The Called ; 0 6

21 3 0
                                    

Sedan hitam mengkilap memasuki halaman gedung putih, gedung warisan keluarga Kim itu sendiri.

Taehyung keluar dari mobil, melangkah dan memasuki rumahnya dengan wajah yang cukup berseri. Setelah mengantar Jennie ke rumahnya, karena tentu saja kedua orang tuanya sudah pulang kalau dia membiarkan gadis itu ikut pulang bersamanya, rencana yang telah dibuatnya kembali terekam di pikirannya.

Rencana yang bagus, dia yakin akan berhasil.

"Ini hanya pemikiranku saja sih, agak aneh memang, tetapi mungkin berhasil?"

"Tergantung. Apa memangnya?"

Taehyung mendekatkan tubuhnya ke pinggir meja, mendekatkan wajahnya agar gadis itu bisa mendengarkan bisikannya. Saat Jennie juga ikut mendekatkan tubuhnya kepadanya, dia mulai menjelaskan.

"Begini, kau punya kekasih, bukan? Jadi, kita berjalan saja dulu sesuai kemauan mereka. Kira-kira 2 hari saja, agaknya aku masih ditahan oleh orang tuaku di rumah itu. Lalu, di hari ke tiga, kau berpura-pura keluar, aku juga akan melakukannya. Tapi, kau ajak kekasihmu juga untuk ikut bersamamu, kau juga boleh memberitahu rencana kita ini, kalian buat janji bertemu entah di mana, tapi beritahu aku juga. Aku akan menyusul kalian, dan disitulah kita berakting. Kita pulang, dan aku akan berpura-pura akan marah seakan-akan kau tidak serius dengan perjodohan ini karena kekasihmu itu. Bilang kepada kekasihmu itu kalau dia juga harus membelamu nanti. Aku akan minta untuk membatalkan perjodohan itu, dan semuanya selesai."

Jennie tampak berpikir sejenak di tempatnya duduk.

Dan, tak berselang lama, dia mengangguk mantap, "Boleh, rencanamu bagus juga."

Taehyung bersedekap bangga. Jabatan tangan membuat mereka sepakat satu sama lain.

"Sepertinya, kau sedang senang hari ini."

Taehyung menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah ruang tamu dimana suara itu berasal. Hara yang tengah duduk di sofa seberang TV pun menoleh kepadanya, dan mengulas senyuman. "Ada apa? Kencan kalian lancar?"

Taehyung mengedarkan pandangannya ketika baru menyadari jikalau rumahnya itu sepi, dia tak melihat keberadaan orang lain selain gadis itu.

"Dimana eomma dan appa?" tanyanya sembari berjalan menghampiri gadis yang kini memusatkan atensinya pada film Pororo di layar televisi, sedikit merasa aneh dengan tontonan gadis itu yang sama sekali tak menunjukkan jikalau dirinya hampir dewasa.

"Tadi pergi, katanya ada urusan mendadak di kantor, kira-kira sejam yang lalu," Hara menyomot kudapan biskuit yang ia sajikannya sendiri di piring di atas meja.

Taehyung manggut-manggut, menghela napas ketika Hara begitu fokus kepada tontonannya. "Ya, umurmu berapa?"

"26 tahun, kenapa?"

"Tontonanmu itu merusak citra umurmu, ganti saja dengan yang lain."

Hara mendongak, menatap Taehyung yang berdiri di samping sofanya, "Oh, kau mengkhawatirkanku? How sweet!"

Taehyung tergelak, lalu mengernyit sinis, "Apa yang kau bicarakan? Aku tidak ingin ada yang melihat, tontonan orang-orang seperti kami itu berkelas, bukan tontonan yang seperti ini."

Hara mendengus kesal, kembali mengarahkan pandangannya pada si pinguin biru, "Aku sering menonton ini ketika di rumah, tidak ada yang protes tuh."

"Memangnya keluargamu itu seperti kami?" salah satu alis Taehyung terangkat.

"Jangan sepele, begini-begini uangku juga banyak, tahu."

"Aku tidak percaya."

Hara menatap mata Taehyung tajam, kerutan tercipta otomatis di antara kedua alisnya karena dirinya kesal dan merasa tak terima, "Kau hanya belum tahu saja! Ayahku mengusirku secara tiba-tiba, jadi aku tidak sempat mengambil dompet, uang-uangku, juga ponselku! Kalau tidak kau pasti tidak akan bicara begitu!"

The Called ; Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang