Bagian 4

14 4 0
                                    

Seminggu perasaan ini berlabuh, seminggu juga aku lebih sering memperhatikannya. Hari ini aku menangkap perilaku yang tak biasa darinya.

Luna namanya. Ia merupakan primadona dari kelas kami, bahkan dari angkatan kami. Parasnya begitu cantik, kulitnya putih dan bersih, tubuhnya ideal, ditambah dengan rambut kecoklatan sebahu yang bergelombang.

Bangkunya berada di depan, dekat dengan pintu kelas. Aku acap kali melihat Satria memandang Luna dari bangkunya. Satria nampak terpana dengan Luna. Ia selalu tesenyum ketika melihat sang primadona kelas.

"Ada apa Satria?" Tanya Luna dengan ramah. Rupanya lelaki itu tertangkap basah tengah memperhatiakan Luna.

Satria gelagapan melihat Luna dihadapannya. Luna sengaja memiringkan kepala agar bisa melihat Satria dengan jelas.

"Tidak ada apa-apa." Satria menggaruk leher yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

Luna kembali meluruskan kepalanya, berdiri dengan tegak. "Baiklah kalau begitu."

Luna berlalu begitu saja, kembali larut dalam obrolan bersama teman-teman. Tentunya, ia seorang primadona, temannya banyak. Entah hanya memanfaatkannya atau memang benar-benar ingin menjadi temannya.

Cih, bagaimana bisa? Gerutuku dalam hati.

Aku kembali larut dalam novel yang sedang ku baca. Mencoba menghapus bayangan apa yang telah ku saksikan. Juga menghapus rasa kesal didada.

Apa daya, aku tidak memiliki hak untuk cemburu.

***

yeyy!

manteman, sepertinya aku akan menyelesaikan cerita ini lebih cepat. aku usahakan publish tiap hari, okee😉

jangan lupa bintang dan kritik saran😉

see you ...

-mauw

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang