Ketika pertama kali membuka mata, yang Win lihat adalah sosok Bright yang masih terpejam pulas dalam tidurnya dengan keadaan telanjang dada. Hatinya sedikit bergemuruh kala mengingat kejadian tadi malam. Bright benar-benar menjaga Win dengan baik disaat ia merasa tidak enak badan.
Win tersenyum menatap kosong kepada setiap sisi wajah pria yang masih sibuk tertidur dihadapannya. Tangannya mengusap rambut coklat tua sang pria yang masih terdamai, mencoba mengelusnya tanpa mau membangunkannya.
Bright. Satu juta jauh lebih tampan ketika sedang tidur. Ada perasaan menyakitkan saat melihat mata pria itu terpejam. Mata pria yang memiliki banyak kekerasan dalam setiap sudut kehidupannya. Dengan itu, Win akan menjadi satu-satunya orang yang memberi kasih dan segalanya yang belum pernah Bright dapatkan dari orang lain.
"Kulitmu sedikit lebih gelap, phi "
Win tersenyum, Bright masih dalam posisinya.
"Ini pasti sakit," Win mencoba menyentuh bekas luka di bahu Bright yang masih basah karena kejadian kemarin.
Namun tiba-tiba saja Bright membuka matanya, ia terbangun. Dia segera meraih tangan Win yang berada di bahunya, lalu memilih untuk menggenggamnya dengan hangat.
"Win hanya ingin menyentuhnya," cicit sang pria kelinci.
Dalam genggamannya, Bright membawa tangan Win pada pipi miliknya, "Sentuh saja ini dan buat aku tidur lagi, kamu sudah membuatku bangun"
Justru sebaliknya, Win dengan seenak hati menepuk-nepuk pipi Bright dengan pelan. Dengan tujuan agar pria berbibir seksi itu tak tidur lagi.
"Jam delapan aku harus latihan piano, ayo bangun, phi!"
"Dengan keadaan seperti ini kamu masih ingin berlatih piano? Tidak, Win. Hari ini kamu harus bolos"
"Tapi-"
Tanpa bergeming dan merespon, Bright hanya menghela nafas setelah menatap Win dengan datar.
Mengerti dengan raut wajah sang pria, Win memilih mengangguk untuk menurutinya daripada harus berdebat.
"Malam ini aku ada urusan di luar kota. Jaga dirimu baik-baik dan jangan mengulangi hal yang sama seperti dulu, hm?"
Bright mengelus pucuk rambut Win sekaligus menatap pria itu dengan senyuman yang sedikit tersamarkan oleh kumis tipis yang sengaja belum ia cukur. Membuat Win terus menjerit dalam batin "Terlalu tampan!".
"Hari ini aku tidak akan keluar rumah, aku akan menunggu sampai phi pulang"
Bright tersenyum sebagai sebuah respon yang baik. Setelah ini rasanya ia ingin sekali mandi lalu sarapan bersama Win namun rasa kantuknya masih melanda karena semalam ia tidak tidur. Mungkin Bright akan kembali terpejam jika saja Win tidak menyentuh bibirnya dengan tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
P o s s e s i v e || Brightwin
Fanfiction"Aku bisa menjagamu dengan baik" Ungkapan Bright yang selalu tak ada buktinya.