Bagian 19

4 2 0
                                    

"Maaf aku sedikit terlambat untuk kembali ke kamarmu. Kantin rumah sakit tidak begitu banyak menyediakan makanan. Terpaksa aku harus mencari keluar." Satria menghela napas, terlihat lelah.


"Tidak apa-apa." Jawab Luna pendek. Ia masih belum terbiasa berbicara banyak. Apalagi masih teringat dengan mimpinya. Luna tidak bisa berkomentar apa-apa.

"Satria, selama koma aku bermimpi." Luna mengembalikan pandangnnya menatap langit-langit kamar.

"Bermimpi apa?"

"Kita. Hanya aja aku menjadi orang lain disana." Tenggorokan Luna mulai tercekat.

"Orang lain? Maksudmu?" Tanya Satria tidak mengerti.

Luna berdeham sebentar. "Aku tidak menjadi diriku. Ada Luna lain disana dan aku melihat kedekatanmu dengan Luna lain itu di mimpi."

Ia berhenti sejenak. Berharap semoga Satria mengerti apa yang dikatakannya. Memang sedikit sulit untuk menjelaskan hal itu.

"Ah! Selama kau berbaring disini, aku selalu datang setiap hari sepulang sekolah. Menceritakan kisah-kisah atas pertemuan kita yang kurindukan. Berharap kau segera bangun."

Ternyata.

"Itukah yang membuatmu memimpikan kita?" Lanjutnya

Luna hanya terdiam. Satria menaikan alisnya, menunggu jawaban. Sedetik kemudian Luna menjawab. "Iya, mungkin."

"Aku menceritakan hal-hal yang menyenangkan tentang kita. Apa itu artinya mimpimu menyenangkan juga?" Tanya Satria seraya tersenyum lebar mengingat momennya bersama Luna.

Apakah menyenangkan? Sepertinya tidak Satria.

***

hei!

so, how? adakah yang terkejut?

jangan lupa bintang dan kritik saran😉

see you ...

-mauw

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang