkan aku baru tau kemarin saat membuntuti Satria dan Luna. Mengejutkan sekali.

"Sudah lama menunggu?" Gadis berambut pendek itu membuka pagar, menghampiri Satria yang entah sudah berapa lama menunggu.

"Tidak lama. Aku baru sampai lima menit yang lalu." Jawab Satria.

"Syukurlah." Balas Luna dengan senyuman. Mereka berdua berjalan beriringan dengan aku yang mengikuti mereka dari belakang. Lagi.

Harusnya aku menyapa Satria lebih dulu. Dengan begitu aku memiliki kesempatan untuk dekat dengannya.

Aku menyesali nyaliku yang tidak berani hanya untuk mengatakan 'hai' pada Satria. Entahlah, apakah aku memang tidak berani atau tidak bisa melakukannya.

Mereka berdua terlihat bahagia. Aku menghela napas sembari menunduk, enggan melihat ke depan. Aku tidak tau apa yang akan menimpaku hari ini. Akankah kebahagiaan atau justru lara lagi.

Diriku memang benar-benar jauh dari Satria. Bahkan bukan dari Satria saja, Luna juga.

***

heii!!

well, bagaimana? aku agak sedikit writer block pas nulis part ini. maapkan kalau garing :(

jangan lupa bintang dan kritik saran😉

-mauw

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang