Tangan yang kini tengah saling menggenggam perlahan melepas begitu saja kala pagar besi itu mulai tertutup.
Win berusaha untuk tak menangis. Tetap memperlihatkan senyumnya untuk Bright yang baru saja dimasukkan ke dalam penjara. Sementara itu Bright membalas senyuman sebagai tanda bahwa semua akan baik-baik saja.
Sebelum resmi masuk, Bright memberi pesan kepada Win untuk tetap tinggal dirumah orang tuanya. Bright juga melarang Win begadang untuk menunggu dirinya pulang seperti dulu, karena kali ini Bright tak akan pernah pulang di tengah malam seperti rutinitas sebelumnya.
Sampai akhirnya Bright menyampaikan pesan terakhirnya bahwa "aku tak memaksamu untuk menungguku"
Kini Win baru saja membuka matanya karena cahaya matahari menerobos masuk dari arah jendela kamar. Kamar miliknya yang terakhir kali ia tidur di tempat ini saat sebelum Win resmi pindah ke rumah baru bersama Bright.
Dia belum terbiasa dengan pagi hari tanpa Bright. Walaupun dulu ia sering ditinggal pergi oleh pria itu jika mereka bertengkar.
Namun lepas dari itu semua, pemandangan yang seharusnya ia dapat setelah membuka mata itu adalah sosok Bright, kini diganti dengan sapaan cahaya dari balik jendela.
Sama-sama cahaya namun terangnya berbeda.
Dulu, perasaan pertama yang ia rasa kala bangun tidur adalah hati yang begitu bergemuruh. Ia begitu bangga dapat menatap Bright yang masih terjaga disampingnya. Namun untuk pagi yang akan terus berlanjut untuk seterusnya, perasaan itu tak akan pernah kembali ia rasakan.
Yang membangunkannya tidur bukan lagi Bright. Yang membuatkannya sarapan bukan lagi Bright. Yang membuat air hangat untuk dia mandi bukan lagi Bright.
Ya, tak akan ada lagi Bright.
"Luke sudah ada didepan, cepat mandi"
Namun semua telah Tuhan ubah. Dengan waktu yang sangat singkat.
Dua bulan yang baginya dua windu ini begitu berat rasanya tanpa kehadiran sosok Bright.
Bagaikan angin lalu, kini ia sudah terbiasa menghabiskan hari-harinya bersama Luke yang sebagaimana Bright inginkan untuk menjadi sosok yang dapat menjaga Win dengan baik.
"Sudah siap?"
Ya, bahkan dirinya melamun saja terasa seperti hanya mengejapkan mata satu kali.
Kini Win dan Luke sudah berada didalam mobil, mereka akan segera pergi ke suatu tempat. Bukan tempat musik namun kali ini mereka akan pergi ketempat dimana Bright membunuh pria itu yang membuatnya kini terkurung pada tempat yang tak selayaknya.
"Jadi ini?"
"Iya. Diparkiran ini Phi Bright membunuhnya, didalam mobil pria itu sendiri"
"Kamu melihat semuanya?"
"Saat itu Phi Bright menutup mataku dengan satu tangannya. Tak habis pikir dia bisa membuat nyawa orang melayang hanya menggunakan satu tangan"
Win menunduk saat kejadian itu kembali terlintas dipikirannya. Melihat tempat ini, tempat dimana malam itu terjadi membuatnya merasa bersalah mengapa ia harus pergi sendirian ketempat ini kala itu.
Club' malam memang bukan tempat yang tepat untuk ia kunjungi saat pikirannya hancur.
Namun mau bagaimana lagi? Melihat Bright selingkuh bersama seorang wanita membuatnya sangat terluka bukan main. Berujung pada dirinya yang melarikan diri ke club' malam yang pada saat itu ramai pengunjung. Ramai pula para pemabuk.
Hingga ia bertemu dengan pria yang tak dikenalnya namun pria tersebut pura-pura tak sadarkan diri dan mabuk berat hanya untuk dapat membawa Win kedalam mobil miliknya, sedang saat itu keadaan Win hampir tak sadarkan diri karena minum terlalu banyak.
Win tidak tahu apa yang terjadi setelahnya namun yang ia sadari adalah pria itu berusaha menciumnya dan mengatakan "kau mirip kekasihku yang dulu". Haha, lucu sekali.
Sebelum akhirnya Bright tiba-tiba saja datang dan menghantam wajah sang pria tak dikenal itu. Namun sempat-sempatnya pula Bright memarahi Win, "MENGAPA KAMU TAK MENGANGKAT TELEPONKU?!" Dia berteriak seperti itu.
Mungkin masalah tak akan berlanjut jika pria itu tak lancang mengatakan, "dia kekasihku!" Sambil berusaha menarik Win kembali. Namun dengan segera Bright mengamankan tubuh Win lalu...
Semuanya berakhir.
"Ini salahku, kan? Tak mungkin Phi Bright melakukannya bukan karena aku"
Luke mengelus pundak Win, "dia membuktikan bahwa tak ada satu orangpun yang berhak menyentuh miliknya"
Win mengangguk sebagai tanda persetujuan namun, "tapi Phi Bright bilang aku harus menemukan seseorang yang baru"
Win mulai menangis saat itu juga. Mengingat kembali bagaimana Bright mengatakan dengan sebegitu mudahnya saat ia baru saja sampai di kantor polisi pada hari itu, Bright labil atas keputusannya sendiri.
"Aku memang berjanji untuk menikahimu setelah aku kembali nanti tapi jika ada orang yang menurutmu layak bersamamu, lupakan dan lepaskanlah aku. Aku sendiri saja tak dapat menjamin mampu kembali lagi selama empat tahun"
Bright mengatakan itu yang berhasil membuat Win menangis tersedu-sedu namun senantiasa Bright tenangkan.
"Aku ingin tahu sesuatu tentang hubungan kalian"
Win melirik Luke, "tentang?"
"Menurutmu Bright itu orang seperti apa? Sampai kau bertahan padanya"
"Dia kasar, sering marah-marah, dan tak pernah melakukan hal sesuai apa yang ia katakan. Bullshit tepatnya. Apa itu terdengar berlebihan? Tapi memang dia seperti itu."
"Kenapa bisa kamu bertahan? Aneh!"
"Aneh? Dia yang selalu membangunkanku tidur, dia yang selalu membuatkan ku sarapan, bahkan dia membayar segala biaya hidupku semenjak aku kuliah. Dan itu semua aneh?"
Luke menggelengkan kepala, "bukan itu maksudku. Aneh saja, kenapa kamu bisa bertahan dengan dia padahal dia kasar"
"Dia... Iblis berhati Hello Kitty"
Jadi Win sama Luke itu............
btw maapkeun gaje bt part ini
KAMU SEDANG MEMBACA
P o s s e s i v e || Brightwin
Fanfiction"Aku bisa menjagamu dengan baik" Ungkapan Bright yang selalu tak ada buktinya.